"Luna.." langkah kaki gue berhenti tepat dibelakang Luna. Ia pun menoleh dengan ekspresi bertanya, "Bisa ngomong bentar?" tanya gue yang disusul senyuman iseng Anca, "Gue kekelas duluan ya," pamit Anca. Luna pun mendekat kearah gue, "Ada apa, Grey?"
"Minggu depan lo sibuk ga?"
"Engga kok. Kenapa?"
"Gue mau dinner sama lo,"
"Ok. Dimana tempatnya?"
"Nanti gue SMSin tempatnya, ya?" Luna mengangguk, gue gamau tambah canggung, akhirnya gue pamit mau ke perpustakaan. Minggu ini adalah minggu terakhir gue belajar disekolah, karena hari senin nanti ujian nasional tiba. Jujur aja, ini pertama kalinya gue ngerasain ujian nasional.
Jam istirahat, gue menenteng buku matematika ke kantin. Menunggu pesanan makanan gue dateng, mata gue tetep fokus sama rumus-rumus didalam buku ini.
"Oy, sibuk amat," tegur Zayn yang sedaritadi ga gue ajak ngomong.
"Bentar lagi UN,"
"Yaelah selow aja si, Grey. Otak lo diatas rata-rata, pasti bisa."
"Yee kan gue norak, Jay. Ini UN pertama gue," Zayn cekikikan mendengar pernyataan gue. Sedangkan Bagas sama Ilham sibuk berdiskusi yang mana membuat gue penasaran apa yang sedang mereka diskusikan, "Lu bedua ngapain si?"
"Ssshh.. lagi usaha nyari KJ,"
"KJ? Kendall Jenner?"
"Bukan dongo, Grey. Kunci jawaban," ujar Ilham dengan suara berbisik.
"Astaga lo pada, percuma lo sekolah tiga tahun tapi ujung-ujungnya nyontek juga. Malu ama emak bapak lo,"
Bagas dan Ilham menghentikan kegiatan mereka, "Ya juga sih. Elu si Ham rayu-rayu gue buat dapetin KJ,"
"Lah ngapa nyalahin gue Bagong,"
"Udah gausah berantem. Gue ke perpus dulu ya,"
"Eh gue ikut, Grey," Zayn menyedot habis minumannya lalu jalan menyusul gue.
Hampir seharian waktu gue, gue habiskan disekolah. Gue mengikuti berbagai kelas pendalaman materi. Gue sengaja begini biar pikiran gue sibuk, jadinya ga mikirin nembak Luna mulu.
Langit sudah berganti warna menjadi oranye dan waktu belajar gue pun telah usai. Gue nungguin Zayn selesai solat magrib dulu didepan mushola sekolah. Iseng-iseng, gue stalk instagram Luna. Senyum sumringah langsung muncul dimuka gue ketika melihat foto-foto selfie Luna, dan senyuman gue menjadi tambah lebar ketika melihat Luna berfoto dengan gaun pemberian gue.
"Masih disimpen," ujar gue pada layar hape sendiri.
"Woy, cengengesan magrib-magrib begini. Kesambet aja lu," cerocos Zayn setelah menepuk pundak gue.
"Kesambet apaan artinya?"
"Itu istilah kerasukan roh halus,"
"Emang disini ada gitu-gituan?"
"Lah emang lo gatau setan Indo lebih horror dari setan barat,"
Muka gue langsung berubah ekspresi, "HEHEHE pulang dah yuk," gue buru-buru memakai jaket lalu bergegas jalan menuju parkiran motor. Entah kenapa pikiran gue jadi mikirin hal yang aneh-aneh. Omongan Zayn tadi berhasil bikin gue mengkhayal yang engga-engga. Gue pun bersiul untuk menghilangkan rasa takut ini. Tapi sepanjang jalan menuju tempat parkir gue bersiul, gue ga mendengar tapak kaki Zayn jalan.
Menghentikan siulan, gue nengok kebelakang, dan disana ga ada siapa-siapa, "Jay....." suasana sekolahan yang semula indah menjadi mencekam. Gelap, sepi, ga ada orang.
"Jayn ga lucu dah," omel gue. Saat ini gue sedang berdiri ditengah lapangan basket. Hawa dingin berhembus melewati tengkuk leher gue, "Idih kok merinding," tanpa pikir panjang, gue langsung berjalan cepat menuju tempat parkir.
Ditempat parkir ga ada siapa-siapa, dengan hati-hati gue mendorong pintu tempat parkir yang terbuat dari besi.
*ngeeekkk*
Suara pintu besi berdecit...
"BOOO!!"
"HAAAANYINK!!!" *BUK*
"ADAAW GREYSON KAMPRET INI GUE," Zayn membuka sarung yang menutupi wajahnya. Ia mengusap-usap kepalanya yang tadi gue jitak.
"Ga lucu lu becandanya," sembur gue kesal.
"Ya maap dah wkwk lu takut ya?"
"Kaga,"
"Jujur aja daaaahhh,"
"Lu ngebacot lagi kaga gue anterin pulang nih,"
"Eeeeh iya iya ulu ayank mbeb ngambek,"
"Jijik, Jay,"
Motor gue mulai melaju meninggalkan sekolah. Suasana jalan raya yang ramai membuat rasa takut gue menghilang. Untuk menghindari macet, gue memilih untuk lewat perkampungan. Nyelip digang-gang kecil adalah jalan terbaik untuk cepat sampe rumah.
Zayn ga berhenti ngoceh. Ia terus berkomentar dengan pemandangan perkampungan yang sedang kita lewati. Zayn terus-terusan ngejelasin satu persatu rumah yang gue lewati. Padahal, kita berdua udah lewat jalan ini ratusan kali, tapi ni onta masih aja ngejelasin udah kayak gue orang yang baru pertama kali lewat sini.
*CIIIT* *JEDUK!*
Gue ngerem mendadak, helm Zayn menubruk helm gue, "Ah kampret, yang bener apa, Grey kalo bawa motor,"
"Sorry-sorry, tadi ada anak kecil nyebrang sembarangan terus masuk kerumah itu," jelas gue sambil nunjuk kearah rumah kecil yang hanya diterangi lampu neon.
"Oh itu rumahnya Mpok Romlah, itu tadi paling anaknya yang baru meninggal seminggu yang lalu," jawab Zayn..
"Oh gitu...........LAH BARU MENINGGAL?"
"Iye—ASTAGHFIRULLAH,"
"TOLE LU KAMPRET," gue bergegas ngegas motor lalu jalan dengan kecepatan ngebut menjauhi rumah tadi. Jantung gue rasanya mau copot.
Dirasa sudah cukup jauh, gue pun menepikan motor diwarkop. Perut gue laper gara-gara tadi.
"Bu, pesen indomie soto dua jadi satu pake telor ya," pesan gue ke Ibu warkop
"Ane juga Bu, tapi ane indomie goreng,"
"Oke ditunggu ye,"
Gue dan Zayn ga mau ngebahas masalah tadi, kita pun jadi ngebahas gorengan enak buatan bu warkop ini. Sepuluh menit kemudian, pesanan gue datang.
Dengan lahap gue memakan indomie yang masih mengepulkan asap ini. Entah kenapa menyeruput indomie pas masih panas itu nikmat sekali.
"Masya Allah nikmat bener," ujar Zayn sambil mengelap bibirnya.
~Author's POV~
Greyson dan Zayn masih sibuk dengan makanan mereka. Sampai akhirnya aktivitas makan mereka terhenti karena kehadiran seseorang. Zayn yang dalam keadaan masih menyeruput mienya tertegun melihat orang itu. Mie pun masih bergelantungan dicelah bibirnya..
"Grey...." Sebelah tangan Zayn menarik baju Greyson. Greyson menoleh dan wajahnya berubah pucat.
"SETAAAAAAAAANNNN!!!!!" Mereka berdua lari terbirit-birit dari warung kopi itu. Zayn berlari sambil membawa piring yang berisikan makanannya, sedangkan Greyson berlari sambil membawa sendok. Orang yang barusan mereka teriaki setan mengumpat, "Bahlul emang ente fade. Ane dikata mirif setan," Wanabud yang tak terima diteriaki itu pun duduk dengan gusar.
"Masya Allah Wan, ngapain muka ente digituin," tanya Ibu pemilik warkop.
"Ane lagi fake masker biar awet muda. Ntu bocah bahlul malah lari,"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rebellion [Fan Fiction]
Fiksi Penggemar[WARNING] Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika anda mengalami efek samping seperti ; kram pada daerah bibir. ketawa jungkir balik, perut melilit. Itu bukan tanggung jawab kami. Terima kasih Selamat membaca xD