Upacara pagi ini berjalan dengan sangat tidak lancar. Pertama masalah kepala sekolah baru yang super duper menjengkelkan menurut para siswa Liberty School. Banyak peraturan peraturan baru yang dia keluarkan untuk sekolah ini.
Rok panjang harus tepat dilutut, baju tidak boleh dikeluarkan, tas harus berwarna hitam, sepatu harus menggunakan fantofel."Sekolah ini adalah sekolah yang terpandang, sekolah yang memiliki kualitas tinggi, murid-muridnya sangat pandai-pandai, tapi mengapa etitud-nya tidak bisa diperbaiki?" Itu adalah sambutan pertama kali saat kepala sekolah baru yang mereka ketahui bernama Pak Rudi itu.
"Mulai saat ini, pengurus osis baru akan saya sendiri yang turun tangan untuk menyeleksi kalian. Untuk kandidat-kandidatnya saya juga yang akan memilih." Semua orang disana hanya diam memperhatikan kepala sekolah itu memberikan sambutan.
-
Upacara selesai, mereka semua kembali ke kalas masing-masing. Hari ini adalah hari free class karena masih ada anak MOS. Adera dan teman-temannya pun memutuskan untuk pergi ke kantin. Bersama Sandra juga tentunya.
"Iya kemarin bokap gue habis nge PHK karywannya gitu. Gue gangerti juga kenapa." Salah satu murid perempuan di samping Adera berbicara dengan sangat keras bersama temannya.
"Yah kasian banget ya yang kena PHK, eh nama perusahaan bokap lo itu apa namanya? Ntar biar bokap gue bantu deh kalo ada apa-apa. Pasti lagi banyak masalah tuh."
"PT Indonesia Jaya." Adera seketika menoleh kedua murid tersebut.
"Em, sorry. Lo tadi bilang PT Indonesia Jaya? habis nge PHK karyawan?" Murid itu mengangguk.
Dan sekarang Adera mengerti alasan ayahnya tadi pagi. Alasan mengapa ayahnya tidak mengenakan seragam yang biasa ayahnya pakai untuk pergi ke pabrik.
Ayahnya di PHK oleh perusahaan.
Perlahan Adera mudur dari tempat ia berdiri. Ia yang tadinya ingin memesan makanan mengurungkan niatnya dan memutuskan kembali duduk bersama teman-temannya.
"Loh Der nggak jadi pesen?" Adera hanya terdiam seakan-akan tidak mendengarkan pertanyaan dari Nathan.
"Der? Are you oke?" Adera hanya menangguk dan menghapus tetesan air mata yang sudah membasahi pipinya.
"Lo nggak oke Der. Kenapa lo nggak pernah cerita ke kita tentang masalah kehidupan lo? Lo terlalu nutup diri." Bentakan Dinda sontak membuat Adera tersadar akan alamnya.
"Apa cuma gue yang harus jujur tentang keluarga gue disini?" Akhirnya dengan mengumpulkan keberanian, Adera berbicara.
"Apa cuma gue disini yang harus cerita ke kalian semua tentang kehidupan gue? Tentang keluarga gue?"
"Dera, Der ud-"
"Enggak Kaf! Lo jangan ngehalangi gue buat ngomong. Gue tau Din, gue emang anak orang miskin, orang tua gue cuma kerja di pabrik. Nyokap gue cuma tukang cuci. Bokap gue barusan di PHK. Gue cuma orang miskin,""Kenapa gue nggak pernah cerita tentang keluarga gue? Sekarang gue yang tanya. Kalo kalian diposisi gue, pasti kalian juga bakal nutupin semua masalah ini."
Air matanya menetes kembali. Adera mengingat kejadian semalam. Kejadian yang tidak seharusnya ia bicarakan kepada teman temannya.
Tanpa berkata apapun, Adera bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan kantin.
"Dia lagi ada masalah." Abhizar yang dari tadi diam akhirnya angkat bicara. "Jangan nganggu dia, dia bener-bener kasian."
"Lo tau apa masalahnya?"
Abhizar menggeleng. Sandra bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju deretan penjual makanan. Memesankan untuk ke empat temannya.
"Lo nyesel Din?" Dinda menggelengkan kepalanya.
YOU ARE READING
About Friend
Jugendliteratur"Kamu ingat? Dulu kamu suka manjat pohon, kamu suka lari-larian, kamu suka jatuh di mana saja. Kamu memiliki banyak luka bekas jatuh. Saya dan kakak kamu dulu yang mengobati, tidak pernah orang lain. Bahkan, mamamu saja tidak mengetahui itu," ucap p...