Kamar itu terlihat sepi, hanya ada sesosok namja yang terbujur di ranjang kamar. Namja itu masih setia menutup matanya dan tubuhnya terlihat pucat. Decitan pintu terdangar nyaring di kamar itu. Sesosok yeoja memasuki kamar itu dan mendekati sosok yang tengah terbaring tak sadarkan diri.
Yeoja yang tak lain adalah Haera itu mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Mata itu masih fokus menatap wajah Teo. Tangan Haera terulur menggenggam tangan Teo yang dingin.
"Kau pasti sangat tersiksa.." gumam Haera. "Kenapa kau menanggung beban itu sendiri?" Haera berusaha menahan air matanya yang ingin keluar. Yeoja itu kembali mengingat cerita Sera tentang Teo, tentang semua yang dialami namja itu.
Sudah terhitung selama tiga hari, Teo tak sadarkan diri. Dan selama tiga hari pula Haera selalu mendatangi kamar itu untuk melihat keadaan Teo yang tak kunjung ada perubahan.
Haera mengeratkan genggamannya sembari berharap mata itu segera terbuka.
***
Nafas Teo tampak terengah. Mata namja itu menatap sosok yang ada di hadapannya dengan tajam.
"Aku pasti akan mengalahkanmu." gumam Teo dan kembali menyerang sosok yang memiliki rupa sama persis seperti dirinya.
BOOM!
Suara ledakan yang dasyat menggema di area itu. Di sekitar mereka, tampak lubang-lubang besar hasil pertempuran mereka yang tiada henti. Ya, di sana sedang berlangsung pertempuran antara dua sosok Teo. Wajah mereka memang sama, namun sifat dan kepribadian mereka jauh berbeda.
Luka demi luka terlihat menghiasi tubuh kedua sosok itu. Mereka sama-sama kuat dan tak ingin kalah. Karena ini mempertaruhkan kehidupan mereka. Mereka akan terus bertarung hingga salah satu diantara mereka musnah.
Kedua namja itu berdiri, memberi jarak antara keduanya. Mata tajam mereka terus saja bertemu, menyiratkan ketidak sukaan diantara keduanya. Beberapa luka tampak menghiasi tubuh kedua sosok itu.
"Menyerahlah.." ucap sosok yang ada di depan Teo.
"Tidak akan." gumam Teo dan kembali menyerang sosok yang ada di hadapannya itu.
***
Perlahan, pintu kamar Teo terbuka, menampilkan sesosok namja yang tak lain adalah Kai. Namja itu memasuki kamar dengan perlahan karena ia masih tak bisa banyak gerak. Luka yang ia terima dari Teo tiga hari yang lalu masih belum pulih, dan itu cukup mengganggu aktivitas Kai.
Kai mendekati ranjang tempat anaknya terbaring. Mata itu terfokus pada sesosok yeoja yang tengah duduk tertidur dengan kepala yang ada di pinggir ranjang. Kai hanya diam saat matanya menemukan tangan Haera yang menggenggam tangan anaknya.
Kai beralih menatap wajah anaknya yang terlihat enggan untuk membuka mata. 'Appa tau, kau adalah anak yang kuat.. Bukalah matamu, Teo..' ucap Kai dalam hati.
***
Brak!
Tubuh Teo terdorong ke bawah hingga punggung itu harus bertemu dengan kerasnya tanah. Namja itu meringis saat mendapati punggungnya yang sakit. Namja itu menatap ke atas, ke arah sosok yang melayang jauh di atasnya.
Mata itu tertutup sejenak, mencoba mengatur nafasnya yang tak beraturan. Tepat saat mata itu terbuka, ia melihat kobaran api ungu yang melesat ke arahnya. Dengan segera, tubuh itu menghilang dari tempatnya dan kobaran api memenuhi tampat di mana Teo terbaring tadi.
"Kau keras kepala." ucap sosok yang mirip Teo itu. Namja itu melirik ke belakang, dan menemukan Teo yang terbang di belakangnya.
"Bertarung menggunakan api, itu akan percuma."
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Child III (Creatures of The Blank Space) [Kai EXO Fanfiction]
Fiksi Penggemar[Buku ke-III dari Devil Child] (Silahkan baca Devil Child I & II sebelum membaca ini) Kali ini bukan kisah seputar Kai dan Sung Ha, melainkan kisah Teo, anak mereka. Teo yang notabennya adalah anak yang tak bisa diam dan sulit diatur tiba-tiba harus...