Langit sudah gelap. Aku baru sampai kota Dexati. Tapi kota ini masih ramai, banyak orang lalu lalang, tidak seperti di desaku, begitu matahari tenggelam, desa menjadi seperti tak berpenghuni. Aku terus kedalam kota, mencari alun-alun yang disepakati. Alun-alun itu memiliki Air mancur bertingkat yang sangat besar, jadi mudah untuk menemukanya, aku berkeliling disitu. Aku melihat ke sekitar, tapi rasanya aku sedang diawasi, beberapa orang melihatku, ada yang melihat dengan keheranan, ketakutan, bahkan dengan tatapan kebencian. Rasanya jadi tidak enak, mungkin aku seperti maling? lagian tidak mungkin dia akan menungguku sampai larut malam.
Aku mencari tempat makan yang bukan di bar, karena aku tidak terbiasa dengan aroma minuman bir dan semacamnya. Sulitnya bukan main, dan sekalinya ketemu sepertinya aku menemukan resotoran mahal. Aku langsung mengurungkan niat. Lagi pula aku tidak begitu lapar. Akupun sekalian mencari penginapan, tapi aku tidak menemukanya, maksudku tidak menemukan yang kosong, dan lagi-lagi sekalinya kosong hotelnya yang berkelas, yang semalamnya sekitar 1500 Pia, bisa-bisa aku tidak bisa bertahan lebih dari seminggu kalau begitu.
"Aahh... aku akan tidur disini saja."
Aku yang mencoba tiduran di bangku alun-alun, tidur di luar ruangan, ini lebih baik dari pada aku tidur tepat di jalan, aku akan terlihat seperti yang lain. Karena yang mencoba tidur di alun-alun bukan hanya aku saja, ada beberapa orang pula yang coba tidur disini. Mereka terlihat tak terusus, apa mereka tidak memiliki rumah? Ada yang disudut gang, ada yang di pinggiran air mancur, ada pula yang di kursi seperti ku.
"Heeeei! Kembalikan! Itu satu-satu barang yang ku miliki!"
Eh? Ada apa ini? Pencurian?? Aku melihat ke arah sumber suara, terlihat seorang laki-laki yang tadinya sudah tidur sekarang menangis. Ini tidak bisa dibiarkan. Aku coba berdiri dan menghampirinya, tapi ketika beberapa langkah, ada suara yang menghentikanku.
"Jangan kau dekati nak, mau itu pura-pura atau tidak, itu sama saja. Kau akan terlibat masalah."
Seorang laki-laki paruh baya berbicara padaku. Apa maksud omonganya itu?
"Tapi dia kecurian, apa aku akan diam saja?"
"Heh, baik juga kamu, malah orang sepertimu yang paling mudah dimanfaatkan. Apa kamu tidak berfikir? Kalau benar itu pencurian dan kamu menolongnya maka yang lain akan meminta tolong kepadamu juga, tapi kalau itu rekayasa kamu yang akan dicuri."
"Eh?? Untuk apa berbohong seperti itu??"
"Ini kota besar nak. Banyak orang yang sudah putus asa. Kamu bisa melakukan hal yang lebih baik dari pada langsung menolong."
Aku semakin bingung saja. Tapi pemikiranku terhenti karena laki-laki itu melanjutkan ucapanya yang membuatku tidak bisa tidur.
"Kamu itu target selanjutnya, sekejap kamu tidur, hilang barang-barang yang kamu dapatkan."
Benar-benar hari yang panjang, aku tidak boleh tidur kalau begitu, aku harus tetap terjaga. Aku akan duduk dan mengamati sekitar. Aku ingin mengucapkan terima kasih kepadanya tapi dia sudah tidur kembali.
Malam yang sangat panjang, aku sudah kelelahan dari pertarungan tadi siang. Aku duduk dan sadar badanku perlahan menduduk sesekali aku berdiri untuk menghilangkan kantuk. Sesekali aku juga ketiduran. Melihat langit mulai terang, aku merasa sedikit tenang.
Ehh, silau. Aku menghadap kelangit? Sudah siang lagi. Rasanya serperti tiduran. Apa ini sudah siang? Tapi aku tadi dibangku kenapa rasanya nyaman sekali. Cahaya matahari itu kini terhalang dengan sosok perempuan yang... cantik sekali...
"Hei.."
Ucapan itu di ikuti dengan senyumannya yang sangat indah. Sebentar, aku kan lagi di alun-alun. Ini pasti mimpi, mimpi seperti itu lagi! Aku bergegas mencoba bangun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Light Stone : Wanderer Stone
AdventureAlternative title : Batu Cahaya : Batu Pengelana -CERITA INI JADI DRAFT, jd nulisnya berantakan. Terkendala ksibukkan n blocking. Mohon maaf s besar"nya- ~(Rincianya update terus)~ Kisah ini menceritakan bagian hidup perjalanan Budi Pratama. Sebuah...