Tujuan pertamaku adalah menuju Builder Hut, orang lain diluar desa mengenalnya desa Landax. Begitulah kerjaan orang dewasa. Sampai membuat desa miniatur agar orang terkecoh. Perjalanan menuju Builder cukup menyusahkan, bayangkan saja, tidak ada jalan setapak, aku hanya diberi catatan petunjuk tanda jalan saja, ketika sudah melewati sedikit bebatuan, aku menemukan sungai yang sangat lebar, disitu aku harus berenang, atau jalan sedikit menjauh, dan menyebrangi titik yang dangkal. Tentu saja aku pilih mencari titik dangkal itu, karena aku tidak bisa... bukan, belum bisa berenang tepatnya.
“Auu~”
Eh? Belum apa-apa disambut serigala? Padahal baru saja beres sampai di bibir sungai. Apa boleh buat aku harus langsung bersiaga sambil menemukan jalannya.
Dengan penuh waspada aku memasuki hutan pondok builder, hutan yang sebenarnya tidak begitu besar, terlihat dari pepohonan yang tidak begitu tinggi tapi cukup lebat, hingga sinar matahari samar-samar memasuki hutan ini. Masi jauhkah dari jalan setapak?
Kesrek… Kesrek…
Hem? Aku coba hampiri suara itu, semoga itu orang pondok.
Setelah mencoba menembus semak-semak, ternyata sedang ada kawanan serigala. Haduh belum juga ketemu desanya.
“Auuu! Auuu!”
Raungan salah satu dari tiga serigala itu sangat nyaring, hingga membuat ku mencoba menutup telinga. Tak lama datang lagi dua dari samping dan belakang ku. Kehh! Kenapa jumlah mereka banyak?!
“Ayo laah! Aku baru keluar desa dan sudah menghadapi bahaya seperti ini!”
Aku berteriak ke kekawanan serigala itu, tapi mereka seperti mengerti dan menertawakanku. Cihh! Apa boleh buat, kalau bisa aku mundur perlahan, karena tidak mungkin menghadapi semua. Aku yang dari tadi menggenggam pedang pendek mencoba melihat kesekitar mencari celah.
Aku melihat celah! Ah! Ada yang menyerang dari belakang!
Serigala yang dari samping mencoba menjatuhkan ku, tapi aku berhasil menghindarinya. Tanpa jeda datang lagi serigala yang lain dan aku berhasil lagi menghindarinya dengan bergelinding, tapi sebelum aku beridiri ada lagi yang datang.
Aku harus mulai menjatuhkan serigala ini, kalau tidak akulah yang di jatuhkan!
“Hiyaa!”
Satu telah tumbang, sisanya empat lagi. Ayolah aku tidak ingin menambah lagi. Tapi sepertinya mereka semakin geram.
“Grrr…”
Matanya semakin tajam, dan mulutnya mengeluarkan liur yang banyak. Sepertinya, ini masih berlanjut. Ah! Mereka datang sekaligus!
Empat serigala itu maju bersamaan. Satu serigala datang lebih cepat dan loncat ke arahku.
“Bukk!”
Tiba-tiba sepotong kayu besar menghempaskan serigala-serigala itu.
“Hei nak! Kau tidak apa-apa?!”
Suara pria yang sangat berat. Ketika aku menengok ke arah sumber suara itu dia terengah-engah dan menyambutku agar berdiri lagi.
“Kau pasti Budi ya? Aku Agus. Belakangan ini serigala itu sering berisik.”
“Oh iya aku Budi. Bukanya serigala memang suka meraung?”
“yaa… tapi raungannya beda. Seperti terancam begitu. Ah mereka kabur juga.”
Betul, serigala itu kabur semua. Mungkin karena perawakan Agus yang besar jadi mereka takut?
“Baiklah kita ke pondok, kau beruntung sekali bisa selamat tanpa luka.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Light Stone : Wanderer Stone
AventuraAlternative title : Batu Cahaya : Batu Pengelana -CERITA INI JADI DRAFT, jd nulisnya berantakan. Terkendala ksibukkan n blocking. Mohon maaf s besar"nya- ~(Rincianya update terus)~ Kisah ini menceritakan bagian hidup perjalanan Budi Pratama. Sebuah...