Beberapa jam telah berlalu, sekarang aku menuju kota Dexati. Ada 2 jalur menuju kota Dexati bila dari Red River. Jalur Pejalan dan Kendaraan. Daerah bukit kering di antara Red River dan Dexati adalah alasanya, orang-orang yang hanya berjalanan memilih melewati celah-celah bukit, jalur ini begitu nyaman karena udaranya tidak sekering di jalur Kendaraan, aku bisa bilang begitu karena aku mencoba dulu. Aku berjalan seorang diri, aku tidak melihat pejalan yang lain. Sekalinya pun ada kebanyakan mereka bergerombol, itu yang dikatakan Enrika.
Jalan disini sangat membingungkan, bayangkan aku berkali-kali tersesat menemui jalan buntu. Satu-satunya yang dapat membantu perjalanan hanya menaiki bukit dan melihat arah. Itu sangat membuatku lelah. Seharusnya aku menunggu kelompok lain saja, tapi aku sudah menunggu terlalu lama.
"Hei kau!"
Eh? Ada yang memanggil? Aku melihat sekitar. Oh, ada orang menyuruh untuk mendatanginya. Setelah sampai dihadapanku ada seorang pria, tidak tinggi dan tidak begitu terisi pula. Dia berkata lagi
"Aku melihatmu beberapa kali menaiki bukit, apa kamu tersesat?"
"Eh iya, apa kamu tersesat juga?"
Aku aku balik bertanya.
"Eh, tidak anu aku tidak tersesat, aku tau."
"Tau jalanya?"
"I,iya! Aku tahu! Ayo ikut!"
Kenapa dia berubah gitu nadanya? Mungkin dia kesenangan ada orang lain. Kami berdua mulai berjalan, aku mengikutinya dari belakang.
"Wah senangnya, terima kasih. Aku jadi mengikuti kamu."
"Eh i,iya."
Aku ingin tau berapa kali dia melewati jalan ini, aku yang sekali saja bisa beberapa kali tersesat.
"Kamu sudah berapa kali melewati ini?"
Pria itu diam saja, mungkin kurang terdengar.
"Emm, kau ingat sekali ya jalan ini."
Aku coba sedikit keraskan. Masi saja tidak ada jawaban. Eh? Apa dia jalanya dipercepat ya?
"H,hei tunggu!"
"Tingg~"
Suara besi yang dipukulkan ke besi lain, aku melihat ke sekeliling mencari sumber suara itu. Aku jadi tau sumber suara itu berasal, tapi aku juga tau kenapa suara itu dibunyikan. Aku berada di bawah bukit, dan aku sedang di kelilingi oleh para bandit. Cih, sepertinya mereka aku terjebak.
"Sayaaang!"
"Papaaa!"
Suara itu terdengar agak jauh kedepan, suara pria itu, dia memanggil siapa?
"Maafkan aku semua, sekarang ayo kita pulang."
Pria itu berkata sambil menangis. Seorang wanita, dan 1 anak perempuan yang ada dipelukan pria itu mencoba bangun bersama.
"Hahaha! Kata siapa kalian bisa pulang hah?!"
Seorang dari 2 pria di belakang mereka, masing-masing membawa pedang, dan pakaianya, ah pasti ini bandit.
"Tapi kalian sudah janji akan melepaskan kami! Aku sudah memenuhi permintaanmu! Aku sudah membawa satu orang lagi untuk--"
Bugh!
Hei hei, dia masih berbicara! Lagian keluarganya melihat di depan matanya!
"Papaaa! Tolong jangan tendang lagi! Jangan, jangan sakiti lagi!"
![](https://img.wattpad.com/cover/70360952-288-k816814.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Light Stone : Wanderer Stone
AvventuraAlternative title : Batu Cahaya : Batu Pengelana -CERITA INI JADI DRAFT, jd nulisnya berantakan. Terkendala ksibukkan n blocking. Mohon maaf s besar"nya- ~(Rincianya update terus)~ Kisah ini menceritakan bagian hidup perjalanan Budi Pratama. Sebuah...