Chapter 25 : Wish

4.8K 352 22
                                    

Cerita sebelumnya..

"A-aku tidak tahu kalau ternyata kita akan kembali lagi ke tempat ini" Micell berujar cukup keras, namun suaranya hanya didengar oleh Julie yang berada tepat disebelahnya.

"Ya. Aku juga tidak menduga hal ini akan terjadi" balasnya.

"Fi, sekedar ingin tahu saja. Tapi, apa kau tahu nama kerajaan yang berdiri di tempat penyimpanan permata itu?"

Gadis itu menoleh sekilas, lalu mensejajarkan jalannya bersama Julie dan Micell. "Oh. Aku belum bilang soal itu pada kalian ya?" mereka mengangguk. "Istana itu diberi nama Lumiyos. Dan kebetulan sekali, karena kota yang kita datangi adalah.."

--kota Lumiyos.

.

.

Chapter 25 : Wish

...

Stevi memfokuskan pikirannya, berusaha memanggil suara asing yang muncul di benaknya. Berulang kali ia berpikir tentang, bantuan. Maka, berulang kali pula ia tidak mendapatkan jawaban dari suara itu. Ia bahkan hampir putus asa saat mendengar jeritan Griscella yang terdengar bahkan sampai di dapur.

"Ku mohon. Bantu aku.. akan ku lakukan apapun. Tapi ku mohon bantu aku.." berbicara pada angin, Stevi merasa dirinya mulai gila. Mungkin saja, suara yang ia dengar sebelumnya tidaklah nyata, mungkin juga hanya ilusi semata. Lalu, kenapa sekarang dirinya berharap bahwa semua itu nyata?

"Akan ku lakukan apapun.." ulangnya, sebisa mungkin dirinya menahan tangis yang hampir pecah itu. Karena sekarang ia yakin, bahwa sudah tidak ada harapan lagi.

Namun, saat dirinya hendak melangkah pergi dari dapur. Kepalanya mendadak sakit, telinganya berdengung, dan yang paling parah hidungnya mendadak mimisan.

"A-apa.. yang terjadi?"

"Huwaa.. maaf, apa itu menyakitimu?"

Tubuhnya menegang, lalu dirinya menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencoba memastikan apa ada orang atau tidak di dekatnya. Suara itu.. apakah mungkin?

"K-kau.."

"Ah. Aku belum memperkenalkan diriku ya? Maaf atas ketidak sopanan ku ini. Nama ku Ai, dan aku kembali untuk mendengar jawaba--"

"Bisakah kau menunjukkan jalan menuju dunia mu? Bukankah kau tinggal di tempat yang sama dengan Lykas dan kedua pemuda lainnya??" potong Stevi cepat. Ia tak peduli apakah sikapnya akan membuat gadis bernama Ai itu jengkel padanya atau tidak.

"Eh? Jadi kau ingin kembali? Kenapa cepat sekali pikiranmu itu berubah..?"

"Apa kau.. bisa membantuku?" sedikit cemas dengan jawaban yang akan diberikan oleh Ai, Stevi pun meremas ujung bajunya dengan gelisah.

"Tanpa kau pinta pun aku akan membawamu dan juga teman-temanmu kembali ke tempat ini"

"Kalau begitu, apa yang harus ku lakukan??"

"Kau harus mendapatkan kembali ingatanmu, dan untuk itu kau.. harus mengorbankan sesuatu"

Stevi mengerjapkan matanya. Apa tadi dia bilang? Mengorbankan sesuatu? Cemas-cemas ia menelan ludahnya gugup. Sebelum akhirnya berkata. "Ya. Akan ku lakukan apapun, bahkan meski aku harus mengorbankan sesuatu"

"Kalau begitu, ikuti perintahku. Pertama, aku ingin kau mengusap batu permata yang ada di gelangmu sampai dia bercahaya.."

"Sejak kapan aku memakai gelang ini?" gumamnya saat melihat sebuah gelang perak yang melingkar manis di pergelangan tangannya. "Um. Sudah kulakukan.."

Adventure In Lost WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang