8 - Just Sick (2)

79 12 0
                                    

"WAWWWW!!!"

"Gila ini yang katanya lapangan ? Kalau ini sih lebih mirip hutan!" Kata Kafka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Benar saja, di sekolah mereka baru saja dibangun hutan buatan, yang dulunya adalah lapangan jelek, usang dan tak terurus. Sekarang sudah diubah menjadi hutan yang siap untuk digunakan berkemah.

Semua murid berbondong-bondong memasuki area hutan buatan. Sebenarnya Adera bingung, ini hanya acara dua hari satu malam, namun tidak sedikit murid Liberty School yang membawa koper. Merepotkan saja.

"Anak-anak, silahkan mencari kelompok kalian, masing masing lima anak dan pastikan ada murid laki-laki nya, untuk pembagian tenda kalian bisa mencari masing
-masing lima anak juga. Untuk tenda, laki-laki sendiri dan perempuan sendiri, silahkan dimulai." Kata pembina pramuka itu lagi. Semua langsung berhambur mencari kelompok masing masing. Adera pun tidak mengambil pusing karena ada high fife.

"Dera kita cari temen tidur siapa aja?" Dinda nyeletuk tidak jelas.

"Udah ah urusan ntar itumah, pokoknya lo sama gue." jawab Adera seenaknya.

Nathan heran dengan segala kegiatan disekolah ini kemudian membuka suara "Gue jadi berasa main film 5 cm deh."

"Iya gue juga, baru pertama." Kafka menyambung pernyataan Nathan dengan nada yang sama.

"Pulang aja deh yuk, gue takut banyak nyamuk." Dinda bergidik ngeri membayangkan apa yang akan terjadi di dalam sana.

Adera menarik nafas panjang kemudian berkata, "Dirasain dulu, dijalani dulu, jangan belum dijalani malah udah ngeluh, kalian tuh masih untung dikasih waktu buat nikmatin apa yang ada. Mati rasa mampus lo pada."

"Yah Ummi Adera kumat," Kafka kemudian tertawa keras, disusul ke empat temannya.

"Eh abinya kok diem aja siiihhh."  Kafka masih saja meledek.

"Siapa abinya?"

"Yakan Abhizar abinya cocok deh! Abi abhizar, hehehehe." Kafka tertawa keras.

-

"Din itu lo nancepinnya kurang dalem, tendanya jadi ga imbang ini mah." Adera dan yang lainnya sedang membangun tenda sekarang.

"Oke oke captain!"

Selesai membangun tenda, mereka semua menuju aula yang sudah disiapkan untuk makan siang bersama. Ya semacam prasmanan di dalam sekolah.

"Eh ntar penjelajahan kan habis ini?" tanya Kafka. Mereka berlima sudah duduk di meja melingkar di tengah tengah aula. Tentu saja selalu menjadi pusat perhatian di Liberty School.

"Iya katanya sih gitu. Gue baru tau kalo sekolah nyokap gue ada acara kayak beginian," cemoh Nathan dengan wajah kesal. Pasalnya Nathan tidak suka acara seperti ini.

Tadi pagi saja perlu Abhizar memasuki kamarnya baru dia bisa bangun.

"Ah elo mah, mangkanya jangan di Surabaya terus."

"Biarin, Surabaya gurunya keren keren beh!"

"Apanya?"

"Sexy lo pada harus kesana!"

"Gila!" jawab mereka berempat serempak. Kemudian tertawa lebar.

Mereka sedang berjalan menjalankan mini tour di hutan buatan ini.

"Mini tour aja disebutnya penjelajahan, emang ada apanya sih di dalam hutan ini." Dari tadi high fife belum juga memasuki ke area hutan buatan ini. Mereka masih dibingungkan dengan bayang-bayang bagaimana bentuk di dalam hutan ini?

"Udah ah yuk!" ujar Adera dengan mata berbinar.

Mereka berjalan dengan urutan Kafka yang paling depan, kemudian Abhizar, Adera, Dinda, dan yang paling terakhir adalah Nathan.

"Gila banget! Ini ternyata luas juga ya! Keren nih anak pramuka!" Kafka masih terkagum-kagum dengan hutan buatan ini.

"Kan tadi Ummi Adera udah jelasin Kaf." Dinda menjawab cemohan Kafka.

"Yaiyalah emang udah dibuat kayak gini, lo mah bego Kaf." Timpal Adera santai.

"Bego-bego gini lo pernah kecantol, jangan ngawur ye kalo ngomong."

"Eh itukan dulu ya, sekarang enggak sama sekali!"

Nathan terdiam tidak bergeming, setelah ia tahu dari gerak-gerik Abhizar yang ehmm tidak usah disebutkan.

Dan sekarang kenyataan bahwa Kafka pernah menjalin hubungan dengan Adera? Bahkan nathan tidak tau ini perasaan apa.

"THAN THAN! Buruan! Dimakan macan lo." Bentak Dinda yang menyadari Nathan melamun.

-

"Bhi gue capek," muka Adera pucat ralat mungkin sangat pucat. Mereka melupakan kenyataan bahwa Adera baru saja keluar dari rumah sakit.

"Dera nggak papa? Gimana nih bentar lagi mau nyebrang air Der masih kuat?" muka Abhizar berubah sangat panik ketika melihat wajah pucat Adera. Adera tersenyum kemudian mengangguk mantap.

Adera merasakan punggung nya yang sakit dan kepalanya pening. Benar-benar pening. Tapi dia harus menahan.

Sampai akhirnya mereka berlima berhasil melewati genangan air buatan yang tingginya setinggi pinggang Adera. Kepala Adera yang tadinya sudah mendingan, sekarang kembali pening lagi.

Gadis itu mencengkeram genggaman tangan Abhizar, dia sudah tidak kuat lagi. Perlahan pandangannya mulai kabur. Kakinya tidak kuat menahan berat badan tubuhnya, tak lama ia terjatuh dan tidak tau kejadian apapun setelah itu.

"Adera, Adera bangun lo gapapa?" teriak Dinda khawatir. Dia tidak pernah melihat Adera selemah ini.

Abhizar diam mematung dengan situasi ini. Dirinya sangat panik namun tetap tenang sampai tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Akhirnya dia bertindak, "Orang pingsan tuh digendong, bukannya teriak-teriak mana bisa denger orang nggak sadar juga." ucapnya dingin dan menggendong Adera ala bridal style.

Dinda terdiam cengo, lagi-lagi dia salah mengartikan Adera. Sebenarnya sahabat macam apa dirinya ini?

Abhizar dengan sigapnya segera berlari dan mencari anak PMR yang menjaga terdekat. Tapi nihil, anak PMR sedang rapat ditengah sana.

Langkah kakinya masih berlari melewati pohon-pohon, tidak sengaja kakinya tersangkut sebuah ranting panjang dan badannya hampir terhuyung kedepan. Untung saja, dia lebih sigap dan menjaga keseimbangan dengan baik.

Akhirnya setelah berlari agak jauh yang membuat nafasnya tidak teratur, dia sampai di posko kesehatan hutan. Tubuhnya membaringkan Adera disana.

Muka tenangnya membuat hati Abhizar ikut tenang. Entah apa yang Abhizar rasakan ini sangat berbeda. Seperti tersengat listrik saat mengetahui muka Adera yang pucat bukan main.

Tubuhnya yang sudah dingin terkena air menjadi lebih dingin karena dia pingsan tadi.

"Kita bawa ke UKS sekolah aja ya? Takutnya ntar disini tempatnya kurang bersih ntar malah banyak debu," ujar Riko selaku ketua PMR, Abhizar hanya bisa mengangguk.

Adera dibopong menggunakan tandu milik anak pramuka. Tadinya, Abhizar belum yakin karena itu hanya kayu dan tali yang di lilitkan menurutnya. Tapi sekarang sudah terbukti bahwa randu itu patut di gunakan.

"Adera lama banget sih bangunnya," gerutu Abhizar yang melihat Adera dari tadi hanya tidur saja.

"Der bangun gih, gue khawatir nih" lagi lagi masih tetap tidak ada jawaban.

About FriendWhere stories live. Discover now