Ini awal atau hanya kebetulan?

9.9K 334 6
                                    

Bintang memang selalu ada, tapi terkadang dia malu-malu untuk menampakan dirinya; seperti malam ini. Ada rasa ragu dibenak Triss, ketika dia hendak keluar, mengawali rutinitasnya di Kota yang baru saja beberapa hari ini dia injakan. Tapi, rasa 'ragu' memang selalu kalah denga rasa 'ingin', dan akhirnya dia memilih melajukan mobilnya ke tempat di mana kebisingan itu selalu hadir; club malam.

Sialnya, di tengah perjalanan ban mobil Triss mengalami kebocoran parah, hingga mengakibatkan mobilnya harus menjalani operasi semalaman.

Mirisnya lagi, dia lupa membawa handphone. Alhasil, yang bisa dia lakukan sekarang adalah berjalan melanjutkan perjalanan. Sebenarnya dia ingin pulang saja, tapi perjalanan pulang lebih jauh dari pada tempat tujuan.

"Ck, Indonesia ternyata dingin ya," decaknya.

Sudah hampir 400 meter, barulah dia menemukan plang kecil dipinggir gang bertuliskan "Jalan pintas menuju Kesenangan – Club Halilintar." Tapi ketika dia masuk ke dalam gang yang sempit, ada suatu bangunan kecil berkubah silver. Di bawah lantai paling depan ada tulisan Batas Suci.

Triss menatap bangunan itu dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Dia mencoba mengingat, bangunan apa itu. Sejuk sekali kelihatanya. Tapi sekeras Triss mencoba mengingat, sekeras itu juga ingatannya berlari kencang.

Pikirannya teralihkan ketika sesosok laki-laki keluar dari bangunan itu. Yang membuatnya tercengah adalah cara berpakaian laki-laki tersebut. Dia laki-laki, tapi, kenapa dia memakai pakaian seperti wanita? Pikirnya begitu. Bagaimana tidak? Laki-laki itu mengenakan baju berwarna putih, tapi berupa dress panjang sepanjang mata kakinya.

Otaknya kembali berputar, apakah di London dia pernah melihat pakaian seperti itu?

Tangan laki-laki itu memegang kalung bersusun batu, lalu dia seperti berkomat kamit, atau mungkin sedang menghitung berapa jumlah batunya? Masa sih?

Tapi,untuk apa juga memikirkan nya? Toh, Triss tidak kenal laki-laki itu. Akhirnya dia memilih melanjutkan perjalanannya.

*

Club malam di sini tidak berbeda jauh dengan yang ada di London. Yang membedakan hanyalah suasana. Jika di sana Triss selalu bersama teman-temannya, disini dia hanya sendiri.

Suasana hatinya tengah buruk. Dia baru saja pindah dari London ke Surabaya. Perubahan lingkungan membuatnya sedikit kaget. Biasanya ketika di sana, dia selalu melakukan kegiatan sebebas dia, semau dia, apapun itu. Tapi disini? Rasanya seperti terpenjara. Padahal, dia baru tinggal selama enam hari.

Ah, sudah berapa gelas ya Triss meminum vodka nya? Dia tidak sadar sampai-sampai, sekarang, dia sudah sedikit mabuk.

Tahu apa yang dia lakukan? Hanya mengangguk-anggukan kepala mengikuti tempo musik. Saking nikmatnya, dia tidak sadar bahwa sedari tadi ada yang memperhatikannya. Akhirnya, setelah mengumpulkan keberanian, Laki-laki tampan yang duduk di sebelahnya menyapa. "Hai, gue Gue Justin Gilbert." Katanya.

Triss mengernyit.

"Nama lo, nama lo siapa?"

"Trisselia. Panggil aja Triss."

Mereka berbincang. Random. Apa saja yang ingin Justin bicarakan. Tapi sayang, Triss sebenarnya sudah mabuk ketika mereka mengawali perbincangan. Hingga dipastikan, setelah ini, Triss tidak akan mengingat apa-apa.

*

Bayangkan bagaimana mabuknya Triss malam ini? Apalagi keadaan yang memaksanya kembali pulang sendiri, jalan kaki. Jelas sudah tidak ada kendaraan lagi, berada di sudut kota memang tidak mudah mencari kendaraan umum, apalagi sekarang sudah jam 3 pagi.

Mencari Kiblat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang