Malam ini, langit terlihat mulai berbintang. Meski tak terlalu banyak, akan tetapi cukup untuk membuat Dante tersenyum. Ia senang bahwa kini langit tak sekelam biasanya, sudah ada bintang-bintang yang berpijar disana. Dante berharap demikian pula hidupnya. Semoga hidupnya tak lagi kelam, semoga sinar itu segera datang. Dan berbicara soal sinar, rasanya Dante memang sudah mendapatkan sinarnya. Ya, ia sudah menemukan kunang-kunang yang selama ini dinanti-nantikannya. Yasmin, ya, dialah kunang-kunang Dante!
Ketika mengingat nama itu, Dante yang tengah berdiri di sebuah jembatan penyeberangan dan menatap langit malam, tiba-tiba teringat akan kekasihnya itu. Sedang apa sang kekasih kini? Apakah ia juga memikirkan Dante, seperti Dante yang memikirkannya? Perlahan, ia meraih ponsel di dalam saku celananya. Untunglah, ia kini memiliki ponsel sehingga bisa berkomunikasi setiap saat dengan kekasihnya itu. Ia memencet-mencet tombol ponsel dan mencari-cari nama Yasmin. Begitu ia menemukannya, segera Dante menekan tombol hijau agar dapat terhubung dengan nomor tujuannya. Setelah mendengar bunyi tut panjang beberapa kali, akhirnya terdengar sapaan dari seberang sana. Suara Yasmin, ia kenal itu.
"Halo, Dan," sapa Yasmin. Dante tersenyum senang mendengar suara sang kekasih.
"Halo, Sayang. Kamu sedang apa?" tanyanya. Sejenak, tak ada sahutan. Namun Dante mendengar bunyi lagu Jazz dan beberapa kali suara klakson mobil dari speacker ponsel. Ia mengerutkan kening, dimanakah Yasmin, pikirnya.
"Aku...sedang...dirumah saja," jawab Yasmin akhirnya, agak terbata. Dirumah? Kenapa ada lagu Jazz dan klakson mobil, pikir Dante. Ah, apakah Yasmin mulai membohonginya? Pikiran-pikiran buruk mulai hinggap di pikiran Dante. Apakah benar apa yang dikatakan teman-temannya bahwa ia akan menyesal dan dikecewakan oleh Yasmin? Ah, tidak! Dante segera menyingkirkan perasaan-perasaan tersebut. Ia tahu, Yasmin takkan membohonginya. Ia percaya akan hal itu!
"Dirumah?" tanyanya agak bingung.
"Eh, iya," jawab Yasmin, terdengar gelagapan. "Sudah dulu ya Dan, SMS saja, tidak perlu telepon. Nanti pulsamu habis," sambung perempuan itu.
"Aku baru saja mengisinya," jawab Dante. Sejenak kemudian, ia mendengar suara batuk seorang lelaki. Dante mengerutkan kening lagi, siapa lelaki itu? Di rumah Bu Ida tidak ada laki-laki dewasa. Dan dirumah itu juga tak pernah diputar musik Jazz, apalagi klakson mobil, karena dirumah itu tidak ada mobil. Kecurigaan Dante makin bertambah. Ya Tuhan, semoga kecurigaanku tak terbukti, bisik hatinya.
"Sudah ya Dan. Selamat malam," bisik Yasmin tergesa-gesa dan langsung mematikan hubungan pembicaraan. Dante gusar, sepertinya ada yang disembunyikan Yasmin darinya. Ada ketidak-terus-terangan disini. Dante tahu itu. Tapi apa? Apakah sebenarnya Yasmin masih jual diri? Atau ia berselingkuh? Oh, tidak, semoga jangan, pekik hati Dante. Ia tak bisa bayangkan bila hal itu sampai terjadi. Ia tak bisa bayangkan betapa kecewa dirinya nanti, mungkin ia bisa mengakhiri hidupnya. Karena ia mencintai Yasmin terlalu dalam.
Tak lama, ponselnya kembali bergetar. Dante melihatnya dan menemukan sebuah pesan disana. Ia membukanya, ternyata itu dari Yasmin.
Selamat malam, kunang-kunangku. Sudah makan?
Demikian isi pesannya. Dante tersenyum sekilas dan membalas pesan tersebut.
Sudah. Kau sendiri?
Tak lama, masuk lagi pesan balasan dari Yasmin.
Jangan pikirkan aku. Aku sudah kenyang hanya dengan memikirkanmu.
Dante geleng-geleng kepala membaca balasan tersebut. Tidakkah itu terkesan berlebihan, pikirnya. Ia lalu kembali membalas pesan tersebut.
Jangan lupa makan, nanti kau sakit. Aku mencintaimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kunang-kunang Di Langit Ibukota
Romance"Sungguh, aku tak sanggup menerima cinta yang kau berikan. Rasa itu terlalu mahal jika dipersembahkan kepada perempuan seperti diriku. Aku ini kupu-kupu malam," ucap Yasmin pedih. "Walau bagi orang lain kau adalah kupu-kupu malam, tapi bagiku kau ad...