"Mati! Kalo Adera ngigo gimana dong! Aduh kasian kalo lompat dari balkon kan!" seru Dinda sambil mencari jepit yang ada di nakas sampingnya kemudian berlari menuju pintu.
Ini masih pukul setengah empat pagi dan Adera sudah tidak ada di sampingnya. Waktu pun belum menunjukkan waktu sholat subuh.
Ia menuruni tangga yang langsung terarah dengan ruang tamu dengan tergesa gesa. Namun, langkahnya terhenti saat layar TV di ruang keluarga menampilkan film Insidious 3 yang sedang menampilkan sosok hantunya.
"HUAAA MAMAA ITU APAAN!!!" Dinda berteriak keras, membuat dua orang yang ada didepan TV itu sedikit bergerak. Bayangkan sedikit hanya sedikit padahal teriakan Dinda mengalahkan toa masjid sebelah.
Gadis ini hanya menggeleng gelengkan kepala melihat posisi dua makhluk ini. Dinda berjalan ke arah TV kemudian mematikan DVD yang masih menyala.
"Dasar Dera, untung aja nggak jatoh di balkon atau rooftop rumahnya Nathan, yakali kalo jatoh kan berabe ga lucu juga wajah imutnya Dera nyium tanah garing depan rumah Nathan." Dinda berjalan sambil menggerutu diatas tangga, memasuki kamar nya. Ralat, kamar sementaranya kemudian melanjutkam tidurnya yang sempat tertunda.
***
Nathan terbangun dari tidur panjang yang telah ia lewati. Perutnya terasa berat. Nathan tersenyum mengingat kejadian semalam.
Mungkin sekarang Adera sedang memeluk Nathan. Nathan tidak tahu bagaimana posisinya sekarang karena Nathan menghadap ke kiri sedangkan Adera berada di kanannya.
Nathan masih belum mau membuka mata namun tetap tersenyum. Nathan juga masih terus berfikir bahwa tangan Adera menimpa badannya sekarang seperti di film-film yang ia tonton bersama Alya biasanya.
"Gue nggak berani buka mata, takut cuma mimpi kalo Dera meluk gue." Nathan bermonolog sendiri.
"Astaga! Kak Nathan bangun buruan udah jam delapan acaranya mulai setengah setengah nih kak Nath gimana sih malah tidur disini lagi!" suara Ayla, adik Nathan, mengintruksi Nathan untuk membuka matanya. Bagitu mengingat acara itu,ia langsung terbangun sambil menyingkirkan yang dianggap tangan Adera dengan kasar lebih tepatnya melempar.
Namun, kenyatanyaa tidak sesuai bayangan. Adera malah jungkir balik ke belakang, bergulung-gulung dan jatih dari sofa.
"Ya Allah! Siapa nih yang ganggu gue tidur!" Adera berteriak sambil membenahi posisi tengkurapnya menjadi duduk.
"Nath lo apaan sih! Kaki gue lo dorong kenceng banget sampek badan gue guling-guling kayak trenggiling yang guling-guling pas ngelihat musuhnya aja ya!"
"Lo kira nih punggung gue terbuat dari besi kalo ditekuk-tekuk bisa kuat? Lo kira nih punggung gue punya atlet yang badannya bisa ditekuk tekuk dasar lo babi!" Adera terus menggerutu.
"Ja..jadi tadi itu kaki lo?" kata Nathan dengab wajah cengo.
"Ya terus? Masa iya itu tadi pantat gue! Ngaco banget!" Adera terus menggerutu sambil mengusap usap punggungnya yang masih sakit, sedangkan Nathan hanya menatap dengan mulut terbuka.
'Yaelah ngga romantis banget sih jadi cewek'
"Apa lo liat liat lo kira gue pisang? Liat pakek nafsu lagi!" Adera berteriak sambil mengusap matanya.
Nathan masih diam sambil berfikir.
Lah emangnya gue monyet?
"Udah udah kak Nath sama kak Ade jangan depat buruan mandi yang lain juga udah siap-siap." Alya memutuskan untuk menengahi Nathan dan Adera yang masih saja beradu argumen.
"Al udah berapa kali gue bilang jangan panggil Ade dong, berasa jadi kayak alm. Ade Namnung aja"
-
"Udah siap?" tanya Ayla saat mereka berempat turun dari tangga. Nathan sedang memanaskan mobil di garasi.
"Udah dong Al! Yuk!" Dinda menjawab pertanyaan Alya dengan semangat.
"Tapi kalian sama pasangan masing masing ya? Ya walaupun nggak sama pacar tapi ya gitu deh yang cowok sama cewek yang cewek sama cowok ngertikan? Duh Alya bingung jelasinnya."
"Iya Al kita ngerti kok."
-
Mereka berenam memasuki mobil fortuner hitam milik keluarga Nathan. Alya duduk di depan di samping Nathan yang sedang menyetir. Sedangkan di bangku ke dua Dinda bersama Kafka, dan di bangku belakang Adera bersama Abhizar.
Tak butuh waktu lama mereka sampai di Sangrilla Hottel. Hotel berbintang yang dimiliki oleh keluarga Nathan. Mereka turun dari mobil berjalan menuju pintu masuk.
"Al sama gue ya?" Kafka tiba tiba bersuara membuat langkah mereka terhenti seketika. Alya menoleh sekilas kemudian mengangguk dan tersenyum. Kafka mengulurkan tangannya kepada Alya, Alya menerimanya dengan senang hati.
Adera berjalan mendekati Nathan dan berbisik,
"Waktu lo buat pedekatean sama Dinda, wle," sambil menjulurkan lidah kepada Nathan, Nathan hanya cemberut dan menyipitkan mata.
Kakinya berjalan menuju Abhizar kemudian menggandeng tangannya.
Abhizar semakin menggenggam tangan Adera seperti gadis ini hanyalah gadis satu satunya di dunia.
YOU ARE READING
About Friend
Roman pour Adolescents"Kamu ingat? Dulu kamu suka manjat pohon, kamu suka lari-larian, kamu suka jatuh di mana saja. Kamu memiliki banyak luka bekas jatuh. Saya dan kakak kamu dulu yang mengobati, tidak pernah orang lain. Bahkan, mamamu saja tidak mengetahui itu," ucap p...