Budi, dia benar-benar tidak mengerti perasaanku. Perkataanku ini bukan main-main, aku menyerahkan jiwa dan ragaku ini bukan sekedar kata Budi. Aku berjuang mempertaruhkan hidup, tapi apa?? setelah itu kamu pergi ke perempuan lain?? Aku Cuma sekedar alat untukmu?! Aku, Luna Winata, benar-benar serius mengatakanyaaa! Argh, rasanya aku ingin teriak sekuat-kuatnya, dasar Budiii!
Hahh, dari pada aku tidak jelas kemana, lebih baik aku belanja untuk makan malam nanti.
"Hei... kenapa kamu?"
Eh? seseorang menepukku dari belakang?
"Ada apa dengan muka kesal itu? Wajah cantik kamu jadi hilang."
"Siapa kamu?"
Ada apa ini? Tiba-tiba perempuan ini berbicara denganku.
"Hanya pelanggan tetap di tokomu, paling kamu tidak ingat aku yang mana."
Benar juga, aku tidak akan ingat begitu mudah, setiap hari toko Serat Roti di banjiri pembeli.
"Kamu punya masalah?"
"Tidak hanya kesal ke seseorang."
"Mungkin kamu bisa bicara denganku, kamu tahu, sesama perempuan?"
"Hahh, aku tidak bisa bercerita dengan banyak, tapi dia itu ahh, kamu tau, sangat mengesalkan, aku sudah membantunya berjuang tapi dia mendekati perempuan lain, dia juga sudah menumpang hidup denganku tapi sehari-harinya dia berada di tempat perempuan lain, dan kini, dia semakin dekat dan sepertinya, dia ingin meningglakanku."
"Hemm begitu ya, mungkin aku bisa mendengarkan ceritamu."
Aku masih mau berbelanja jadi sekarang aku berbincang-bincang selama perjalanan denganya. Aku bicarakan Budi denganya, tentu saja aku tidak langsung membicarakanya dengan menyebut namanya, dia selalu mengejekku kalau aku menyukainya, itu benar, tapi sekarang aku benar-benar kesal dengannya.
----
Entah kenapa berbicara kepadanya membuatku sedikit tenang, dan ketika aku memerhatikan pakaianya, kini aku sadar dia memakai baju gaun, tapi ada armor juga. Badan dan pundaknya tertutup armor, kakinya juga, tapi dari bawah lutut saja memakai armornya.
"Oiya ngomong-ngomong, kamu ini petarung?"
"Iyah bisa dibilang begitu."
"Sebenarnya, aku punya masalah yang lebih besar."
"Hemm, apa itu?"
"Aku mencari seseorang, yang bernama Satria."
"Satria? Rasanya aku pernah dengar"
Aku langsung menjelaskan siapa itu Satria, dan kenapa aku mencarinya. Aku sudah lama tidak melakukan hal ini. Membuatku sedikit mengenang waktu sebelum menetap di kota ini.
"Jadi itu alasanya?"
"Iyah seperti yang aku ceritakan."
"hemm, aku tidak bisa bilang aku tidak memiliki dendam, tapi yang pasti aku ingin mereka yang melakukanya mendapatkan hal sepadan."
"Begitu ya, aku jadi kurang yakin. Sebenarnya, aku kenal dia."
Hah?? apa aku tidak salah dengar?!
"Mau aku antar?"
"Sebentar, kamu... Mia, semudah itu memberitahuku?"
"Lah, memangnya kenapa?"
"Bisa saja aku adalah orang yang mengincar nyawanya, karena dia sendiri adalah Satria si ahli perang."

KAMU SEDANG MEMBACA
Light Stone : Wanderer Stone
AventuraAlternative title : Batu Cahaya : Batu Pengelana -CERITA INI JADI DRAFT, jd nulisnya berantakan. Terkendala ksibukkan n blocking. Mohon maaf s besar"nya- ~(Rincianya update terus)~ Kisah ini menceritakan bagian hidup perjalanan Budi Pratama. Sebuah...