Episode 14

828 21 0
                                    


Tenten dan Namkang kerja paruh waktu bersama. Namkang merasa lelah harus bekerja paruh waktu sehabis ujian semester dan mengeluh. Tenten,"Kamu enggak harus ngelakuinnya kalo kamu enggak mau". Namkang,"Bagaiman saya bisa mudah menyerah begitu?". Namkang ingin mengajak Tenten makan malam bersama sehabis mereka kerja di restoran. Namun Tenten ternyata hanya bersikap cuek dengan ajakan Namkang itu. Namkang pun bertanya,"Secara jujur, adakah sesuatu di hatimu ?". Tenten,"Itu pertanyaan lucu. Adakah sesuatu di hatiku ?". Namkang ingin tahu apakah sebenarnya Tenten punya rasa cinta dengannya, namun sayang Tenten tak menanggapi hal itu.

Dengan kesal Namkang pergi membuang sampah di restoran itu. Namkang pun hendak menangis. Tanpa Namkang sadar, ternyata P"Dan melihat tingkah Namkang itu dari dalam mobilnya. P'Dan pun menyahut Namkang dengan gaya bicara ceria, P'Dan,"Apa kamu lelah Namkang, Fakultas Kedoterran, Tingkatan Pertama ?". P'Dan berpura2 datang ke restoran Namkang bekerja untuk minum kopi. Namkang,"toko kami tutup jam 8 malam". P'Dan,"Jadi kamu luang dong. Apa kamu lapar ? Ayo pergi untuk makan sesuatu". Namkang bersikap bosan karena sikap Tenten tadi. P'Dan berjanji akan datang sebelum jam 8 malam untuk bisa merasakan kopi buatan Namkang. P'Dan mengulurkan tangannya, dan Namkang menyambut tangan P'Dan itu lalu hendak masuk kedalam toko tempatnya bekerja.

Saat Namkang kembali ke toko itu, Namkang tak melihat Tenten. Setelah merapikan toko, Tenten langsung pergi tanpa menunggu Namkang. Namkang memanggil nama Tenten, namun apalah daya Tenten sudah pergi. Namkang tentunya semakin kecewa karena sikap Tenten yang mengabaikannya. Saat Namkang hendak pergi, ternyata P'Dan sudah menunggu di parkiran. Di depan P'Dan, Namkang yang kecewa diabaikan oleh Tenten menangis. P'Dan mendekati Namkang. P'Dan,"Biarkan aku membawamu ke rumah ?". P'Dan mengambil tas Namkang kemudian memegang tangan Namkang. Namkang pun termangu, namun P'Dan menemani Namkang menyusuri taman di tengan malam. Namkang duduk di bangku taman, dan melimpah ruahlah segala tangis Namkang. Kekecewaan karena sudah ditolak oleh Tenten. Namkang tak menyangka sudah ditolak oleh orang yang sangat dikasihinya yakni Tenten.

P'Dan pun duduk disamping Namkang. P'Dan pun membawa pulang Namkang di mobilnya. Namun Namkang hanya termangu memandang pemandangan di kaca mobil. Di mobil Namkang juga masih menangis. Setelahnya Namkang pun memandang P'Dan yang sedang menyetir. Namkang,"P'Dan. Terima kasih banyak..". P'Dan tak menyangka Namkang bahkan memberikan sapaan "Wai" (sapaan dengan menutup tangan seperti berdoa kebiasaan masyarakat Thailand) kepada P'Dan untuk mengucapkan rasa terima kasihnya. Namkang mulai tersenyum dengan tingkah P'Dan yang menghiburnya. P'Dan menawarkan dirinya untuk mengatar Namkang sampai ke rumahnya. P'Dan,"Saat kamu sampai di rumah, cepat mandi. Berikan kekuatan buat tubuhmu dan merasa nyaman. Tidur yang banyak dan menghilangkan kelelahan". P'Dan menyarankan hal itu, karena Namkang terlihat jelek sekarang, dan berbeda dari pertama kali mereka bertemu dengan wajah yang cantik. P'Dan menyuruh Namkang untuk juga datang dalam menyambut para mahasiswa baru di kampus mereka nanti. Namkang,"Baiklah! Saya akan memerintah sunior untuk berbalik".

P'Dan tak menyangka Namkang kini sudah berlagak senior yang sudah masuk dalam tingkatan kedua. Dan keesokan harinya, adalah hari penyambutan mahasiswa baru di universitas tempat Tenten kuliah. Taliw Paew, dan Arm pun menjadi mahasiswa baru di kampus tersebut. Senior menyuruh para mahasiswa baru untuk berlari. Senior,"Tim mana yang jalan bersama dan terbaik dalam kebersamaan tim akan menjadi pemenang dalam tahun ini..". Senior menghukum setiap tim yang kalah dan akan menjadi budak di Fakultas. Dari kejauhan, Tenten memperhatikan tiga temannya sedang diplonco oleh senior. Paew,"Lihat kaki tim kita. Semuanya sama. Dan berat kita juga sangat sama". Arm,"Tapi kita punya determinasi/tekad". Paew menyuruh Taliw untuk mengikuti sarannya dimulai dengan menggerakkan kaki kiri lalu kaki kanan, kiri kanan, dan seterusnya. Dan perlombaan pun dimulia. Senior,"1...2...3".

Baru diawal bergerak tim Taliw, Arm, serta Paew malah terjatuh bersama. Melihat ketiga temannya terjatuh, Tenten tersenyum. Taliw, Arm, serta Paew berusaha untuk mengejar tim lainnya. Namun tiba di garis, ketiganya mereka tetap terjatuh. Agar bisa mengejar tim lainnya, Paew yang gendut berusaha mengendong Taliw, dan Paew serta Arm berusaha mengejar yang lain. Namun Taliw, Arm, serta Paew menjadi grup yang paling terakhir tiba. Setelah perlombaan itu, plonco kembali dilakukan oleh senior Taliw. Senior menyuruh semua mahasiswa baru untuk menghitung, Senior Taliw berkata,"Menjadi budak kepada senior. Yang terakhir menghitung akan menjadi budakku. Namun kita punya aturan jika seseorang ingin menebus sebuah kesalahan seperti tahun lalu. Berdiri dan berbalik 50 kali tanpa sempoyongan". Namkang serta Tenten pun menyaksikan acara penyambutan maba ini sambil tersenyum.

 Kiss Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang