Menjadi Warga Dexati

7 0 0
                                    

Tidak terasa aku menjadi salah satu bagian dari aktivitas kota ini, aku kerja di tempat Ainun setiap pagi, di tambah 2 hari sekali untuk membantu di toko Luna, Serat Roti. Yang membuat waktu terasa berjalan lebih cepat adalah pekerjaan di Mata, karena benar-benar menguras badan dan pikiranku, dia benar-benar tahu cara memperkejakan orang, tapi aku juga beruntung karena selalu diberi makanan dan tip setiap harinya. Tentu saja dia menawarkan tip yang macam-macam, tapi aku ingat perkataan Luna.

Aku mencari keliling kota, atau menunggu Rizal di alun-alun, itulah kegiatanku setelah beres bekerja. Aku selalu memperhatikan sekitar, sejauh mata memandang, sekaligus menikmati pemandangan kota ini. Tapi kali ini aku melihat sesuatu yang berbeda. Luna dan Nita pergi sedang melihat ke berbagai arah, seperti dia mencari sesuatu. Aku menghampirinya, ingin tahu apa yang terjadi.

"Kalian berdua sedang apa disini?"

Mereka berdua terkejut melihatku, apa mereka tidak sadar aku memerhatikan mereka dari tadi?

"Ah Budi, tolong kami, Sagita tidak pulang lagi semalam."

Nita memohon kepadaku.

"Hah? Baru juga semalam, sebelumnya 3 hari tidak pulang kalian tidak begitu panik."

"Ini beda Budi! Dia menghilang tanpa kabar, dia sudah berjanji kalau dia tidak pulang dia akan bilang sebelumnya, kalau tidak berarti dia pasti pulang."

Luna berbicara dengan penuh tekanan, dan ucapanya sedikit gemetar.

"Tenang Luna, coba tenangkan dirimu, matamu sudah berair. Mungkin—"

"Tidak ada mungkin Budi! Dia bilang kalau dia... akan pergi ke tempat yang agak berbahaya, tapi... tapi... kita tidak tahu tempatnya."

"Tempat apa? Untuk apa ketempat seperti itu??"

"Untuk mencari batu rove."

"Hah? buat apa??"

"Untuk dia berikan ke seseorang."

"Untuk pacarnya, lebih tepatnya."

Nita memberikan keteranganya. Baiklah tapi itu tidak penting sekarang.

"Oh oke, oke. Sekarang yang jadi permasalahan... dia tahu dari mana?"

Luna menjawabku lagi.

"Nah itu kita sedang mencarinya. Aku lupa namanya, tapi dia teman sepelajar Sagita."

"Jadi kemungkinan dia di sekitar sini?"

"Tidak, tapi pasti, karena rumahnya dekat alun-alun. Aku lupa yang mana, tapi kalau aku sudah lihat pasti ingat."

"Eeh... jadi apa yang aku harus bantu?"

Mereka terdiam sejenak.

"Kamu menunggu saja di rumah Bud, kalau dia kembali tolong jaga dia, jangan sampai dia pergi lagi."

Luna menyuruhku begitu, tanpa berfikir panjang aku langsung pulang ke rumah. Pertama-tama, aku langsung masuk mencoba mencari Sagita di dalam rumah, tapi dia tidak ada dikamarnya pula. Setelah itu aku menunggu di depan pintu, mungkin dia melewati rumah atau semacamnya.

Sampai Luna dan Nita kembali, Sagita tidak muncul juga.

"Apa dia sudah pulang?"

Luna menanyaiku. Aku hanya menggelengkan kepala. Luna benar-benar terkejut, hingga kakinya lemas dan tidak bisa menahan badanya. Nita yang berada di sampingnya berhasil menopangnya.

"Kamu kenapa Luna?!"

Aku juga menjadi ikut terkejut, tapi karena melihat Luna duduk lemas di jalan.

Light Stone : Wanderer Stone Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang