"Saat itu musim panas 1876."
Aku tidak mengira pria kecil culun itu akan datang tanpa seluruh gangster baru Ella. Dylan belum juga menghubungiku dan Tyler pergi dengan Victoria, yeah dia seksi dan cukup terkenal. Seluruh temanku, kali pertamanya mereka pergi tanpaku untuk membeli sweatshirt Forever21.
Tok.. Tok.. Tok..
Dengan malas kubuka pintu dan menemukan pria bermata coklat gelap berkilau, wajahnya mirip seperti emoji yang ada di ponsel. Aku tak tahu siapa tepatnya dia, namun wajahnya tak asing. Dia menatapku seperti aku menatapnya, bingung.
"Oh hey! Are you Maddi? Or Isabella or Sara Gilbert? Or aunt Amanda has another child who I never know." Sapanya.
"Oh yeah, sorry I'm Maddi. Brennen?" Sahutku kemudian dia menjentikkan jarinya dan mengangguk. Aku memeluknya, terakhir kali kami bertemu saat Sara baru saja lahir.
- Back to Ella's Point of View -
"Tunggu, perang ini tidak ada hubungannya dengan Perancis. Mereka belum ditemukan." Elak Zach mengigit pulpennya.
"Um... Kau benar juga, apa yang harus kulakukan?" Tanyaku mengambil spidol putih untuk mencoretnya.
"Membuat mesin waktu untuk melihat perang tersebut?" Usul Zach, aku tertawa.
"Maksudku sesuatu yang lebih relevan."
"Mesin waktu adalah sesuatu yang relevan El."
"Relevan namun tidak masuk akal."Zach benar-benar membawakan pekerjaan rumah mata pelajaran Sejarah kami. Mr. Andrew adalah guru Sejarah kami yang baru, seperti biasa selalu ada proyek baru untuk guru baru. Aku bersyukur Zach masih rela menjadi partner proyekku, walaupun dia bilang tidak ada yang ingin menjadi partnernya.
"Tidak ada yang ingin menjadi partnerku, bahkan Denis. Kemudian seluruh kelas ingin menjadi partnermu." Jelasnya berbohong, aku tahu keadaan sebenarnya adalah kebalikan dari apa yang Zach katakan. Zach mengenal semua orang, dan semua orang mengenal Zach. Aku tahu semua orang, dan semua orang membenciku.
Aku bersyukur masih ada orang yang peduli pada keselamatanku di sekolah, dan aku lebih bersyukur lagi orang itu adalah Zach.
"Kudengar seseorang akan melakukan perjalanan waktu." Ujar seseorang.
Kami menoleh dan melihat seorang laki-laki bermata bulat, bibirnya sangat tipis, dan dagunya bak bangsawan. Namun jika dilihat keseluruhan wajahnya seperti sebuah emoji di ponsel. Aku tidak mengenalnya, aku bahkan tak pernah melihatnya sama sekali.
"Apakah untuk bertemu denganku saat kau lahir?" Tanyanya, Zach menatapku seolah bertanya siapa dia, lalu hanya kubalas dengan menaikkan kedua bahuku tanda tak tahu.
"Siapa kau?" Aku balik bertanya.
"Brennen Taylor. Dan terakhir kali aku melihatmu kau menyebut Dad untuk pertama kali." Jelasnya.
"Berapa umurmu?" Tanyaku bingung, dia bicara seperti Dad dan bahkan mengatakan terakhir melihatku ketika aku menyebutkan kata Dad pertama kali, itu aneh.
"Kurasa 18 tahun, hei aku bukan pamanmu. Kau tahu? Bibi Melinda? Dia ibuku. Dan kau tahu Jess? Dia adik kecilku. Lalu--"
"Paman Taylor adalah ayahmu." Potong Maddi yang muncul dari belakang bahunya.
"Yep, thanks Maddi, helpful. And who is the cute guy beside you cousin?" Tanyanya menunjuk Zach yang sedari tadi tidak mengatakan apapun.
"He is Zach. And stop act like you're 40."
"I'm not 40."
"Act cousin."
"Fine, okay good bye guys! Ask me if you need some help, I will always be in the dining room."
"Have you done?"
"Sure."Dia pun pergi, sementara Zach masih tidak mengerti siapa dia. Sedang Brennen yang sering diceritakan oleh bibi Melinda akhirnya kembali dari sekolahnya di London. Dia bilang saat itu keinginannya sendiri untuk tinggal dengan ayahnya.
"Jadi dia sepupumu atau ayahmu?" Tanya Zach, aku menggeleng.
"Aku tak tahu. Kami tak pernah bertemu." Jawabku kembali menulis.
"Tak pernah? Apa maksudmu?"
"Um dia tinggal di London dengan Paman Taylor yang baru saja bercerai dengan Bibi Melinda. Dan beberapa tahun kemudian Bibi Melinda menikah lagi.""Sangat rumit, sama seperti hobimu yang mengkoleksi foto dari google." Ujarnya menunjuk foto-foto berukuran sangat kecil di dinding. Aku tertawa.
"Aku sudah tidak melakukannya lagi."
"Apa maksudmu? Mengkoleksi foto?"
"Ya ampun, fotografi Zach."
"Jadi kau yang mengambil semua foto ini?"Aku mengangguk, aku sudah jarang melakukan sesuatu yang berbau fotografi lagi. Kameraku rusak, lensaku berjamur, dan lebih banyak masalah lagi.
"Wow! Kau sangat bodoh tidak memanfaatkan hal ini El!" Serunya terlalu bersemangat. Aku hanya tertawa kecil.
Terdengar samar suara klakson mobil dari luar, aku mengintip melihat siapa yang datang. Itu mobil Dylan, astaga. Apa mereka akan kembali berdebat lagi seperti kemarin?
"Um Isabella." Panggil Zach.
"Yeah?" Sahutku tanpa mengalihkan pandangan dari jendela yang mengarah ke bawah tempat Dylan keluar dari mobilnya.
"Apa benar Brennen adalah sepupumu atau sesuatu?" Tanya Zach, "Karena yang kulihat tidak sesuai dengan faktanya." Lanjutnya.
Aku tidak mengerti apa maksud dari perkataan Zach barusan, aku menoleh dan melihat Zach dengan wajah bingung di ambang pintu seraya menunjuk ke bawah. Tanpa basa basi aku mengikutinya, betapa terkejutnya melihat Maddi dan Brennen berciuman di dapur. Astaga! Dan Dylan juga ada di sini.
"Maddi!" Panggilku setengah berbisik. Dia tetap tidak mendengarnya.
Aku kembali melihat dimana Dylan sekarang, dan sialnya mobilnya sudah tidak di sana. Percaya atau tidak Dylan melihat kejadian tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIZE
Teen FictionWritten in Bahasa Have you ever think about who or what will end your feeling of bored being such an ugly one? Everyone just mentally feel so pity of you, it sucks, totally sucks. Life without any sort of guy who loves you but daddy, always try to b...