Kembali

1.5K 65 2
                                    

Note  :
Maaf untuk chapter ini tentang cerita Kakashi author potong karena cerita ini harus di kebut. Dan lagi, nulis yang enggak enggak dan dibaca orang lain, saya merasa bersalah.

Makasih udah mau nunggu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sakura berlari sekencang-kencangnya nya sambil menahan air mata nya yang sedari tadi mendesak untuk keluar dari kelopak mata nya.

Setelah mendengar apa yang dikatakan Kakashi tadi, ia tidak tahu harus berkata apa. Dan akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke desa dan mengatakan apa yang terjadi selama ia berada di Takigakure.

Bagaimana rasanya orang yang kita sukai, kagumi, bahkan kita cintai ternyata mengkhianati kita?

****

Di desa Konoha.........................

"Oy, Naruto! Apa kamu tidak apa apa makan sebanyak itu? Kamu sudah nambah 5 mangkok ramen!" Tegur Sai yang berada di sebelah Naruto di kedai ramen.

"Dia tidak bisa diberi peringatan jika hanya dengan kata-kata. " Timbal Sasuke dengan nada cool nya.

"Kalian berdua berisik sekali! Aku sedang fokus makan tahu!" Kata Naruto kesal mendengar dua orang teman nya ngoceh. Menurut Naruto.

"Na-Naruto-kun, jika m-akan terlalu banyak, bi-sa jadi gemuk." Kata Hinata yang melihat Naruto sudah beberapa kali melipat gandakan porsi makan.

"Hei, Naruto! Setidak nya dengarkan kekasih mu itu! Dengar tidak dia ngomong apa?!" Bentak Sasuke setelah mendengar Hinata berbicara barusan.

"Oh iya! Aku lupa menanyakan hal ini kepada kalian! Setelah acara pernikahan sensei dengan Sakura, aku tidak pernah melihat mereka berdua." Kata Naruto mengalihkan topik pembicaraan.

"Kamu dengar tidak aku bicara apa barisan sama kamu?!" Bentak Sasuke mengingat Naruto mengalihkan topik pembicaraan.

"Kamu penasaran sekali, ya? Kenapa gak cepat nikah aja biar tahu apa yang biasanya dilakukan sepasang suami istri?" Tanya Sai jahil.

"Kemarin sih, aku sempat bertemu dengan Sakura. Tapi, tiba-tiba ia dipanggil Hokage untuk menemui hokage di kantor nya." Sahut Ino yang juga berada disana sebelum Naruto angkat bicara.

"Kemarin bukannya juga ada ledakan tiba-tiba di pusat desa?" Tanya Naruto memastikan.

"Iya. Dan setelah ledakan itu terjadi, aku melihat Sakura berlari menuju perbatasan desa." Jelas Ino.

"Kamu kenapa tidak memberitahu kami?" Protes Naruto kesal.

"Hmm? Memberitahu apa?" Tanya Ino bingung.

"Memberitahu kami jika kamu sempat bertemu dengan Sakura."

"Aku rasa itu tidak terlalu penting untuk mu, Naruto."

"Hei, semuanya! Itu Sakura-chan!" Pekik Hinata. Tidak seperti Hinata biasanya.

****

Sakura POV

TOK! TOK!

"Silahkan."

"Shisou, ini aku Sakura." Kata ku sebelum benar-benar masuk ruangan Hokage diambang pintu.

"Oh, Sakura ya! Silahkan masuk."

Aku pun melangkahkan kaki ku masuk ke ruangan itu. Tentu saja dengan mata lembab.

"Ya tuhan! Apakah kamu baik-baik saja? Ada apa dengan mata mu, Sakura?" Tanya Tsunade khawatir pada keadaan ku sekarang.

"A-aku baik saja. Tapi shisou perlu mendengar informasi yang aku peroleh dari misi kali ini."

Aku mulai menjelas kan apa yang aku alami selama di Takigakure. Mula-mula, aku menjelaskan keadaan desa itu. Dan sampai pada akhirnya, aku mengungkap kan siapa itu Haruki  orang yang memberikan perkamen dan memberikannya dengan cara memecah jendela.

Hal itu tentu saja membuat shisou kaget. Namun bagaimana lagi, semua itu telah terjadi dan tidak bisa dihindari.

"Sakura, pertama aku ingin minta maaf kepada mu karena aku salah menjodohkan orang pada mu." Kata Shisou dengan memegang bahu ku.

"Emm.. iya. Itu tidak menjadi beban dalam hidup ku." Jawab ku langsung.

"Baiklah. Dan perlu aku tegaskan. Orang yang salah harus diberi hukuman." Jelas shisou.

"Iya. Aku paham apa maksud shisou. Lagi pula, aku tidak menganggap dia adalah salah satu dari hidupku lagi. Bahkan seorang guru sekalipun." Jawab ku tegas. Tapi entah mengapa terasa sedikit menyakitkan dihati.

"Baiklah. Kamu boleh pergi."

Aku pun beranjak pergi keluar ruangan shisou. Aku berniat kembali ke rumah ku. Bukan rumah orang tua ku. (Tahu kan maksudnya?).

Aku berjalan dengan menundukkan kepala namun saat berjalan aku sama sekali tidak menabrak apapun. Aku hanya ingin tidak seorang pun menatap wajah ku saat ini. Pasti sangat kacau.

Namun tiba-tiba..............

"Hei, semuanya! Itu Sakura-chan!"

Aku langsung sadar bahwa suara itu berasal dari Hinata. Namun sedikit berbeda karena biasanya Hinata tidak pernah berteriak.

'Sial! Kenapa mereka melihat ku!' Umpat ku dalam hati masih mematung di tengah keramaian orang-orang berjalan kaki dimalam ini.

"Sakura-san..., sudah lama kita tidak bertemu." Kata Hinata tiba-tiba memeluk ku yang sedang melamun. Aku juga tidak sadar kapan Hinata berjalan kearah ku.

"Aku rasa baru kemarin aku bertemu dengan mu, Hinata. Tapi....

"Hei! Apa maksud mu memanggil ku dengan embel embel 'san'? Kamu biasa memanggil ku dengan 'chan'!!" Bentak ku kesal saat merasa aneh dengan panggilan Hinata.

"Kamu pantas dipanggil seperti itu. Lagi pula..., Sakura-san kan sudah me----"

"Aku tahu kamu akan bilang bahwa kamu memanggil ku begitu dengan alasan aku sudah menikah dengan nya. Tapi sejauh ini, aku tidak pernah merasa telah menikah." Jelas ku mengingat apa yang terjadi di Takigakure meski sekarang aku akui aku sedang mengandung.

"Selamat malam."

Aku pun beranjak pergi dari tempat itu.

****














Salam   :       Axteryx.

UNIQUE: The LOVER PEOPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang