Perubahan sikap Teo dari hari ke hari mendapat respon positif dari teman sekelasnya. Ia mulai mendapat cukup banyak teman walaupun tidak begitu akrab. Ia juga tak lagi mengacuhkan Jae Hyung yang notabennya adalah teman sebangkunya.
Teo hanya berdiri memandangi hujan dari salah satu jendela di koridor yang dekat dengan pintu utama sekolah. Ya, hari itu hujan mengguyur cukup deras hingga membuat Teo mengurungkan niatnya untuk pulang lebih awal. Teo sebenarnya bisa saja menerobos hujan tanpa takut sakit, tapi ia tak mau buku-buku yang ia bawa basah karena air hujan. Berlebihan memang.
"Tae Oh? Kau belum pulang?" tanya Jae Hyung yang terlihat berjalan menghampiri Teo.
Teo menoleh. "Aku tidak membawa payung."
"Ck." decak Jae Hyung. Namja itu berdiri di samping Teo. "Kenapa harus menggunakan payung? Kita bisa hujan-hujan!"
"Aku tak ingin bukuku ba-"
"Tidak usah kau teruskan. Aku sudah tau apa jawabanmu. Kau terlalu menyukai buku." cibir Jae Hyung. Namja itu menepuk pundak Teo. "Kalau begitu, aku duluan." ucapnya dan berlari pergi.
Jae Hyung menerobos hujan begitu saja tanpa memedulikan tubuhnya yang dengan cepat basah karena hujan yang deras. Teo hanya bisa diam di balik jendela melihat sikap Jae Hyung yang seperti itu.
"Apakah menyenangkan memandangi hujan dari sini?"
Sebuah suara yang tak asing, membuat Teo menoleh dan mendapati Haera yang telah berdiri di sampingnya. Yeoja itu juga memandang ke arah luar jendela, memandangi setiap tetes air yang jatuh dari langit. Ia menjulurkan tangannya untuk meraih butiran-butiran air itu.
"Aku hanya menunggu hujan reda." jawab Teo dan kembali meluruskan pandangannya.
Haera tersenyum saat tiba-tiba ingatannya terputar pada kejadian di mana ia dan Teo yang pernah berteduh di bawah pohon saat kecil.
"Sepertinya percuma menunggu hujan reda. Kau bisa menunggu hingga malam." ucap Haera.
Hujan itu memang deras, ditambah langit yang terlihat pekat serta gemuruh yang terkadang terdengar membuat siapa saja tau bahwa hujan itu akan bertahan lama.
Haera mengambil sebuah payung dari tasnya. Beberapa hari terakhir memang hujan, jadi Haera telah menyiapkan payung ditasnya untuk berjaga-jaga.
"Kau mau pulang bersama? Bukankah rumah kita searah?" tawar Haera.
"Aku tidak mau merepotkanmu."
"Hei ayolah. Aku tak merasa repot. Lagi pula, kau mau menunggu di sini hingga malam?"
Teo tampak berpikir namun Haera dengan segera menarik tangan Teo hingga ke teras sekolah. Yeoja itu membuka payung miliknya dan memayungi tubuhnya dan juga tubuh Teo. Haera mulai melangkahkan kakinya, memaksa Teo untuk mengikutinya karena namja itu tak ingin dirinya basah terkena air.
Langkah demi langkah mereka lalui tanpa sebuah percakapan. Saat ini Teo lah yang memegang payung karena tubuh Teo yang sedikit lebih tinggi daripada tubuh Haera.
Teo menyipitkan matanya saat tiba-tiba leher kirinya terasa sakit. Namja itu menghentikan langkahnya dan menyentuh plester di leher kirinya. Sontak hal itu membuat Haera juga menghentikan langkahnya, hampir saja ia berjalan tanpa payung karena Teo berhenti sacara tiba-tiba.
"Apa ada?" tanya Haera yang saat ini menatap Teo.
"Bukan apa-apa. Hanya sakit leher saja." jawab Teo dan tersenyum, berusaha meyakinkan bahwa semua memang baik-baik saja.
Haera mengangguk dan mereka kembali melanjutkan perjalanan. "Sebenarnya kau sakit apa? Kenapa kau harus menggunakan syal setiap hari? Bukankah itu terkesan aneh dilihat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Child III (Creatures of The Blank Space) [Kai EXO Fanfiction]
Fanfic[Buku ke-III dari Devil Child] (Silahkan baca Devil Child I & II sebelum membaca ini) Kali ini bukan kisah seputar Kai dan Sung Ha, melainkan kisah Teo, anak mereka. Teo yang notabennya adalah anak yang tak bisa diam dan sulit diatur tiba-tiba harus...