Setelah bersiap-siap, akhirnya mereka menaiki mobil dan malanjutkan pejalanan menuju Bandara Juanda Surabaya. Selama perjalanan, kendali radio ada sepenuhnya pada Dinda. Sedari tadi yang diputar hanyalah lagu yang katanya 'Future Husband'-nya.Iya, siapa lagi kalo bukan Shawn Mendes.
"Gue mau ke minimarket bentar ya, ada yang mau ikut turun gak?" Nathan berbicara. Adera merasa sangat semangat sekali karena sedari tadi ia menahan rasa ingin mengeluarkan kencing.
"Gue ikut deh!" Adera dan Abhizar bebicara bersama. Mereka saling pandang. "Nggak jadi."
"Kenapa Bhi? Turun aja gue yang di mobil."
"Nggak."
Baiklah. Akhirnya Adera dan Nathan menuruni mobil dan berjalan memasuki minimarket.
"Selamat pagi, selamat datang, selamat berbelanja."
"Mbak, mau nunpang ke kamar mandi dong."
"Oh iya mbak, masuk pintu itu aja, nanti belok ke kanan," Adera mengangguk.
Nathan memilih milih ciki untuk dimakan di mobil. Ia juga mengambil beberapa minuman.
"Bentar Nath, gue mau ngambil seuatu dulu ya!"
Nathan mengangguk dan mengikuti langkah Adera menuju tumpukan roti. Nathan memperhatikan Adera yang menimang nimang rasa roti yang mana yang akan dibeli.
"Enaknya rasa apa? Coklat apa strawberry?"
"Coklat aja sih enak."
"Keju aja deh! Yuk!" Nathan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Mereka berjalan menuju kasir bersama. Nathan memberikan satu keranjang yang penuh diisi dengan camilan.
"Semuanya dua ratus dua puluh empat ribu dua ratus rupiah," Nathan mengeluarkan uang dua lembar uang seratusan dan satu lembar uang lima puluh ribuan.
"Kembaliannya yang tiga ratus rupiah boleh di donasikan?"
"Enggak."
Tangan Adera reflex mencubit lengan Nathan.
"Apaan sih Der!"
"Duit lo tuh banyak! masak nyumbang tiga ratus rupiah aja lo pakek ngitung-ngitung!"
"Eh lo nggak tau ya tuh duit dipakek apaan!"
"What ever you say, i don't care."
Mbak-mbak kasir sedari tadi hanya melihat sambil menggeleng - gelengkan kepalanya.
"Mbak sama masnya mirip. Jodoh mungkin mbak sama masnya. Tapi marahan terus, besok kalo nikah jadi kasian anak anaknya, kena marah terus."
Seketika perdebatan antara Nathan dan Adera terhenti. Adera menoleh kepada Nathan, begitupun juga Nathan.
"Apaan mbaknya, udah sumbangin aja uangnya buruan mbak."
Adera berbicara kepada Mbak kasir yang diketahui namanya Risma.
Sebenarnya, dalam hati Nathan, Nathan membenarkan itu. Hanya dalam hati.
-
Jam check in masih pukul satu nanti. Mereka memang sengaja berangkat ke Bandara lebih awal karena ingin nongkrong dulu katanya.
Kelima anak ini memasuki Caffe bernuansa hijau di Bandara. Adera dan Dinda yang memesan pesanan mereka.
Tanpa mereka sadari, disini, ada rasa yang mulai tumbuh. Iya, rasa lain kepada orang lain.
Dia, mencintai sendiri, berjuang sendiri, merasakan sakit sendiri. Apakah jatuh cinta sesakit itu? Orang itu harus berusaha menenangkan orang yang ia sukai ketika orang yang ia sukai patah hati. Padahal, jauh di dalam hatinya sangat terlukai.
Abhizar memainkan ponselnya, mebuka aplikasi instagram. Rasanya ia gatal sekali jika tidak mengupload foto itu. Fotonya bersama Adera, Abhizar sendiri juga tidak mengerti mengapa rasanya ia ingin sekali mengupload foto itu.
Nathan membuka handphone nya, mengirim foto-foto semalam kepada teman temannya lewat Line.
Adera dan Dinda kembali dari meja kasir. Dinda duduk disamping Kafka, sedangkan Adera lebih memilih duduk disamping Abhizar. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah: setelah Adera disakiti berkali-kali oleh Abhizar, mengapa ia masih bertahan?
Jawabannya hanya satu. Karena rasa sayang tidak menggunakan alasan, tidak menggunakan ungkapan, rasa sayang hanyalah rasa sayang, yang terkadang hanya tumbuh untuk merasakan, bukan memiliki.
Abbizar melirik Adera yang ada disebelahnya. Dengan berani Adera membalas lirikan itu dengan menaikkan satu alis.
"Kenapa Bhi?"
"Nggak."
Adera mengangguk-anggukan kepalanya. Handphonenya bergetar getar. Gadis itu kemudian membuka ponselnya.
Aplikasi instagram penuh dengan notif. Awalnya ia bingung, ada angin apa ia instragramnya serame itu? Padahal followersnya hanya sembilan ratus orang.
Setelah dibuka, Adera baru sadar bahwa kemarin Nathan mentag dirinya di Instagram. Foto pertama yang diunggah Nathan yaitu foto mereka berlima di Tanjung Perak kemarin. Posisinya memang mengundang banyak pertanyaan bagi para fans Nathan.
Nathan memeluk pinggangnya dan Adera juga memeluk pinggang Nathan, yang lain hanya berpose biasa.
Posisi yang ke dua yaitu, Nathan dan Adera foto berdua, candid sebenarnya, namun terlihat lebih keren. Tangan Nathan dimasukkan ke saku dan Adera tertawa lepas dengan rambutnya yang berantakan akibat angin malam Jembatan Suramadu.
Buang Adera sekarang!!! Rasanya Adera ingin mati saja, Adera sangat tidak suka jika kehidupannya di ekspos orang lain.
"Nathan..." Adera memanggil Nathan dengan nada memelas.
"Apa Der?"
"Lo ngapain upload foto kayak gitu, liat nih fans lo pada nyerbu gue!" Bibirnya manyun. Seperti biasa, jika bibir Adera manyun, Adera akan terlihat imut. Adera memberikan ponselnya kepada Nathan.
Nathan tertawa melihat notifikasi dan 300+ permintaan pertemanan. Belum lagi DM yang menumpuk.
"Jangan di privasi mangkanya instragamnya."
"Nggak enak, nanti banyak orang yang gakenal ngeliat gue."
"Yaelah, nggak bakal ada teroris yang nyulik lo juga," gadis ini hanya memanyunkan bibirnya lagi.
Dengan keputusan terakhir, Adera tidak mem-privasi instragamnya. Masa iya harus men-setujui 300 orang lebih?
Pesanan mereka datang. Dinda hendak mengambil kentang goreng yang ia pesan tadi. Namun, Abhizar juga hendak mengambilnya. Mereka bertatapan, namun dengan segera dia duduk kembali dan memainkan ponsel lagi.
Adera hanya menghela nafas dan tersenyum kepada mbak-mbak yang memberikan pesanan mereka.
Sebenarnya hanya satu yang difikirkan Abhizar, mengapa Adera tidak tahu jika ia juga mempost foto dengan Adera?
YOU ARE READING
About Friend
Teen Fiction"Kamu ingat? Dulu kamu suka manjat pohon, kamu suka lari-larian, kamu suka jatuh di mana saja. Kamu memiliki banyak luka bekas jatuh. Saya dan kakak kamu dulu yang mengobati, tidak pernah orang lain. Bahkan, mamamu saja tidak mengetahui itu," ucap p...