BAGIAN II. : - - - - - - - : .
Aku berkeliling kota, mencari bar mata, Luna lupa memberitahuku di mana letaknya dan langsung pergi begitu saja. Entah kebiasaan atau apa, aku merasa di perhatikan lagi, tapi kini beda, rasanya mereka keheranan melihatku. Ah paling seperti semalam. Aku coba mencari-cari, akhirnya aku bertanya. Dan bar itu letaknya di pinggiran kota ternyata.
Wah besarnya ini bar, 4 lantai yah. Apa semua lantainya bar? Dari pada lama-lama aku masuk ke dalamnya, di dalamnya cukup ramai, tapi berbeda dengan tempat yang semalam aku kunjungi, disini cukup tenang, tidak kacau, sangat rapi.
"hei bung, jangan halangi jalan, masih banyak yang mau masuk."
Ah, aku salah tempat untuk mengamati, dari pada cari masalah aku langsung duduk di tempat meja panjang yang tepat di tempat bartender. Ketika baru duduk aku langsung ditawari pesanan oleh wanita yang cukup menggoda.
"Mau pesan apa?"
"Emm minuman yang tidak beralkohol."
"Heh?"
Senyumnya jelas mengejekku. Aneh ya? Sekarang aku yang bertanya.
"Tidak ada?"
"Ada, tunggu sebentar."
Dia pergi kebelakang raknya, terdengar sedang mengambil sebuah tempat minuman yang terbuat dari kaca.
"Ini, ambil. Sari jeruk limun."
Segelas minuman yang cukup menyegarkan hah? Setelah sekali tegup aku bertanya kepada pelayan tadi.
"Apa aku boleh tanya, ada pelayan yang bernama Ainun?"
"Hem? Ada. Ada perlu apa denganya?"
"Aku ingin bicara dengannya."
"Pentingkah?"
"Emm bisa dibilang begitu."
"Emang mau bicarakan apa?"
"maaf, aku tidak bisa bicarakan kepada orang lain."
"Oouh, baiklah kalau kamu tidak mau ceritakan padanya."
Padanya? Ayolaah sesibuk itukah.
"hei hei nona, tunggu sebentar."
"Hah? Nona? Hahaha"
Perempuan itu tertawa terbahak-bahak. Aku berlebihan yah? Dia mengomentari ucapakanku.
"Waw, unik sekali ucapanmu, apa lagi?"
Haaah? Apanya yang unik? Bukanya itu cara memanggil perempuan dengan hormat?
"hee... tolong pertemukan aku denganya, aku tidak tahu kemana lagi, menurut Luna, aku mungkin bisa mendapat informasi yang kucari."
"Luna...?"
"Iyah, Luna Winata. Kau kenal dia juga?"
"Siapa yang tidak kenal dengan dia, dia pernah memenangi kontes putri kota beberapa tahun lalu."
Waaah, berarti pandanganku tidak salah. Luna memang cantik sejak pertama melihatnya.
"Begitu, jadi bisa tidak bicara dengan Ainun?"
"Duhh, kamu ini sedang berbicara denganya dari tadi."
.......
".........EEEEH??"
Aku dikerjai! Aargh! wanita macam apa ini?! Berbelit-belit sekali!
"Sudah-sudah jangan melongo terus, nanti lalat masuk berterbangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Light Stone : Wanderer Stone
AdventureAlternative title : Batu Cahaya : Batu Pengelana -CERITA INI JADI DRAFT, jd nulisnya berantakan. Terkendala ksibukkan n blocking. Mohon maaf s besar"nya- ~(Rincianya update terus)~ Kisah ini menceritakan bagian hidup perjalanan Budi Pratama. Sebuah...