15. Confession

1.8K 212 21
                                    

Teo memasuki rumahnya. Ia bisa melihat Xerxes yang berbaring di sofa sembari membaca buku yang entah ia dapatkan darimana.

"Xerxes." panggil Teo.

Merasa dipanggil Xerxes akhirnya mengalihkan fokusnya pada sumber suara, dan ia mendapati Teo yang berdiri tak jauh darinya.

"Menurutmu bagaimana jika ada manusia yang sudah mengetahui identitasku?"

"Siapa? Yeoja itu?"

"Bukan."

"Kau bodoh." ucapnya singkat dan kembali pada bukunya.

"Ya, aku memang bodoh." ucap Teo dan tersenyum akan kebodohannya.

"Dewan sudah tak menjagamu, mereka membiarkanmu begitu saja. Aku sudah menulis surat untuk mereka bahwa Deviola dan Zeon telah aku musnahkan. Namun raja iblis sama sekali tak tau tentang itu, ia bahkan tak tau jika Deviola kabur dari penjara." ucap Xerxes tanpa mengalihkan pandanggannya dari buku.

"Benarkah?" Teo berjalan mendekati Xerxes dan duduk di lengan sofa. "Kalau begitu seharusnya aku bisa kembali tinggal di dunia iblis?"

"Tidak." Xerxes menutup bukunya dan menatap Teo. "Kau berada di sini karena kekuatan yang kau miliki."

Teo menghela nafas beratnya. "Aku tau itu. Tapi apakah akan baik-baik saja jika manusia itu mengetahui kebenarannya? Apa yang sebaiknya aku lakukan?"

"Bunuh dia." ucap Xerxes dengan polosnya.

"Kau jangan gila. Aku tak mungkin bisa melakukannya."

"Kalau begitu biar aku yang melakukannya."

"Aku tak akan membiarkanmu melakukannya."

"Kalau begitu biarkan saja. Lagipula jika dia mengatakannya kepada orang lain, orang lain tak akan percaya, kecuali jika dia membawamu ke rumah sakit dan membedahmu.." ucap Xerxes dan tertawa di akhir kalimatnya.

"Kau sama sekali tak membantu."

Teo akhirnya memilih pergi meninggalkan Xerxes. Sekarang masalah Teo bertambah. Seseorang telah mengetahui identitasnya dan jika ia ingin aman, ia harus kembali menjauhi Haera.

Sebenarnya bukan perkara sulit untuk menjauhi Haera, hanya saja Teo tak ingin mengecewakan Haera dengan sikapnya yang selalu berubah-ubah. Ia sudah berjanji pada Haera bahwa mereka akan menjadi teman.

Teo membaringkan tubuhnya di ranjangnya. Namja itu melepas syal merahnya dan menatap langit-langit. Walaupun tanda yang ada di leher Teo telah menghilang, ia tetap harus memakai syal karena alasan Teo memakai syal adalah karena penyakit keturunan. Dan ia masih memakainya untuk menghilangkan kecurigaan orang-orang.

"Appa.." gumam Teo. "Kenapa kau bisa bertahan hidup di dunia seperti ini.." perlahan Teo menutup matanya dan tertidur.

***

Teo menatap tak percaya kedua tangannya yang berlumuran darah. Nafas namja itu tampak tak teratur. Perlahan ia terduduk dengan masih menatap kedua telapak tangannya. Sorot mata namja itu beralih pada sosok yeoja yang terkapar dengan darah yang menyelimuti tubuhnya.

"Tidak.. Apa yang aku lakukan! Tidak.. Tidak.." Teo terus menggeleng tak percaya.

Sayap hitam yang sedari tadi menghiasi punggung Teo semakin lama semakim membesar dan diselimuti oleh api. Manik mata namja itu semakin lama semakin mengeluarkan siluet ungu takala ia terus memandangi darah yang terus saja mengalir dari tubuh sang yeoja.

"Kau membunuhnya." ucap sesosok yeoja yang berdiri tak jauh dari Teo. "Kau membunuhnya.." Teo menggeleng, tak membenarkan suara yeoja itu. "Kau membunuhnya.."

Devil Child III (Creatures of The Blank Space) [Kai EXO Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang