SIZE

-14-

               Sebenarnya dunia ini sudah cukup muak pada dirinya sendiri. Kesedihan dimana-mana, iri, dan semuanya. Kau tidak bisa begitu saja mengatakan kau menyukainya. Yang kau bisa lakukan hanyalah menunggu ketika waktumu sudah tiba untuk mengenal setidaknya satu laki-laki. Entah dia, entah bukan, siapapun. Terkadang cara mencari perhatian dengan hal bodoh sudah kuno. Gengsi adalah hal terpenting saat ini, semua orang hanya makan gengsi. Sedang aku, kupikir yang lebih penting dari gengsi adalah harga diriku, atau harga diri orang yang kusukai. Jujur saja aku sering sekali ingin mengatakan maaf pada Blake karena menyukainya, tidak adil ketika Sara bahkan tidak perlu bertingkah lebih hanya duduk dengan laki-laki siapa saja kemudian di sana Blake sudah mendapat takdirnya.

                 Kupandangi langit-langit rendah kamarku, masih ada sisa stiker thanks giving saat aku berumur 12 tahun dan selalu ingin ke planetarium. Mereka bercahaya, hijau, beberapa bintang sudah redup namun bulan masih bercahaya terang. Aku jadi memikirkan kejadian tadi. Dansa pertamaku dengan Zach kemudian dia berteriak di tengah jalan kompleks rumah elit Caniff tanpa memedulikan apapun. Dia seperti rela meninggalkan teman-temannya demi aku.

Hentikan El! Jangan pernah berfikir Zach menyukaimu.

Dia tidak akan pernah menyukaimu.

               Ah sialan, mengapa perasaanku jadi aneh begini. Zach, dia tersenyum saat kami berdansa. Dia bahkan bicara padaku. Dia juga menggenggam tanganku erat, aku tidak tahu bagaimana cara menari. Apa benar yang kami lakukan tadi adalah menari? Aku tak menyangka. Aku tidak pernah merasa spesial di hidupku. Aku tak tahu, apa benar aku menyukai Zach.

Zach's Point of View

                  Aku tak bisa berhenti memikirkan gadis itu. Dia bahkan tidak tahu aku menyukainya. Awalnya kukira perasaanku terlalu kecil untuk diakui. Namun, aku hampir gila untuk melupakan perasaanku sendiri. Seharusnya tidak apa-apa, dia pantas memiliki laki-laki lain untuk dicintai. Penyesalan selalu datang terakhir. Aku bahkan baru menyadari aku benar-benar punya perasaan pada Ariel setelah aku dengar bahwa dia pergi dengan Charles.

From: Ariel                           11:40 pm
Z, Victoria will ride me home.

To: Ariel                               00:36 am
So where are u now?

From: Ariel                          00:36 am
Vic's house, nite silly!

"Good night Ariel." Gumamku setelah membaca pesan singkat yang dikirimnya.

                Nick benar soal satu hal, aku bodoh dalam perasaan namun aku pintar dalam bertindak. Sebenarnya aku tidak bermaksud untuk mengajak Ella berdansa, aku juga tentu tidak menyesalinya, namun aku sedikit kecewa saat aku pergi dengan Ella, Ariel juga pergi dengan Charles.

                  Jujur saja aku hanya takut Ella pingsan atau memuntahkan makan malamnya di lantai, selain itu akan membuat semuanya panik, ramai, dan pasti mereka akan melihat ke arahku. Aku hanya tidak sanggup kemudian tidak ada yang akan menolongku saat semua remaja menatapku kasihan atau mengejek. Yang jelas, Ariel pasti akan menganggapku sama anehnya dengan Ella. Jadi, baiknya aku mengajak Ella ke balkon agar Nick tidak kembali mengisi cangkir El dengan wine atau bahkan morfin.

Nick Bean is calling

"Nick?"
"Hey Zach! Kau belum tidur?"
"Sudah, apa maumu?"
"Funny Zebruh, it's about Ella. Do you like her?"
"What the fuck you mean? Of course no!"
"Don't lie to me. You dance with her, and you said to her, you're her date, and now you want to break her heart?"

"What?" Tanyaku bingung, kurasa Nick mulai bicara ngelantur. Dia tahu semua itu hanya sebatas candaan.

"She likes you."
"No, no, never."
"And the bad news is Tim likes her too, what do you think?"

"I swear I'm definitely happy, finally, our big Tim got his love!"

"Slow down Z, you know what? He look alike dopey little lamb when Ella look at you like that." Jelasnya, aku sulit mencerna maksud kata-kata sebenarnya. Sialan, apa maunya.

"What do you mean?"

"Kurasa Ella benar-benar jatuh hati padamu."