Bullying

2.1K 176 3
                                    

Chapter 10

Setelah kejadian itu, dua hari Triss tidak sekolah. Entahlah racun apa yang ada ditubuhnya. Yang jelas, efeknya sangat menjengkelkan. Mulai dari pusing berkunang-kunang, keluar masuk wc, muntah-muntah, perut serasa diremas-remas.

Hari ini, Triss memutuskan untuk pergi kesekolah diantar Pa Amin. Takut dijalan terjadi apa-apa, makanya dia tidak membawa mobil.

"Non hati-hati atuhnya, jangan makan sembarangan" seperti biasa Pa Amin membukakan pintu, mempersilahkan Triss keluar sembari mengingatkan Triss dengan logat Sundanya yang kental.

"Siap!!" Triss mengangkat tangan membentuk sebuah hormat dikepalanya "nanti kalo udah pulang aku sms ya"

---

"Beres!" Zena menepuk-nepuk tangannya.

"Zen itu editan apa asli" Nitha menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Mereka sekarang berada didepan mading, menempelkan sebuah poto beserta artikel yang membuat semua orang tercengang melihatnya.

"Asli bego!" Zena berjalan satu langkah, lalu berhenti "lo bertiga harus bisa jaga rahasia ini. Awas aja kalo kebongkar gue yang nempelin! Lo semua juga bakal kena"

"Iya, kita gak mungkin bilang kalo lo yang nempelin poto ini. Tapi kan lo kemarin nempelin yang kaya ginian juga, dan orang-orang pada tau kalo lo yang nempelin ini" Sekarang Sinta yang bicara, dan diikuti oleh Kaelin dan Nitha yang manggut-manggut.

"Bodo amat!"

"Emang dia salah apaan sih sama lo? Gitu banget perasaan" Kaelin menghampiri Zena.

"Lo belum ngerti juga?" Zena menarik nafas kasar "gini deh, kalo lo lagi jatuh cinta keseseorang, terus lo bilang sama sahabat lo kalo lo cinta sama doi. Eh dasar gak tahu diuntung, sahabat lo malah nikung lo"

----

Triss memasuki sekolah dengan langkah yang gontai. Apalagi dia sekarang jalan sendirian. Tidak ada seseorang yang bisa diajak mengobrol. Berhubung kelasnya ada di lantai tiga, dia harus berjalan agak jauh. Sebenarnya, kelas paling atas itu menyenangkan, apalagi dibangkunya dia bisa melihat sekolah Azka. Tapi tetap saja menjengkelkan. Ya kalau lagi sakit seperti ini, pastilah yang jauh akan semakin jauh.

"Itu ya? Ih sayang banget murid baro ko gitu! Kenapa sekolah kita yang jelas elit nerima murid kaya dia ya!!" Segerombolan siswa berbisik-bisik sambil menunjuk-nunjuk Triss yang sedang melintas dihadapan mereka.

"Heh! Lo murid baru!" Seseorang menimpuk Triss dengan gumpalan kertas. Triss mendengus kesal, dia berbalik melihat siapa kiranya yang berani seperti itu padanya. "Apa!?" Bentak Triss pada seseorang itu. Laki-laki yang tidak ia kenali sama sekali.

"Cantik sih! Sayangnya pelacur!!" Laki-laki itu berbicara dengan nada yang menjatuhkan, diikuti dengan tawaan oleh dayang-dayangnya yang ada dibelakang.

"Lo bilang gue pelacur hah!?! Tau dari mana lo gue pelacur?! Berani banget lo ngomong gue pelacur!! Lo kenal gue? So kenal banget!! Gue aja gak kenal lo!!" Bentak Triss geram.

"Siapa yang gak kenal lo? Seantero sekolah juga tau kali, kalo lo itu cewek murahan yang demennya ngerebut pacar orang!!" Kali ini giliran para barisan dayang yang berteriak.

Triss kesal. Dia marah. Apa maksudnya semua orang bilang dia pelacur? Cewek murahan? Perebut pacar orang?. Tangannya mengepal. Dia ingin meninju wajah-wajah yang menghinanya. Tapi gerakannya tertahan saat bel masuk berbunyi.

Mencari Kiblat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang