Sambutan Hangat

6 1 0
                                    


Pagi yang cukup berawan, setelah kemarin kami sampai di kota pada sore hari, kami bertiga langsung istirahat di rumah. Dan sekarang kami ingin membahas Sagita, kami berempat sudah berkumpul di ruang tamu, lantai bawah biasa kami berkumpul. Semua terdiam, tidak tahu harus memulai dari mana. Namun, Sagita akhirnya yang mulai berbicara.

"Semua, maaf aku yang egois. Sehingga merepotkan kalian. Aku tahu ini sangat fatal tapi aku juga ingin memberikan hadiah ke—"

"Hadiah apa? apa hadiah itu lebih penting dari nyawamu?"

Wina berbeda dari yang semalam. Aku tidak mengerti dia.

"Kamu bisa saja kehilangan nyawa Sagita, kami benar-benar kawatir akan keadaanmu, coba—"

"Benar, ini lebih penting dari nyawaku".

Luna tercengang, aku dan Nita juga. Memang ada yang seperti itu?

"Ada sebuah tanaman yang... bisa menyembuhkan sakit jantungnya"

"Tanaman? Bukanya kamu mencari batu rove?"

Aku langsung bertanya tanpa menunggu penjelasan selanjutnya.

"Awalnya iya, tapi aku sudah menyerah. Dan aku menjadi mencari tanaman itu."

Aku menjadi bingung dengan ucapan Sagita. Dia bilang tanaman yang menyembuhkan ya?

"Siapa yang sakit?"

Aku bertanya lagi kepada Sagita, tapi seketika itu juga aku sadar.

"Sebentar, berarti—"

"Iya, yang kamu pikirkan benar, saudaraku, yang kalian anggap pacarku."

Ucapanku terpotong, tapi sekarang pikiranku yang terpotong. Pacarnya itu saudara?? Apa benar yang di ucapkan Sagita?

Luna dan Nita langsung menanyakan kebenaran ucapan Sagita, aku tidak bisa mendengarkan mereka karena mereka berbicara berdekatan sekali. Aku tidak mendengar dengan jelas, Sagita seperti memberi tahu sebuah nama penyakit, lalu mereka bertiga berpelukan dan menangis. Aku? Cuma bisa melihat tanpa melakukan apapun, aku akan menanyakanya lain waktu, aku pikir ini waktunya 3 perempuan ini saling mendekat. Aku berjalan keluar rumah, mereka tak sadar akan hal itu. Aku menuju bar Mata, untuk mengembalikan perlengkapan.

----

"Budi!"

Ainun melihatku dari jauh, dia langsung berlari kepadaku.

"Uhugh!"

Dia langsung memelukku erat-erat, tapi yang kurasakan seperti tertabrak seseorang.

"Syukurlah. Kamu baik-baik saja. Semalam aku tidak bisa tidur karena takut kehilanganmu."

"Hei hei... bagaimana dengan Wina."

"Wina siapa dia??"

"Eh, maksudku, Luna"

"Ah... biarkan saja, dia tidak peduli kan? Kemarin kamu belum pulang saja dia tidak mencarimu kesini."

"Eee... karena dia ikut bersamaku."

Ainun terdiam menatapku.

"Tapi dia selamat juga?"

"Tentu, aku tidak akan meninggalkan dia."

"Cih!"

Ainun langsung kecewa. Sepertinya aku tahu kenapa.

"Jadi, ini... aku kembalikan, terima kasih banyak Ainun."

"sama-sama, tapi ini untukmu saja."

"Hah? bukanya cuma meminjamkannya."

"Iya, tapi sekarang aku ingin memberinya. Kamu memang seharusnya memiliki pedang dan tameng itu. Dan sepertinya, kamu tidak bisa bekerja lagi disini."

"Apa maksudnya ini Ainun?"

"Orang yang kamu maksud, Rizal. Sepertinya hari ini dia ada di alun-alun."

"Ah?? Yang benar kamu?!"

"Untuk apa aku berbohong padamu? Huff... padahal baru saja bertemu lagi, tapi harus berpisah lagi."

Suara ainun mengecil, entah kenapa aku menjadi merasa bersalah seperti ini. Aku bahagia, tapi membuat orang sedih.

"Ma... maafkan aku Ainun."

"Tidak, tidak perlu. Baru kali ini aku benar-benar ingin memiliki seorang pria."

Aku jadi tidak tega meninggalkannya. Ainun yang diceritakan oleh Wina dan apa yang aku lihat agak berbeda. Hanya di bagian dia sering bermain dengan pria, aku tidak pernah melihatnya. Aku benar-benar melihatnya sebagai perempuan yang baik.

"Tenang saja, aku akan sering-sering main kesini."

"Buat apa? kau kan sudah ada Luna."

"bekerja untuk membayar hutang lah."

Ainun membalas senyumanku, senyuman yang sangat tulus. Semoga ini yang terbaik.

Catatan :

Hai hai! Akhirnya Budi mendapatkan kabar tentang Rizal, walau tahu harus berpisah dengan kehidupanya sekarang. Akankah ada halangan lagi? Atau semua berjalan lancar? Let's see next release!

Gomene ceritanya emang sedikit dan malem postnya, ngampusnya jadi aslab jadi tor banyak tugas. Dan mungkin akan hiatus kalau gak kekejar nulis bagian 3 nya :3

Yang pasti tolong berikan vote dan comment reader ya! Karna partisipasi kalian sangat berharga dan membuat tor semangat menulis lebih baik! (semua tor pasti gitu haha)

Dukung dan vote bagian ini juga ya! :]

Jeykojey

28/09/2016

Light Stone : Wanderer Stone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang