Part 44

906 140 17
                                    


~Greyson's POV~

Zayn menyatukan jari telunjuk dan ibu jarinya didepan dagu. Matanya mendongak keatas, mulutnya mangap. Dongonya, gue juga ikutan berpose seperti dia. Kira-kira ada lima menit kita berpose bagai anak idiot, "Lo sebenernya mikirin apaan si Jay?"

"hmmm....." Bola mata Zayn bergerak menatap gue, "Lo harus ajak Luna jalan dulu, Grey."

"Kemana? Bioskop?"

"Ah, bioskop udah mainstream. Lo ajak sono ke Taman Ismail Marzuki. Disana ada pameran sastra. Luna suka banget sama sastra,"

"Boleh juga ide lo," gue bertos ria, setelah itu kita berhambur kedapur nyari makanan.

Seperti apa yang disarankan Zayn, gue mengajak Luna untuk menghadiri pameran sastra di Taman Ismail Marzuki. Gue menjemput Luna pukul sebelas siang dan acara dimulai pukul satu siang.

"Lo tau dari mana Grey ada pameran ini disini?" tanya Luna sambil jalan beriringan dengan gue, "Gue dapet broadcast tentang pameran ini,"

Dipameran ini gue banyak mengambil pelajaran berharga. Dari mulai bagaimana kita bisa memiliki wawasan yang luas melalui membaca, bagaimana para penulis baru ini menumpahkan pengalamannya di persaingan jaman serba canggih ini. Luna keliatan enjoy dan seneng banget gue ajak kesini. Dia berkali-kali mengoceh tentang serunya acara ini.

"Coba gue tebak," Luna menghentikan langkahnya setelah mendengar ucapan menggantung gue, "Setelah lulus SMA nanti, lo mau ambil kuliah jurusan sastra ya?"

Luna tersenyum, "Tau aja hehe. Kalo lo gimana? Mau ambil kuliah dimana?"

"Gue mau ambil jurusan Hukum,"

"Waw, serius?"

Gue mengangguk mantap, "Sepertinya hukum di Indonesia masih berantakan. Rasanya ini menjadi tantangan bagi gue untuk mempelajari lebih jauh tentang negara ini,"

"Interesting," Luna melempar senyum manisnya lagi ke gue.

Acara selesai, gue dan Luna bergegas pulang karena waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam ditambah hawa-hawa mau hujan yang mulai terasa. Ditengah perjalanan, petir sudah menggelegar, rintik hujan juga sudah mulai menetes.

"Yah, Lun, ujan," gerutu gue.

"Neduh dulu Grey dihalte itu,"

Gue pun segera membelokkan motor gue ke halte bus terdekat. Hujan semakin deras saat gue memarkirkan motor gue dihalte ini.

"Yaelah pake acara ujan. Mana masih jauh tujuan kita," gue mengomel-ngomel sendiri, merutuki kenapa harus ujan disaat gue sama Luna mau pulang.

"Gapapa Grey, kita neduh aja dulu disini,"

Luna memeluk kedua lengannya sambil memandangi kendaraan yang terguyur air hujan. Tanpa banyak berpikir, gue melepas jaket gue lalu memberikannya pada Luna, "Nih pake jaket gue,"

"Loh lo gimana?"

"Gue kan udah pake lengan panjang,"

"Thanks ya," Luna menerima jaket gue. Ia segera memakainya dan memasukkan kedua tangannya didalam jaket.

Setengah jam berlalu, ni ujan belum juga berhenti. Gue udah mulai gelisah karena hari semakin malam, "Lun..." yang dipanggil menoleh, "Lo gue pesenin Uber ya? Pulang kerumah pakai Uber aja,"

"Terus lo gimana?"

"Gausah pikirin gue, yang penting lo pulang kerumah ga keujanan. Udah malem, ga baik lo kena angin malem,"

The Rebellion [Fan Fiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang