"Jadi konsep sederhana kita adalah mencapai suatu keadilan di sekolah, tidak ada penindasan atau semacamnya. Tidak ada deskriminasi antar ras, gen, atau adat. Semua adalah sama. Amerika lahir karena persamaan kedudukan, tanpa itu kita tidak akan pernah jadi negara super power di dunia yang besar ini." Jelas Ariel panjang lebar, aku hanya tidak terlalu mendengarkan. Aku terus berfikir apa benar deskriminasi bisa diberantas habis secepat Ariel menyelesaikan kata-katanya tadi.
Zach dan Nick bertepuk tangan, lalu diikuti oleh gadis dengan kacamata berframe besar. Aku tak tahu siapa dia, yang jelas dia nampaknya sangat rendah diri.
"Wow, wow, tunggu dulu Ariel. Kau tahu bukan kau ini akan berkampanye untuk menjadi presiden di sekolah bukan Amerika." Cercah Jacob, kurasa namanya Jacob Whitesides.
"Aku setuju dengan Jac. Dia bijaksana." Ujar Nick kemudian bertepuk tangan untuk Jacob, konyol sekali.
"Yeah, kurasa dengan lebih baik adalah tidak ada kelahiran Amerika. Kau tahu? Mr. Jeff sangat sensitif." Jelas Linsey kemudian mengambil beberapa poster yang berbeda.
"Lihat ini, team Amathys mengambil judul 'Freedom is Our Middle Name' kurasa dia sangat lemah dalam judul, namun teamnya sangat kuat. Taylor Caniff pintar bicara, Laura dia juara pertama story telling dan spelling bee saat berumur 3 tahun. Zoey dia masuk lima besar 2 tahun berturut-turut. Hunter Rowland, aku tidak tahu kemudian Joey Birlem dia kembaran Zoey namun versi laki-laki, dia masuk kejuaraan internasional gulat di Jepang." Jelas Linsey panjang lebar ketika mengangkat poster berlatar galaksi milik Amathys.
Aku penasaran, team siapa yang Blake ikuti. Kurasa dia akan ikut team Daniel Skye. Baru saja aku berfikir tentang Blake, Linsey mengangkat poster dengan wajah-wajah dari team Daniel Skye. Dengan tergopoh-gopoh Zach duduk di sampingku yang sedari tadi hanya diam. Aku tidak melihat Hayley ataupun Tim, dan Charles dia sibuk melukis poster besar yang akan dipakai kampanye nanti. Charles adalah seorang pelukis sekolah.
"Dan kemudian team Daniel, dengan judul 'Shine Bright Like A Diamond' --"
"What? Seriously? Hahaha, silly." Potong Nick kemudian semuanya tertawa. Bodohnya, mereka pikir ini ajang tebak lirik.
"Okay Linsey, sebenarnya kita juga punya team yang sangat kuat. Pertama, kau, kau sangat strategic dan pengamat paling keren yang kutahu. Charles, dia bisa menggambarkan semuanya dengan baik dan melukis poster dengan bagus. Nick, dia cukup bisa membuat semua tertawa, itu menghibur. Jacob, dia sangat pintar dalam tata bahasa dan menyanyi. Kemudian Zach, dia pintar dan punya banyak relasi di sekolah ini, kita bisa memanfaatkannya. Hayley, dia pintar berdebat dengan logika. Tim, selalu memotivasi dan punya banyak ide. Ella, dia pemenang lomba pidato sekolah, dan semua guru mengenalnya. Kemudian Carl, dia cerdas dan sangat realistis." Jelas Ariel panjang lebar menunjuk kami semua satu persatu.
"Whoa, bisakah kau menjelaskan Nick Bean secara lebih spesifik." Protes Nick kemudian Zach menepuk-nepuk punggungnya dari sampingku.
Ariel kemudian merivisi pidatonya dengan bantuanku, gadis aneh tadi, Jacob, dan Zach. Sedang Linsey memilih untuk membacakan strategi yang seharusnya kita gunakan. Hayley dan Tim menempel poster di seluruh penjuru sekolah, yang bahkan aku belum tahu bagaimana poster kita. Charles masih sibuk dengan poster kampanye.
"Kau sudah lihat poster kampanye nya?" Tanya Zach setengah berbisik, mereka semua sibuk berdebat, "Kau bintangnya El!" Ujarnya seraya menyodorkan poster berukuran A4 berwarna merah dan biru.
Aku dapat melihat Ariel di depan dengan memegang buku dan memakai kacamata. Wajahnya sangat serius dan bersemangat, poster berjudul 'Stop the Bullying'. Astaga! Apa ini? Fotoku ketika meringkuk entah kapan dengan tanda silang besar. Astaga! Ini benar-benar keterlaluan. Ariel sudah kelewatan! Aku tidak tahu kapan tepatnya foto ini diambil, namun foto ini pernah menjadi alasan Amathys mendapat nilai A di pelajaran bahasa Mrs. Anderson. Aku tidak bisa melakukan ini, semua pasti akan tahu siapa gadis besar lusuh yang meringkuk di foto itu. Bahkan Zach bilang, aku adalah bintangnya.
Bintang.
Rasanya air mata yang sudah kutahan semenjak tadi meluncur begitu saja. Aku tidak ingin olokan, aku hanya ingin pujian. Aku tidak ingin ditolak, aku ingin diterima. Aku tidak ingin dilecehkan, aku hanya ingin mendapat perlakuan baik dari semua orang. Apa yang akan mereka katakan ketika melihat foto kegagalanku di sana? Mereka pasti akan lebih membuatku terpuruk. Tidak ada yang mau menjadi temanku lagi.
"Sorry guys, I'm leaving." Ucapku bergetar, aku gugup, ketakutan, dan cengeng. Aku lari bagai pecundang ke gudang aula. Hanya itu satu-satunya tempat aku merasa aman. Sendirian.
Dunia memang seperti tidak punya ruang untukku. Hidupku bahkan sangat datar dan lebih sering kepada menyakitkan dan memprihatinkan. Tidak ada yang benar-benar peduli padaku. Bahkan keluargaku sendiri, kakak dan adikku.
"Beritahu aku Ella..!"
"Ayolah kau memilih untuk berkata jujur!"
"Kalau begitu aku ingin menukarnya dengan menerima tantangan."
"Tidak boleh!"
"Ayolah El."
"Dia Blake, Blake Gray."
"Aww, adikku akhirnya kembali menyukai seseorang."
Namun nyatanya, kini Sara mengencani Blake. Kurasakan celanaku sudah berlumuran air mataku sendiri, aku tidak kuasa untuk menahan ini terus-terusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIZE
Teen FictionWritten in Bahasa Have you ever think about who or what will end your feeling of bored being such an ugly one? Everyone just mentally feel so pity of you, it sucks, totally sucks. Life without any sort of guy who loves you but daddy, always try to b...