Hakikat Cinta?

358 55 6
                                    


Siang ini pelajaran Agama Islam. Triss keluar ruangan karena tidak diwajibkan mengikuti pembelajaran. Dia hendak duduk dikursi taman, sembari membaca sebuah novel Teen Fiction.

"Triss!" Segerombol anak perempuaan menghampiri Triss yang sedang duduk sendirian. Mereka adalah Zena, Kaelin, Sinta dan Nitha.

"Oy." jawab Triss menengok sebentar kearah mereka lalu membuang muka lagi ke tulisan tulisan yang lebih bermakna baginya.

"Mau ikut ga? Kita mau ke kantin. Laper nih," kali ini giliran Nitha yang bicara. Dia memang doyan makan tapi badannya paling mungil diantara mereka.

"Makan aja yang lo pikirin. Gedenya aja enggak." Sinta menyimpan tangannya diatas dada.

"Kebiasaan lo berdua. Berantem aja! Cape gue deh dengernya." Zena menimpal mereka berdua.

"Oke stop! Biar gue tebak jawaban Sinta ama Nitha" semuanya menatap Kaelin heran "Sakit Centini bang! Bunuh centini dirawa dalam," begitu seterusnya Kaelin tertawa sendiri. Lalu semuanya meneloyor kepalanya kesal. Bukan apa-apa, selama ini Kaelin lah yang selalu memberikan gurawan lebay yang garing.

Sebelum makin ribut, kini Triss yang akan bicara "Em sorry guys. Gue lagi gak mood nih. Gue disini aja deh ya."

"Oh yaudah. Nanti kalo bosen nyusul aja ya!" Dan merekapun pergi sampai akhirnya hilang dari pandangan karena terhalang tembok.

Mereka berempat memang sudah dekat sebelum Triss pindah kesini, sampai akhirnya Triss bergabung bersama mereka karena dekat dengan Zena. Mereka semua baik walau kadang ngeselin. Jadi in the geng sekarang ada lima orang.

Kembali Triss fokuskan pada novel yang ada dihadapannya. Entah kenapa dirinya menjadi tidak fokus. Dia teringat Azka. Dia teringat apa yang selama ini Azka ucapkan. Dia teringat kemarin, Azka yang dengan kalemnya menjelaskan tentang hijab, walaupun Triss sendiri tidak tahu apa itu sebenarnya hijab.

Triss juga ingat, apa yang Azka bacakan ketika lomba beberapa hari lalu. Ayat suci Al-Qura'an. Terus saja teriang apa yang Azka bacakan, walaupun awalnya dia mengira itu adalah sebuah nyanyian. Tapi, baginya nyanyian mana pun kalah merdunya dengan apa yang Azka bacakan. Walaupun dia tidak tahu dan tidak mengerti apa arti dan isi dari Al-Qur'an itu.

Dan satu hal lagi yang Triss ingat. Hakikat Cinta. Ya, ketika Azka bersama Triss lalu datang Hana. Azka berbicara Hakikat Cinta. Selama tujuh belas Triss hidup didunia, dia tidak pernah mengerti hakikat cinta, apalagi hakikat cinta yang Azka maksud. Dia memang sering gunta-ganti pacar. Tapi itu dulu sewaktu dia di London.

Triss beranjak dari taman, dan memasuki kelas keagamaan. Sebelum masuk dia mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Permisi.." Triss memasuki kelas dan langsung disambut dengan tatapan yang beragam.

"Ada apa?" Tanya guru yang ada didepan, tentu saja dengan melemparkan senyuman.

"Boleh saya mengikuti pembelajaran Bu?"

"Boleh, tidak ada yang melarang kamu kok," Jawabnya lagi sembari tangannya disimpan dipunggung Triss, "Siapa namamu?"

"Triss." jawab Triss sembari tersenyum

"Silahkan kamu duduk ya."

Triss melangkahkan kakinya kebangku yang kosong. Hanya ada satu kursi yang kosong, disebelahnya ada wanita cantik dengan kerudung segi empat yang terpakai dengan rapi. Triss melihat name tag nya. Mutiara Annisa.

"Boleh gue duduk disini?" Tanya Triss padanya. Mutiara hanya mengangguk sembari tersenyum.

"Baik, semuanya siapkan peralatan tulis. Tidak boleh ada yang menyontek!" Ibu guru itu berbicara sambil membagikan lembaran-lembaran soal "Waktunya hanya 30 menit!"

Mencari Kiblat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang