Turki 

1.5K 145 9
                                    

Didalam pesawat Triss membuka kotak yang diberikan Azka. Ternyata isinya adalah Al-Qur'an kecil bertajwid yang disertai terjemahannya. Tak hanya itu, ada satu lagi. Buku kecil besampul hijau. Azka juga menyelipkan satu lembar kertas kecil diatasnya.

Don't look books the cover. Baca selalu ya Al-Qur'annya^^ Bukunya juga harus kamu isi. Terserah mau isi tentang apa, mau tentang perasaan kamu ataupun semua ilmu yang kamu dapat disana.

Semoga Allah mempertemukan kita lagi. Dan semoga ketika kita bertemu nanti, sesuata yang ada dihati kamu tidak akan pernah berubah. Kamu selalu ada disini, dihati.

---

Sudah empat tahun Triss tinggal di Turki, tepatnya di kota Istanbul. Selain menjadi mahasiswi, dia juga menjadi sukarelawan yang mengajarkan anak-anak yang kurang mampu.

Hari ini, jadwal Triss mengajak anak-anak pergi ke Topkapi Museum yang ada di Istanbul. Museum disini terdapat jubah dan pedang Nabi Muhammad SAW. Triss sedang menerangkan sejarah Nabi kepada anak-anak itu, tapi tiba-tiba dia melihat seseorang yang sangat ia kenali. Seseorang yang pernah membuat luka dalam dihatinya lalu pergi begitu saja.

"Bentar ya, kalian tulis semua informasi yang ada disini. Kakak mau pergi dulu. Jangan jauh-jauh" kata Triss sembari berlalu mengejar seseornag itu.

Triss hampir berkeliling keseantero Museum untuk mencari seseorang itu, dan ternyata seseorang itu tengah duduk dikursi luar yang tersedia dimuseum itu.

"Zen" kata Triss sembari mendekat, membuat seseorang itu berbalik dan gelagapan melihat kehadiran Triss disana.

"Aku kangen kamu Zena" kata Triss sembari memeluk seseorang itu yang ternyata Zena.

"Zena kamu jadi mualaf juga?" Triss melepaskan pelukannya dan menatap Zena dari atas sampai bawah. Ternyata Zena juga menggunakan hijab syar'i.

Zena menatap Triss dengan tatapan yang tidak bisa didefinisikan. Dia hendak berlari meninggalkan Triss, tapi tangan Triss sigap menahan Zena.

---

"Aku minta maaf ya Triss. Aku sadar, yang aku lakuin dulu itu sia-sia. Tulang rusuk itu gak bakal ketukarkan? Tapi aku malah sibuk buat nukarin tulang rusuk itu."

Sekarang pukul delapan malam, Triss dan Zena sedang berada ditaman kota sembari menikmati coffie late. Mereka tengah berbincang melepas rindu yang lalu.

"Itu kamu tahu, dulu bukan sekarang ataupun yang akan datang. Kamu gak minta maaf juga aku udah maafin. Yang jelas, sekarang aku seneng banget bisa ketemu kamu lagi, apalagi kamu juga jadi mualaf"

Zena hanya tersenyum canggung mendengarnya.

"Justin mana?" tanya Triss lagi.

"Dia gak ada, katanya lagi ke Amrik"

"Dia jadi mualaf juga?" Tanya Triss hati-hati

Zena mengangguk mantap sembari tersenyum. Triss ikut bahagia mendengarnya.

"Kaelin? Sinta? Nitha? Mereka apa kabarnya ya?"

Zena diam menunduk, dia menggeleng perlahan "Aku gak tahu" tiba-tiba sorot mata Zena menyiratkan kesenduan, entah karena apa.

"Kenapa?" tanya Triss sembari mendekat.

"Sebenarnya beberapa hari lalu aku bertemu mereka, tapi mereka gak percaya kalau ini aku" Zena melebarkan roknya dalam posisi duduk "Mereka bilang aku gak pantas pake baju kaya gini. Terus mereka pergi begitu aja"

"Kita gak maksud gitu kok. Maafin kita ya" tiba-tiba ada yang memeluk Zena dalam posisi duduknya dari belakang.

Triss yang melihat itu tersenyum bahagia. Ternyata yang memeluk Zena adalah Kaelin,Sinta dan Nitha. Persahabatan yang dijalan dengan kuat, sekalipun berakhir seperti ini-maksudnya ya berbeda agama. Hanya Triss, Zena dan Justin-lah yang menjadi mualaf.

Merekapun berpelukan dibawah cahaya rembulan. Berbincang sambil sesekali tertawa. Berbagi kisah setelah empat tahun ini berpisah. Tapi tiba-tiba Triss memecahkan tawa mereka, dia berbicara yang membuat harapan mereka untuk pergi berekreasi itu gagal total.

"Besok, aku pulang ke Indonesia"


Mencari Kiblat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang