Berita Baik Untuku, atau untukmu?

8 0 0
                                    


Kini aku begitu semangat, mendengar Rizal sedang berada disini. Aku bergegas menuju alun-alun dan menunggu disana. Ini masih pagi hari, jadi kemungkinan bertemu denganya pasti lebih besar. Sesekali aku membeli makanan untuk mengusir kebosananku, mungkin aku akan terlihat aneh, seharian di tempat makan berdiam diri. Tapi orang-orang disekitar sini seperti tidak memperdulikannya. Rasanya hari ini sangat berbeda dari biasanya. Hari begitu sangat panjang, aku mencoba fokus melihat ke sekitar, apa ada Rizal yang duduk atau hanya lalu lalang.

----

Langit yang berwarna oren kini datang, aku mulai gelisah karena masih belum melihat sosok Rizal. Aku masih ingin menunggunya, tapi badan dan pikiranku masih butuh istirahat, masih sore begini aku sudah mengantuk. Aku memilih menyudahi untuk hari ini, aku juga baru teringat tidak pamit dengan siapapun di rumah.

Kreakk

Ciri khas dari pintu rumah Wina ketika dibuka, aku sampai hafal suaranya.

"Aku pulang..."

Tidak ada yang menjawabku, tapi Wina muncul dengan wajah marah.

"Kenapa kesini lagi?"

"heh? Bukanya aku memang tinggal disini, walau sementara."

"Bukanya di tempat Ainun?"

Dia semakin tajam melihat ke arahku.

"Sudah pergi sana, bukanya lebih nyaman disanakan? Kamu bisa peluk dia bermesraan, di depan umum pula."

EEH?? DIA TAHU?!

"I, itu bukan aku, dia sendiri yang melakukanya Wina, maaf, tolong maaf."

Eh? kok aku minta maaf ke dia?

"Lalu kenapa kamu tidak melepaskanya?!"

Sekarang dia sambil cemberut membentakku

"Ah, apa yah... dia menangis... jadi aku biarkan saja."

"Hah? menangis?"

"Iya wina, aku tidak tahu kamu dapat tahu dari mana, yang pasti waktu itu dia menangis."

Kini Wina terdiam, dan raut wajahnya pun kini kembali ke biasa.

"Aku tidur dulu, makanan ada di dapur, sudah aku siapkan."

Dia juga masih lelah ternyata. Eh aku ingin memberitahu sesuatu.

"Eh, Wina Tunggu sebentar, aku ingat cerita ketika kita sedang menuju gua."

"Hem? Yang mana? Tentang desaku?"

"Iyah, kamu sudah tahu siapa pelakunya?"

"Aku tahu, kaki tangan dari pemerintah, para bandit elit, kelompok ular putih."

"begitu, aku baru mendengarnya... Aku mendapatkan kabar baik untukku dan mungkin juga ini kabar baik untukmu, Sekarang Rizal sedang dikota ini. Mungkin dia bisa membantumu."

"Dia? Apa dia sekuat Satria?"

"Siapa Satria?"

"Orang yang aku cari, duh."

"Oiya ya, aku tidak tahu, mungkin dia sepadan."

"Kalau begitu besok pagi saja kita mencarinya."

"Tidak biar aku saja, kamu lebih baik istirahat. Kamu juga harus bekerja kan?"

Dia tidak menjawab, tapi dia langsung menuju kamarnya.

Keesokan paginya, aku langsung bergegas keluar rumah. Wina melihatku dan menahanku sebelum keluar rumah.

Light Stone : Wanderer Stone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang