Salah Menilai

1.9K 187 3
                                    

Chapter 13

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Hari ini hari minggu, tentu saja sekolah libur. Triss baru saja mendapat kabar dari tante Rani bahwa dia dan kedua orang tuanya akan pulang besok. Triss senang, setelah hampir 2 bulan dia tidak bertemu Thomas dan Jully.

Hari ini Triss berencana keluar rumah untuk menemui Azka. Dia ingin meminta maaf sekaligus berterimakasih padanya. Pasalnya, sejak dia bertemu Azka untuk yang pertama kali, Azka sampai sekarang selalu menolongnya dan dibuat repot olehnya.

Seperti biasanya, Triss mengendarai mobil BMW merahnya. Dia juga mengenakan baju dress mini berwarna biru langit dan dilapisi rompi tanpa lengan dengan warna yang senada. Tujuan pertamanya yaitu taman yang ditunjukkan Pa Amin dulu. Kini taman itu diberi nama mini flowers. Biasanya Azka selalu ada disana bersama Nizam.

Triss memarkirkan mobilnya agak jauh dari taman. Didepan banyak juga mobil yang terparkir, mungkin di taman ini sedang acara. Benar saja, ketika Triss menyelinap masuk ke taman-karena berdesakkan- disana sedang merayakan acara ulang tahun. Dia mengelilingi taman mencari Azka, tapi tidak ada. Kembali lagi dia kedalam mobilnya.

Tujuan kedua, dia berencana mengunjungi rumah Azka. Walaupun dia tidak benar-benar tahu dimana rumahnya, tapi dulu dia pernah mengantarkan Azka dan berhenti didepan rumah bercat abu-abu. Mungkin disitu rumahnya.

Pagar rumah bercat abu-abu terbuka, membuat Triss semakin mudah masuk kerumah itu. Dia memarkirkan mobilnya dihalaman depan. Begitu dia keluar dari mobil, betapa kagetnya dia melihat sekeliling rumah ini. Dari luar tidak begitu luas, tapi setelah masuk, langsung terpesona dengan keindahan rumah ini. Ada taman kecil disamping rumah itu, ditengahnya ada kolam ikan hias. Disamping sebelah kanan, terjejer mobil dan motor.

Triss tidak yakin ini rumah Azka. Mana mungkin Azka memiliki mobil dan motor balap. Disana terdapat satu mobil lamorghini, mobil travel, entahlah masih ada 4 mobil lagi terjejer disana. Ada juga motor ninja berwarna merah, hijau, putih. Untuk apa kendaraan sebanyak ini Azka miliki? Apa mungkin sedang ada keluarga besar? Jika iya, kenapa rumah ini begitu terlihat sepi?

Dengan tekad kuat, Triss mengetuk pintu beberapa kali. Tidak ada jawaban selama hampir lima menit. Dia hendak pergi, membalikkan badan. Lalu ada tangan mungil yang menggenggam tangannya.

"Kak Tliss!?" Begitu Triss membalikkan badannya lagi, Nizam sudah memeluknya erat. "Kak Aka! Ada kakak Tliss!" Nizam berteriak, menoleh ke pintu.

Tak lama ada seseorang yang datang. Wanita yang terlihat masih muda, tapi sebenarnya sudah hampir tua. Wanita yang berjilbab biru tua yang panjang sampai menutupi lengan itu menghampiri Triss dan menyambutnya dengan senyuman yang mendamaikan.

"Umi kenalin ini kak Tliss, yang seling main sama Izam di taman" Kini Nizam melepas pelukannya, dan menggenggam tangan Uminya.

"Pagi menjelang siang tante" Triss menyalami Umi demi sopan santunya.

"Mau bertemu Azka? Ayo kita masuk" Umi merangkul Triss mengajaknya masuk.

Sambil berjalan masuk Umi berkata " kamu itu sering diceritain sama Azka loh. Awalnya sih Nizam yang suka cerita, terus ya Azka tuh suka marah kalo Nizam nyeritain kamu. Tapi sekarang tuh malah dia yang sering nyeritain kamu" lalu Umi dan Triss tertawa bersama, sedangkan Nizam berlari mencari Azka.

Sebenarnya banyak yang ingin dia tanyakan tentang Azka, tapi lidahnya seakan kelu. Debar jantungnya terlalu cepat sehingga dia tidak bisa berkata apa-apa. Ingin sekali dia bertanya 'apa yang selama ini Azka ceritakan tentang dirinya kepada uminya?' Triss pikir selama ini Azka membencinya, jika iya, apa mungkin Azka menceritakan tentang dirinya sebuah kejelekan semata? Tapi Triss yakin, Azka tidak seperti itu. Bahkan dengan cara uminya memberitahukan itu, terlihat dari raut wajahnya yang cerah.

Mencari Kiblat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang