16. Give Up?

1.4K 208 25
                                    

Haera terus saja tersenyum sembari menatap kalung yang ia kenakan. Ya, setelah kejadian itu, Teo memberikan Haera kalung yang dulu pernah yeoja itu gunakan, kalung yang sebenarnya untuk adiknya.

Haera berhenti di depan rumah Teo. Yeoja itu berniat mengajak Teo untuk berangkat bersama. Bicara soal berangkat. Apakah Teo hari ini sekolah? Mengingat namja itu beberapa hari telah membolos.

Haera menatap pintu rumah Teo ragu. Dan ia memutuskan untuk menekan bel. Beberapa kali ia menekannya namun tak ada yang keluar. Haera menyimpulkan Teo memang tidak akan masuk sekolah atau bahkan dia sudah berangkat.

Yeoja itu membuka pintu yang ada di depannya. Dugaannya benar, lagi-lagi pintu itu tak terkunci seperti kemarin. Apakah Teo selalu ceroboh dengan tidak mengunci pintu?

Haera memutuskan untuk pergi. Dan dari jendela salah satu kamar rumah itu, tampak Teo yang sedang mengamati Haera. "Maaf, sepertinya aku tak bisa pergi untuk hari ini.." gumamnya pelan.

Teo menoleh kekiri, ke arah cermin yang ada di sebelahnya. Wujud Teo telah berubah seperti kemarin. Sayap itu kembali keluar saat mimpi buruk itu kembali menghampiri tidur Teo. Dan Teo tak tau bagaimana cara agar dirinya kembali seperti semula.

Teo terdiam sejenak. Namja itu segera mengambil syal dan jaket hitamnya lalu memakainya. Tak lupa menggenakan topi hitam dan menutupinya lagi dengan tudung jaket hingga wajahnya tak begitu terlihat. Namja itu menaikkan syalnya dan menatap pantulan dirinya di cermin.

Tatapan namja itu syarat akan keyakinan. Dan ia telah membulatkan tekatnya untuk melakukan hal yang saat ini ada di otaknya.

***

Teo berdiri di sebuah sudut gang yang gelap. Seekor kucing tampak meninggalkan gang itu karena terusik akan keberadaan Teo. Namja itu menatap tembok yang ada di hadapannya. Ia menyentuh tembok dingin itu. Teo terlihat sedikit ragu, apakah ia bisa atau tidak.

"Kau ingin kembali?"

Sebuah suara muncul entah darimana dan mengalihkan fokus Teo. Namja itu menoleh ke belakang, dan menemukan Xerxes yang berdiri bersandar di tembok yang ada di belakangnya.

"Itu bukan urusanmu."

Xerxes tersenyum samar. "Apakah kau tidak berpikir jika kau kembali, dengan segera mereka akan mengetahui bahwa itu adalah dirimu?"

Teo hanya terdiam. Namja itu juga sudah memikirkannya. Apa jadinya jika ia kembali ke dunia iblis dengan keadaan seperti itu. Walaupun ia bisa menutup tubuhnya, tapi ia tidak bisa menutup sayapnya yang terbentang itu.

"Aku tidak peduli." jawab Teo acuh.

"Aku menemuimu hanya untuk mengucapkan perpisakan." Xerxes menatap langit yang tampak mendung. "Pada awalnya aku memang tertarik padamu. Kau berbakat dan memiliki potensi. Tapi kau tidak memiliki tujuan. Kau hidup, hanya sekedar hidup. Aku tau Deviola telah meregut semua itu darimu sejak kecil. Tapi apakah kau akan membuat hidupmu tak berguna?" Xerxes tersenyum kecut. "Kau tau? Mendekam di penjara membuatku sadar akan sesuatu." Xerxes kembali menatap Teo. "Kenapa seseorang yang jahat selalu diburu? Dan untuk apa itu?"

Teo hanya diam tanpa tertarik menjawab pertanyaan Xerxes.

"Karena mereka menyukai perdamaian. Tapi apakah mereka tau, jika tak ada orang jahat maka tak akan ada orang baik? Dan aku ingin mencoba menjadi sosok baik itu. Aku akan mencoba masuk ke dewan dan menjadi salah satu di antara mereka. Walaupun itu sulit tapi aku ingin mencobanya. Aku bosan menjadi jahat."

Xerxes menghela nafas. "Menurutmu apa yang akan mereka lakukan jika aku muncul di hadapan mereka? Memenjarakanku lagi? Atau bahkan membunuhku? Sudah sangat lama aku hidup sendiri. Dan bisa tinggal bersamamu membuatku senang." Xerxes tersenyum. "Jaga dirimu. Dan jangan gegabah membuat keputusan. Selamat tinggal."

Devil Child III (Creatures of The Blank Space) [Kai EXO Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang