Chapter 8

1.3K 55 0
                                    

"Kok nangis?, ya ampun Claira.. Faldo itu nggak kenapa-kenapa, kok kamu sampe segininya khawatir sama dia?,"
Ucap Bu Ida mencoba menenangkan Claira. Claira sendiri pun tak mengerti kenapa ia bisa sekhawatir ini kepada Faldo.

Bu Ida merasa tak tahan jika melihat anak perempuan menangis di hadapannya, kemudian ia berusaha jujur kepada Claira tentang sakit yang diderita Faldo, Bu Ida sendiri sudah menganggap Faldo sebagai anaknya sendiri. Maka dari itu sekecil apapun masalah yang Faldo hadapi pasti Bu Ida akan tak henti-hentinya menasehati bahkan ketika sakit yang dialami Faldo kambuh, ia akan sepenuh hati mengurusi Faldo. Ya walaupun terkadang Bu Ida yang galak dan cerewet membuat Faldo pusing setengah mati belum lagi ketika ocehannya saat menagih uang kos Faldo yang kerap menunggak. Setelah mendengar cerita Bu Ida, Claira segera pergi menuju rumah sakit.

Claira terus berlari menelusuri koridor rumah sakit sembari menyeka air matanya yang sedari tadi mengalir. Seperti bunga yang layu dan berguguran namun kembali bermekaran dengan keindahan warnanya, seperti itulah ibarat keadaan yang sedang Claira rasakan. Bertemunya ia dengan Faldo seperti ada getaran yang lama hilang dan kini kembali lagi.

Setelah bertanya dengan perawat, Claira mendekati ruangan yang diyakini ada lelaki yang ia cari sedang terbaring di sana.

Claira mengintip dari kaca pintu,
'Kenapa lo kaya gini sih Do.' Batin Claira dalam hati. Hatinya tersayat pilu melihat keadaan Faldo yang tengah terbaring lemah dengan selang infus yang menempel di lengannya. Dengan berusaha kuat, Claira memasuki ruangan tersebut.

Claira mendudukkan tubuhnya di kursi samping Faldo sembari meletakkan buah dan roti di atas meja, mata indahnya menatap Faldo yang tengah tertidur pulas. Tak tega rasanya Claira membangunkan Faldo.

Faldo tersadar, lalu ia membuka matanya perlahan dan menoleh kehadapan Claira. Mata mereka saling bertemu dan saling pandang, mata indah milik Claira meneteskan air mata. Claira menonjok pelan bahu Faldo disertai tangisan.

Faldo terkekeh,
"Kenapa sih Kle?,"

"Lo tuh bego atau apa sih Do, gue udah nasehatin elo berkali-kali tapi lo nggak mau dengerin gue. Sampe lo sakit kaya gini. Sakit maag lo tuh udah kronis Do, lo mikir dikit sih. Kalo gue tau lo penyakitan kaya gini, kemarin udah gue paksa gue seret elo buat makan,"
Ucap Claira sembari menyeka air mata

Faldo tersenyum,
"Gue nggak papa Kle, gue udah biasa nahan sakit kaya gini. Dan sebelumnya juga nggak ada yang khawatir dan ngerawat gue disini selain suster,"

Claira menahan air matanya agar tidak keluar lagi, ia teringat akan sesuatu yang sering ia rindukan. Bahkan ucapan dan nada bicara Faldo mirip anak lelaki kecil yang dulu pernah menghiasi harinya.

"Dodo kamu kenapa?, kaki kamu berdarah,"
Ucap gadis kecil yang jongkok di hadapan lelaki kecil

"aku nggak kenapa-kenapa kok Ra, aku juga udah biasa nahan sakit dari jatuh, bahkan sakit yang lainnya aku udah biasa. Dan nggak ada yang peduli sama aku,"
Ucap lelaki kecil tersebut sembari tersenyum lembut.

"Tapi mulai sekarang ada aku Do yang siap buat selalu ada di samping kamu, kamu jangan sedih ya."

Mereka pun tersenyum bersamaan.

"Kle, lo nggak kesambet kan?,"
Tanya Faldo sembari mengibaskan tangannya

Claira menggeleng, air matanya kembali menetes. Hati kecilnya semakin yakin bahwa Faldo lelaki kecil yang selama ini ia cari. Namun tak ada bukti yang pasti bahwa Faldo lelaki tersebut.

"Lo harus sembuh Do,"

Faldo tersenyum,
"Khawatir banget ya sama gue?, nyelaw aja kali Kle, gue pasti sembuh,"

Claira menjitak kepala Faldo dan Faldo pun mengaduh kesakitan,
"Bego lo ya, bego bego bego!, sakit itu mahal Do, masih untung gue masih peduli sama elo. Karena gue nggak mau lo---"
Ucap Claira menggantung.

Faldo menaikkan sebelah alisnya,
"Nggak mau gue apa?,"

Claira menggeleng,
"Bukan apa-apa"
Ucap Claira cengengesan. 'Gue nggak mau lo kenapa-kenapa Do, gue khawatir sama elo. Setiap gue berada di dekat elo, gue ngerasa lelaki kecil dulu hadir lagi Do'
Batin Claira dalam hati.

Claira pun menemani dan merawat Faldo tanpa rasa bosan, bahkan mereka selalu bercanda tawa saat bersama.

****
Claira dan Faldo keluar dari ruang administrasi dan melangkahkan kaki pergi meninggalkan rumah sakit. Seminggu berlalu, kini Faldo bisa merasakan kesegaran di luar ruangan. Rasanya lega ketika berhari-hari berada di dalam ruang rawat. Ya walaupun Claira setiap pagi siang sore malam selalu menyempatkan waktu sebelum dan sesudah sekolah untuk selalu ada di samping Faldo untuk menghiburnya namun tetap saja ia merasa tak bebas jika berada di rumah sakit. Mereka berdua merasa tiap hari makin dekat. Bahkan tak sadar mereka saling merasakan nyaman.

"Kle...,"
Panggil Faldo yang sedang menyetir mobil

Claira menoleh,
"iya?, kenapa Do?,"

"Makasih ya,"

"buat apa?,"

"Buat waktu yang udah lo sempetin buat nemenin gue selama di rumah sakit,"

Claira terkekeh,
"Aih lebay amat lo ini Do, eh tapi kita sekarang temenan kan Do. Lo nggak nyuekin gue lagi kan Do?,"

Faldo tersenyum lalu mengangguk,
"Iya kita temen Kle, emang kita udah temen kan. Temen tetangga, temen satu kelas."

Claira pun mengangguk antusias, lalu dikeluarkannya kepalanya dari jendela mobil,
"Yeyeye.. Claira sama Faldo temenan loh."
Teriak Claira histeris, Faldo yang memperhatikan tingkah Claira hanya menggeleng dan gemas namun Faldo menahan akan gemasnya terhadap Claira yang menurutnya lucu dan langka. Namun Faldo tetap tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya.

Mereka memasuki restaurant.
"Lo harus makan banyak Do, anggep aja ini kita ngerayain syukuran atas kesembuhan elo,"
Ucap Claira semangat

Faldo terkekeh lalu mengusap ujung kepala Claira,
"Kali ini gue nurutin omongan elo Kle, tapi biar gue aja yang traktir elo makan sepuasnya,"

Claira mendengus,
"Kan gue yang mau traktir elo Do,"

"Nggak Kle, gue aja,"

"Elo tuh ya kalau dibilangin ngeyel, inget bayaran kamar kos yang nunggak Do,"
Ucap Claira terkekeh

"Halah itu urusan belakang Kle, yang penting perut kita sekarang kenyang. Mumpung gue ada duit."
Ucap Faldo terkekeh.

Mereka pun makan bersama sembari membuat bahan candaan. Dan membuat Faldo semakin ingin tetap bersama Claira, karena bagaimanapun Claira. Gadis itu tau cara membuat dia bahagia.

To be continued...

Cinta Tanpa Kata (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang