Chapter 5

1.5K 59 0
                                    

"Do berhenti di rumah makan ya, kita makan dulu"
Ajak Claira kepada Faldo yang sedang mengendarai motor

"Nggak usah, gue nggak bawa duit"
Jawab Faldo datar

"Pake duit gue Do, ayo geh Do gue laper banget di rumah nggak ada makanan, Mamah gue nggak masak dan gue nggak ada pembantu dan lo tega liat gue kelaperan terus kalau gue mati lo yang gue hantuin karena elo yang udah---"

"Iya iya bawel!."
Potong Faldo disela ucapan Claira

"Makasih Faldo."
Ucap Claira sembari memeluk Faldo dari belakang sontak membuat Faldo tersentak kaget namun ia tak menolak.

Mereka memasuki rumah makan dan mengambil makanan masing-masing kemudian melahapnya bersamaan. Faldo yang melihat tingkah Claira saat makan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.

"Ah kenyang banget,"
Ucap Claira yang bersender di kursi sembari mengusap-usap perutnya

"Lo nggak dikasih makan berapa tahun?,"
Tanya Faldo melipatkan kedua tangannya

"Udah 17 tahun gue nggak dikasih makan Do,"

"Pantes lo bringas kalo lagi makan,"

"Ya inilah gue, selalu jadi diri sendiri. No jaim-jaiman"
Ucap Claira sembari tersenyum lembut

Faldo mendengus dan mengangguk mengerti.

****

"Kle, anterin tapper ware ini ke tempat Bu Ida,"
Ucap Vegia-mamahnya Claira

"Iya Ma,"
Jawab Claira meraih tapper ware yang berisi donat

"Mama tumben pulang sore, biasanya selalu aja pulang larut malem,"

"Iya Kle, lagi ada waktu luang. Oiya ntar malem mama mau keluar sama temen"
Ucap Vegia sembari menata donat ke piring

"Siapa ma?,"

"Nanti juga tau sendiri"
Jawab Vegia tersenyum

Claira menghela nafas dan berjalan keluar rumah.

Claira memasuki kediaman Bu Ida,
"Bu, nganter tapper ware ini sekalian ngasih donat dari mama,"
Ucap Claira sembari meletakkan bawaannya di atas meja makan

"Makasih ya Kle, mama kamu tumben pulang cepet,"
Ucap Bu Ida yang sedang sibuk membersihkan piring-piring kotor

"Iya Bu, katanya kerjaannya lagi nggak numpuk. Padahal mah mau kencan sama pacar barunya,"

Bu Ida pun terkekeh,
"Mama kamu lagi ngalamin puber kedua kali Kle,"

"Ya kali Bu, ngeselin ih. Anaknya aja masih belum punya pacar eh ibunya gatel aja pengen kencan. Nggak malu sama anak tuh. Ngeselin deh. Tapi ya Bu, saya juga nggak tau itu pacarnya apa bukan, mama bilang sih temen tapi ya entahlah,"
Ucap Claira panjang lebar sembari membantu Bu Ida di dapur

"Yaudah lah Kle, mama kamu juga ingin keliatan muda lagi"

Claira mengangguk mengerti,
"Bella sama Pak Argo kemana Bu?,"
Tanya Claira pada Bu Ida, ya.. walaupun Claira masih terbilang baru di komplek rumah tersebut, namun Claira dan Ibunya sudah akrab dengan keluarga Bu Ida yang punya kamar kos untuk anak laki-laki

"Bella kan jarang pulang ke rumah, dia lebih milih tinggal sama neneknya. Kalau suami saya lagi kerja Kle biasa lembur."
Jawab Bu Ida panjang lebar

Claira mengangguk mengerti, kemudian ia berjalan menuju area belakang rumah Bu Ida tepatnya di sekitar kamar kos anak laki.

"Kamar Faldo yang mana Bu?,"
Tanya Claira

"Itu yang ada sepatu futsalnya di depan,"
Jawab Bu Ida sembari menunjuk tempat yang dimaksud

"Kok sepi sih Bu, kamar kos ada 4 tapi makhluknya pada kemana?,"
Tanya Claira penasaran

"Pada latihan sepak bola Kle, mereka pada hobi sepak bola kecuali Anton yang anak alim, dia lebih sering diem di dalam kamar"
Jelas Bu Ida, Claira mengangguk mengerti namun Claira teringat akan suatu 'sepak bola? Tapi kenapa sepatunya masih di depan kamar?, apa dia latihannya pake sandal jepit'
Claira pun segera menepis pikirannya dengan cara menggeleng

"Kok dia nggak bawa sepatu Bu?,"

"Oh itu sepatunya udah rusak, katanya sih mau dibuang,"

"Dibuang? Terus dia pake sepatu siapa latihannya Bu?,"

"Minjem punya Anton kayanya Kle, kenapa? Kamu suka ya sama Faldo?, hayo ngaku,"
Ucap Bu Ida sembari menaik-naikkan alisnya.

Semenjak melihat sepatu rusak yang bertengger di depan kamar Faldo, Claira merasa ingin menggantinya dengan yang baru. Setelah mendengar cerita tentang Faldo dan juga keluarga Faldo melalui Bu Ida, Claira merasa ingin lebih peduli terhadap Faldo. Entah keyakinan dari mana tapi baginya Faldo butuh perhatian bahkan perhatian kecil bisa sangat berharga bagi Faldo. Ia sadar, bahwa Faldo kesepian.

****

"Bro duluan!."

"Weh ngapain duduk aja, ayo balik. Udah malem ini"

"Do awas kesambet"

Begitulah ocehan dari teman-teman Faldo, dan Faldo menjawab dengan senyuman dan isyarat tangan menandakan 'oke'

Faldo duduk di bangku penonton sembari meneguk air mineralnya, setelah ia merasa lelahnya sudah hilang dan ia memutuskan untuk pulang ke kos-nya.

"Dari mana lo?, abis nerong dulu ya Do?,"
Tanya Anton yang sedang duduk di kursi depan kamarnya

Faldo yang merasa sedang ditanya menoleh ke sumber suara,
"Sialan lo An!, Masih mending gue nerong dari pada lo ngelem tiap hari di dalem kamar,"
Jawab Faldo terkekeh sembari melepas sepatunya lebih tepatnya milik Anton

"Wah sialan lo!, lo pikir gue gila apa ngelakuin kaya gitu. Bawa sini sepatu gue ntar lo rusakin kan gawat, itu sepatu mahal soalnya,"

"Dasar bocah!, nggak bisa diajak bercandaan. Kek cewe lo, baperan!, dih.. makan nih sepatu lo yang jelek."
Ucap Faldo sembari melempar sepatu futsal ke arah Anton

"Taik lo Do!,"
Ucap Anton kesal, dan Faldo yang terkekeh langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah selesai mandi, Faldo memasuki kamar kecilnya tempat istirahatnya dari segala aktivitas.
Faldo menyenderkan badannya ke tembok, ia merasa akhir-akhir ini sangat ingin marah tanpa tujuan. Dadanya sesak, ia sangat merindukan Ibunya yang sudah berada di surganya Allah dengan bahagia. Ia yakin Ibunya pasti sedang melihatnya dari atas awan, ia yakin ibunya tau segala kepedihan yang ia rasa. Setelah kepergian ibunya hampir tiga tahun yang lalu membawa dampak yang begitu memilukan untuknya.

'Bu, I Miss You'
Batinnya yang terasa perih menahan rindu.

To be continued...

Cinta Tanpa Kata (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang