Faldo dan Claira meninggalkan toko tersebut,
"Kle, kita nggak langsung pulang nggak pa-pa kan?,"
Tanya Faldo sembari menyetir motor"Nggak pa-pa kok, emang kita mau kemana?,"
Faldo pun tak menjawab, lalu ia melajukan motornya dengan kencang. Hingga membuat jantung Claira hampir copot saat berpapasan dengan mobil-mobil besar.
Faldo memberhentikan motornya di sebuah taman,
"Kita disini aja ya,"
Ucap Faldo meletakkan helmClaira mengangguk tanda ia mau. Mereka berdua duduk di kursi taman,
"Bentar ya,"
Ucap Faldo lalu beranjak dari duduknya dan mendekati tukang bakso. Setelah selesai memesan, Faldo kembali ke arah Claira yang terduduk sembari memainkan ponselnya."Nih makan dulu, gue tau lo suka bakso,"
Ucap Faldo menyodorkan mangkuk berisi bakso kepada Claira"Kok lo tau sih Do?, jangan-jangan lo suka merhatiin gue kalau di kantin ya?,"
Faldo mendecak,
"Dasar cewe aneh, gimana gue nggak tau coba?, lo aja tiap malem mesen bakso kalo ada abang tulang bakso lewat depan rumah,"Claira terkekeh,
"Cie merhatiin gue, cie,""Ya gimana gue nggak merhatiin elo, lo kalo mesen bakso suara lo kek toak Mang Udin yang jualan peralatan dapur keliling jadi kedengeran sampe rumah Bu Ida,"
Claira terkekeh lalu menyantap baksonya,
"Enak banget dah ni bakso, besok gue kesini lagi mau borong ni bakso,"
Ucap Claira meletakkan mangkuk lalu mengusap perutnya yang kekenyangan.
Faldo yang melihatnya hanya menggelengkan kepala,"Yaudah borong tuh bakso sekalian gerobak sama orangnya, biar hidup lo barokah,"
Ucap Faldo terkekeh, Claira pun mendecak kesal."Ya kali kalau Mang baksonya ganteng kek Justin Bieber gue mau dah ngeborong semuanya,"
"Kalau Mang baksonya gue gimana?,"
Ucap Faldo terkekeh lalu beranjak dari duduknya untuk membayar bakso tersebut,
'Ya gue bakal mau banget Do' batin Claira menjawab pertanyaan Faldo."Do tau nggak?,"
Tanya Claira antusias saat Faldo baru saja mendudukkan badannya."Nggak tau,"
"Yaudah gue kasih tau ya, masa iya Mama gue punya pacar baru. Padahal gue masih pingin banget Mama dan Papa gue rujuk,"
"Lah terus?,"
"Ya gue bingung Do, gue nggak suka Mama punya pacar tapi gue sedih kalau Mama kesiksa batinnya gara-gara Papa,"
"Yaudah berarti kasih kesempatan Mama lo buat bahagia lagi,"
Claira mengangguk mengerti.
"Udah sore nih, mau balik nggak?,"
Tanya Faldo sembari melirik arlojinyaClaira menggeleng dan tertunduk sedih,
"Kenapa?,"
Tanya Faldo menatap Claira"Jangan pulang dulu ya, gue nggak mau ketemu sama pacar Mama gue. Soalnya sore ini dia pasti ada di rumah,"
Faldo mengangguk mengerti,
"Kenapa lo nggak mau punya Papa baru?,""Belum siap Do, intinya sih gue mau ngebuat Mama dan Papa bisa bareng lagi,"
"Semoga berhasil." Ucap Faldo menyemangati, Claira pun tersenyum lembut lalu mengangguk.
Setelah berjam-jam mereka bercanda tawa, bahkan Faldo sempat mengajak Claira jalan-jalan menelusuri jalan dan menembus keramaian Ibukota Jakarta.
****
"Dari mana aja baru pulang?,"
Tanya Ferlan Fedricko-Ayahnya Faldo"Bukan urusan Ayah,"
Jawab Faldo datar lalu memasuki kamarnya,Ferlan menunggu Faldo keluar dari kamar, lalu nampak lah Faldo yang ditunggu.
"Faldo, Ayah mau ngomong,"Faldo yang sedang berjalan pun terhenti,
"Nggak ada yang perlu diomongin ke Faldo,""Tapi ini penting, dan kamu harus tau,"
Faldo pun akhirnya mendengarkan perkataan Ayahnya walau dengan rasa kesal yang menyelimutinya, ia pun duduk di hadapan Ayahnya. Bagaikan berhadapan dengan musuh karena Faldo yang menatap tajam Ayahnya.
"Ayah mau nikah lagi, tapi nggak sekarang,"
Faldo memutar bola matanya malas,
"Terserah.""Kamu setuju kan?,"
Faldo tak menjawab, ia pun beranjak dari duduknya.
"Kamu tidak akan menyesal Nak, karena wanita ini benar-benar wanita yang baik dan Ayah akan menikahinya setelah kamu dan anaknya lulus SMA ini,"
Ucap Ayahnya.Faldo keluar dari area rumahnya, ia ingin menghirup udara segar. Penat rasanya berada satu rumah dengan orang yang egonya tinggi.
Faldo menghentikan motornya di depan rumah Claira, entah kenapa rasanya ia ingin melihat Claira di malam hari seperti saat ia masih tinggal di kamar kosnya.
Faldo menatap lurus ke arah kamar Claira, lampu kamarnya masih menyala padahal jam sudah menunjukkan pukul 23.30 WIB.
'apa dia belum tidur?'
Batin Faldo dalam hati, lalu pikirannya tergerak ke ponselnya. Ia pun merogoh saku celana untuk mengambil ponsel.Claira yang sedang belajar melirik ponselnya yang bergetar.
Claira mengerutkan keningnya,
"Faldo?"
Gumamnya, lalu ia menggeser gambar merah ke hijau."Halo?, ada apa Do?,"
"Nggak pa-pa,"
Claira mengerutkan keningnya menerka-nerka Faldo yang tumbenan menelponnya di larut malam,
"Tumben,"
"Nggak boleh ya?,"
"Boleh kok, hehe,"
"Kok belum tidur?,"
"Bentar lagi tidur kok,"
"Oh gue ganggu ya, maaf ya?,"
"Nggak Do,"
"Yaudah lagian udah malem Kle, tidur sana. Good sleep Kle, have a nice dream. Oiya jangan lupa lampu dimatiin dan juga hordennya tutup."
"Iya Do, kok lo tau kalau horden kamar gue masih kebuka,"
"Tau lah, gue aja tau kalo lo lagi berdiri,"
Ucap Faldo terkekeh di seberang telepon.Saat Claira ingin angkat bicara, Faldo memutuskan sambungan telepon.
"Kenapa tuh bocah tengil tau gue lagi berdiri?, apa dia punya indera keenam?, kalau dia kesini pasti nggak mungkin. Ini kan udah malem abis itu jarak rumah gue sama rumah dia jauh banget, ah entahlah."
Gumam Claira mendekati jendela sembari melirik ke arah bawah dan arah halaman rumah. Claira melihat motor yang baru saja berlaju meninggalkan depan rumahnya.Claira tersenyum, ia yakin bahwa yang barusan ia lihat adalah Faldo. Claira pun merasa senang bukan main. Karena Faldo menengoknya malam-malam dan mengucapkan kata yang hampir tak pernah ia dengar. Dan kata tersebut mirip dengan ucapan Faldo kecil yang mengucapkan selamat tidur kepada Claira kecil.
Diciumnya ponselnya berkali-kali sembari loncat-loncat kegirangan. Ya.. Claira sangat senang.
"Faldo!, ini gue Rara, makasih lo masih inget gue walau yang lo kenal adalah Rara kecil."
Gumam Claira menatap foto Faldo di ponselnya.To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tanpa Kata (COMPLETED)
Novela JuvenilCerita yang didasarkan pada fiksi remaja mengisahkan dua makhluk yang berbeda jenis ini untuk saling mencintai namun cinta mereka dibungkamkan oleh segala keadaan. Diam untuk saling menyayangi, diam untuk saling mencintai. Timbul rasa karena kejadia...