BAGIAN XLI

39 5 1
                                    

"Yasmin..." untuk kedua kalinya, nama itu terlontar begitu saja dari mulut Dante. Dan hal itu membuat Riana menghentikan mobilnya secara mendadak. Untuk tidak ada kendaraan lain di belakang mobil tersebut. Riana mengerutkan kening dan menoleh pada pemuda yang duduk di sampingnya itu.

"Kau kenapa sih Dan?" tanyanya, seolah tak suka Dante menyebut-nyebut nama Yasmin terus. Dan pemuda itu nampak terengah-engah mengatur napasnya. Entah mengapa pikirannya tak pernah bisa beralih dari Yasmin. Sementara di luar mobil, hujan kembali mengguyur, menimpa mobil Riana.

"Aku..." bisik Dante tertahan. Ia tak mampu meneruskan kata-katanya. Entah mengapa seperti ada sekat di tenggorokannya hingga ia tak mampu meneruskan kata-katanya. Riana mendengus dan menarik rem tangan mobilnya agar kendaraan itu tak bergerak. Kemudian, ia mengelus pundak Dante, lembut.

"Sudahlah, hilangkan dia dari pikiranmu. Tak ada gunanya kau ingat-ingat dia lagi. Toh, dia saja tak mengingatmu juga. Bahkan dia berani menduakanmu. Kurasa, perempuan macam itu tak patut untuk diingat, apalagi ditangisi," ujar Riana. Ia terus membelai-belai pundak serta wajah Dante. Membuat pemuda itu agak merasa risih. Ia menoleh dan berusaha menyingkirkan tangan Riana dari tubuhnya.

"Maaf Ri," bisiknya. "Aku... Aku belum bisa sepenuhnya melupakan dia," sambungnya. Ada getar cinta di balik nada suaranya. Dan hal itu membuat Riana mendengus, agak kecewa. Kemudian, tangannya kembali mulai mengusap tubuh Dante, kali ini lengan pemuda itu yang menjadi sasaran.

"Aku paham, kau pasti sangat mencintainya. Karena pemuda sepertimu punya rasa cinta yang sangat tulus. Cuma, jika rasa cintamu dibalas dengan suatu kebohongan dan pengkhianatan oleh Yasmin, apakah kau masih sudi memikirkannya?" ungkap Riana pula, mencoba mencuci otak pemuda itu. Ia ingin membuat Dante benar-benar melupakan Yasmin. Karena selain ingin membalaskan dendamnya, ia juga mulai tertarik pada Dante.

Dante menghela napas gusar, ia sendiri bingung kenapa pikirannya terus saja tertuju pada Yasmin. Apakah ada sesuatu yang buruk yang tengah menimpa perempuan itu? Ah, Dante bingung. Sejak tadi tak pernah hilang bayangan dan nama Yasmin dari benaknya. Walaupun ia sudah mencoba untuk menghalaunya. Akan tetapi tetap saja muncul lagi dan muncul lagi.

Elusan tangan Riana di lengannya membuat Dante tersadar. Ia menatap gadis yang duduk disampingnya itu dengan pandangan tak menentu. Ia melihat Riana memandangnya tak berkedip, dan tangan gadis itu masih membelai-belai lengan Dante. Membuat Dante merasa makin risih. Ia sudah berusaha menyingkirkan tangan itu dari lengannya tadi, akan tetapi Riana seolah tak mau mengerti dengan sikapnya itu. Gadis itu seperti orang bebal.

Dante mengalihkan pandang ke luar, di luar mobil, hujan makin deras mengguyur. Hawa dingin-pun menelusup masuk hingga membuat bulu Dante meremang. Ia kembali melirik Riana, dan gadis itu juga nampak mulai kedinginan.

"Dingin Dan..." bisiknya. Dante mengerutkan kening, apa maksud gadis ini, pikirnya. Perlahan, tangan Riana yang semula berada di lengannya, menjalar mulai meraba dada pemuda itu. Terus naik ke lehernya dan direngkuhnya leher Dante hingga wajah Dante kini mendekat ke wajahnya. Saat itulah, Dante mulai mencium gelagat tidak baik dari tingkah gadis itu. Apalagi saat Riana makin berani, ia makin mendekatkan bibirnya ke bibir Dante dan sejenak sebelum bibir mereka menempel, Dante berontak. Ia mendorong bahu Riana hingga gadis itu tersandar di joknya. Dante kini menatapnya geram.

"Apa-apaan kau ini Ri?" semburnya. Riana memperbaiki sikap dan mencoba tetap tenang.

"Maafkan aku Dante, aku terbawa suasana," bisiknya. Dante mendengus dan geleng-geleng kepala.

"Tak sepatutnya kau melakukan itu. Ingat, kau ini perempuan, buat dirimu berharga di mata lelaki, agar lelaki yang berusaha ingin mendapatkanmu," ucap Dante. Riana terhenyak, kata-kata itu membuatnya lagi-lagi terpaku. Belum pernah ada lelaki yang mengatakan hal itu padanya. Bahkan selama ini lelaki yang dikenalnya hanya ingin bercinta dengannya. Tapi Dante justru bertolak belakang. Dia justru menolak saat diajak melakukan hubungan terlarang itu. Dante lelaki yang istimewa, Riana tahu itu. Dan ia patut diperjuangkan. Dan Riana siap memperjuangkannya.

Kunang-kunang Di Langit IbukotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang