Angin malam mulai berhembus, aku baru sadar jendela masih terbuka sedikit. Udara mulai terasa beku. Dengan langkah lemas kututup jendela kemudian menemukan handphone ku tergeletak di pinggir jendela. Astaga apa sebenarnya yang kupikirkan menaruh benda itu di sini?
Zach: Hey El!
Zach: Um, be better, ok?Entah mengapa aku tersenyum, kemudian mengetik 'Ok' sebagai balasan pesannya. Dan kembali ke ranjangku untuk tidur.
Hari ini Hayley akan datang membawakan pekerjaan rumah yang harus kubawa saat aku kembali ke sekolah. Aku berharap dia tak akan datang sendirian, mungkin dengan Ariel.
Atau Zach.
"Isabella! Temanmu di sini!" Teriak Mom dari ruang tamu, dengan cepat aku menaruh novelku kemudian berjalan pelan ke arah cermin. Astaga, aku pernah memakai kaos ini saat itu, dan Zach juga melihatnya.
Kuambil hoodie biru navy yang tergantung di dekat kaca, aku tak pernah memakai ini saat bertemu dengan mereka. Terutama Zach. Sial apa yang terjadi denganku?
Tok... Tok...
Itu dia!
"Masuk saja!" Sahutku dari dalam kemudian duduk di kursi dekat lemari pakaian.
"Hey Isabella! Bagaimana keadaanmu?" Sapa Ariel seraya duduk di sisi ranjang dengan Hayley.
"Aku baik." Jawabku, tidak ada orang lagi di belakang mereka. Kurasa aku memang sudah seharusnya segera sadar, bahwa aksi penyelamatan Zach kemarin hanya karena rasa kasihan, "Kalian hanya berdua?" Tanyaku ragu.
"Hahaha Ella. Kau seharusnya mengatakan pada kami." Ujar Hayley tertawa. Aku menggeleng tanda tak mengerti.
"Dia ada di bawah, sejenis berusaha mengambil jabatan Dylan di team baseball sekolah." Jelas Ariel. Jadi, Zach juga di sini.
"Apa?"
"Yea El, dia datang. Nick dan Charles juga di sini."
"Oh guys, aku baik saja.""Kau gila? Kau tidak bernafas selama beberapa waktu dan perawat Darwin bilang kau tak makan seminggu, kini kau bilang kau baik?" Cercah Hayley nampak khawatir atau sesuatu, aku jarang diperlakukan spesial.
"It's Darren." Koreksi Ariel, "Yeah, dan kau tak mungkin punya sejenis ED."
"ED?" Tanyaku kemudian memutar bola mata kesal, aku tidak mungkin punya Eating Disorder atau Disorder lainnya. Maksudku aku ingin tidak pernah merasa lapar.
"Akui saja, kau berhenti makan, itu tidak membantu sama sekali." Saran Ariel.
"Itu membantu." Ucapku pelan.
Kami mulai mengerjakan pekerjaan rumah ringan yang diberikan. Entah mengapa rasanya tubuhku lebih sensitif pada derit kayu semenjak aku tahu bukan hanya mereka berdua yang di sini. Aku hanya takut laki-laki melihatku sangat apa adanya, kulihat parfum ruangan yang masih penuh, syukurlah tidak ada yang perlu dikhawatirkan selain penampilanku sendiri. Pinggang yang sangat tebal, perut buncit penuh stretch mark. Jujur saja aku ingin memakai atasan pendek seperti yang dipakai Ariel sekarang, yang tidak menutupi perutku. Mudah sekali melihat seberapa datarnya perut Ariel tanpa stretch mark.
"Yo gurls!" Sapa seseorang, aku begitu terkejut ternyata itu adalah Zach dan Charles. Dengan cepat kutarik hoodie ku ke depan, dan mengubah posisi dudukku menjadi tegak, tidak mengubah apapun. Namun setidaknya posturku tidak terlalu berantakan.
"Hey El, how are you?" Tanya Charles seraya duduk di samping Ariel.
"I'm good." Jawabku singkat.
"Isabella, are you okay?" Tanya Zach setengah berbisik yang ternyata sudah ada di dekatku.
"Perfectly, Zach." Jawabku tanpa mengalihkan pandanganku pada buku di hadapanku. Jujur saja aku bisa merasakan jantungku mulai berdebar sangat kencang.
Zach menyukai Ariel.
"Kalian tidak akan lupa dengan karyawisata Florida bukan?" Tanya Hayley memecah keheningan.
Mereka semua kemudian nampak sibuk dengan apa yang akan mereka bawa, kemudian mereka akan duduk dengan siapa, dan lainnya. Florida, Dad sering mengajak kami pergi ke Panama City untuk memancing, saat musim panas sebelum ke Ohio. Atau ke Disneyland di Orlando, juga pergi Hollywood, dan Fort Myers tempat bibi Marceline tinggal.
"Bagaimana denganmu El?" Tanya Ariel tiba-tiba. Aku hanya mengangkat kedua bahuku tanda tidak tahu.
"Kurasa pantai akan sama sepinya dengan sekolah di musim dingin." Keluh Nick.
"Florida di bulan September kurasa dalam suhu yang baik saja." Ujar Hayley menunjukkan ponselnya, "Tidak jauh berbeda dengan awal musim dingin biasanya."
"72 in fahrenheit? Come on guys." Elak Nick.
"That was the lowest temperature, silly." Ujar Zach.
"Whatever. I still bring my sister's heater. By the way, where's Sara?" Tanya Nick.
"Dia pergi ke Houston."
"Jadi itulah alasan Blake menemui Tayler hari ini?"
"Apa alasannya?"Blake menemui Tayler? Itu tidak biasa diberitakan, sepertinya ada sesuatu di balik kata menemui mereka.
"Mereka bertengkar karena Blake tahu Tayler meniduri Sara di pestanya." Jawab Ariel singkat, "Dan seluruh sekolah tahu." Lanjut Ariel.
"Mereka sungguh sangat berlebihan." Tukas Zach.
"Tidak juga, karena Tayler juga meniduri Maddi di saat yang sama."
Aku sangat terkejut akan hal itu. Yang pertama, hal yang kudengar saat itu ternyata benar, yang kedua, cerita itu sudah tersebar luas, dan yang ketiga, mereka membicarakan kedua saudaraku. Ini terasa sangat aneh.
"Apa kau tahu itu El?" Tanya Charles. Mereka semua kembali menatapku, aku menghembuskan nafas panjang.
"Mung kin." Jawabku singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIZE
Teen FictionWritten in Bahasa Have you ever think about who or what will end your feeling of bored being such an ugly one? Everyone just mentally feel so pity of you, it sucks, totally sucks. Life without any sort of guy who loves you but daddy, always try to b...