"Hei Bud, kamu tidak tidur?"
Luna menanyakan keadaanku. Yap, sekarang masih tengah malam, dan aku sudah terbangun.
"Aku masih belum terbiasa Luna."
"Ah begitu, maaf kalau rumah ini tidak sebagus rumahmu."
"Ah bukan itu, tapi aku belum terbiasa dengan waktu ibadahku."
Aku biasa bangun sebelum pagi, kalau di desa ada panduanya, yaitu ketika 3 bintang besar mau menyentuh salah satu bukit, kami memanjatkan doa kepada Tuhan kami, aku sendiri bukan orang yang tekun beribadah tapi aku selalu berusaha sebisa mungkin melakukan kewajibanku.
"Eh ibadah? Dipagi buta?"
"tidak juga luna, ketika langit hitam mulai membiru tepatnya."
"emmm... agama sulami?"
"yap, kau tahu juga."
"yahh, banyak agama juga disini, dan aku sendiri belum yakin yang mana. Tapi yang pasti kita bisa menciptakan rumah, alat yang kompleks dan sebagainya, tapi siapa yang menciptakan kita dan alam ini?"
Waaah... perempuan ini, pemikiranya dalam juga.
"Jadiii, kamu ingin tahu kapan langitnya akan berubah warna?"
Luna menanyakan permasalahan yang sedang ingin kupecahkan.
"Kalau gitu, kamu bisa liat jam itu, dan ingat baik-baik. Kau tahu, membuka jendela malam-malam membuat dingin seisi rumah bud."
"Kalau begitu kenapa tidak peluk seseorang saja?"
Ah! Aku keceplosan! Itu biasanya aku ucapkan ke sofi ketika ada Kiki!
"Apa kau bilang Bud?"
"Ah itu, kenapa tidak pakai selimut saja?"
"Masih dingin Budi Pratama, jadi tutup sekarang oke?"
"Okeh."
Aku langsung menutup jendelanya.
Heff... aman! Tempat tidurku aman! Mungkin aku terbiasa dengan Sofi jadi aku masih kesulitan untuk menjaga sikapku ini.
Aku sudah melakukan kewajibanku, dan mereka berdua Luna dan Nita pun sudah bangun dan berpakaian rapih dengan baju yang seragam.
"Eh itu baju kalian sama? Seragamkah?"
"Betuuul, kami bekerja di toko di pagi hari sampai siang!"
Jawaban yang sangat ceria dari Nita. Rasanya pagi ini jadi tambah semangat.
"Baiklah aku berangkat dulu."
"Hati-hati Nis, jangan lupa tanya Sagita."
Luna menjawab salamnya, tapi kok dia tidak bareng?
"Ayo kita sarapan Bud."
"Loh, Nita tidak sarapan?"
"Dia ada keperluan, Ayo."
Oouh, begitu ya.
----
Kami berdua pergi ke tempat yang berbeda dari kemarin, kami membeli roti yang masih hangat di alun-alun, dan banyak orang.
"Ramai sekali ya."
"Karena ini hari libur, hampir semua libur bersama-sama."
Luna menjawab keherananku.
"Enak ya rotinya. Apa kamu langganan disini?"
"Iyah, kalau membuat sarapan nanti aku tidak keburu masuk pagi... Budi... setelah ini apa yang akan kamu lakukan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Light Stone : Wanderer Stone
Phiêu lưuAlternative title : Batu Cahaya : Batu Pengelana -CERITA INI JADI DRAFT, jd nulisnya berantakan. Terkendala ksibukkan n blocking. Mohon maaf s besar"nya- ~(Rincianya update terus)~ Kisah ini menceritakan bagian hidup perjalanan Budi Pratama. Sebuah...