Chapter 9

1.3K 58 2
                                    

Setelah menyelesaikan makan, mereka pun kembali pulang.

"Do, gue masuk ke kamar lo ya?,"
Ucap Claira antusias

"Nggak!, lo tuh cewe. Nggak baik masuk-masuk ke kamar cowo apalagi berduaan, cowo itu bisa aja ganas,"

Claira yang tak mengerti hanya bengong memikirkan kata ganas. 'Ganas?, apa ganasnya lelaki seperti buaya kelaparan atau seperti zombie?, ah entahlah.'
Pikir Claira, lalu ia segera menepis pikirannya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Faldo terkekeh,
"Lo kenapa sih Kle, dasar baperan. Gue nggak ganas kok, Yaudah masuk aja,"

Claira nyengir bahagia, dengan semangat ia memasuki kamar Faldo yang kecil. Panas, sempit, dan berantakan.

"Dasar cowo!, buat rajin dikit aja kayanya susah banget."
Ucap Claira pada dirinya sendiri, sementara ia menunggu Faldo selesai membersihkan badan, Claira pun merapihkan kamar Faldo yang sudah seperti kapal pecah.

Claira tak sengaja menemukan foto di bawah bantal tempat tidur Faldo. Claira mengeryitkan dahi,
"Kaya kenal,"

Dengan gesit Faldo segera merebut foto di tangan Claira,
"Ini Ibu gue, kalau sebelum tidur gue ngeliat foto Ibu biar gue bisa tidur,"

"Ma-maaf Do, gue nggak bermaksud---,"

"Nggak papa kok, mungkin lo nggak sengaja,"

Claira tersenyum kikuk.
"Lagian lo ngapain sih pake acara ngeberesihin kamar gue,"
Ucap Faldo datar

'Mulai nih dinginnya keluar' batin Claira,
"Abis gue risih ngeliat kamar lo yang kaya kapal pecah,"

"Bagi gue ini udah biasa kok."
ucap Faldo tertunduk sembari memandangi foto ibunya

Claira terduduk di samping Faldo dan mengusap pelan bahu Faldo.
'Gue tau lo masih nggak rela atas kepergian ibu elo Do'
batin Claira dalam hati, ingin rasanya Claira menghibur Faldo, namun sepertinya Faldo benar-benar sedang merindukan ibunya dan tak ingin diganggu. Ya, Claira memang sudah mengetahui seluk beluk keluarga Faldo ya walaupun tidak seluruhnya ia tahu, dan Claira tahu semuanya, siapa lagi kalau bukan dari Bu Ida. Claira selalu ngepoin Faldo lewat Bu Ida.

"Gue pulang ya Do, oiya itu di atas nakas ada makanan. Bu Ida tadi yang nganter kesini,"
Ucap Claira lalu beranjak dari duduknya, Claira terhenti di pintu lalu berbalik,

"Di makan tuh makanannya, awas aja lo sampe nggak makan lagi."

Faldo menghela nafas,
"Iya."
Ucap Faldo datar lalu menyenderkan badan ke tembok.

Claira segera berbalik lagi lalu meninggalkan Faldo yang sedang termenung sedih.

****
"Dodo jangan sedih ya, kan ada Rara yang siap nemenin Dodo disaat Dodo lagi kesepian,"

Faldo yang sering disebut Dodo tersenyum bahagia ketika seorang gadis kecil yang selalu ada di sampingnya disaat ia sedang sedih.

"Rara janji deh, nggak bakal ninggalin Dodo. Sampai kapan pun Rara akan tetap di sini nemenin Dodo,"

Mereka berdua pun saling menyatukan jari kelingking, persahabatan yang mereka buat sangat indah. Hingga Rara kecil selalu menghibur Dodo kecil. Bahkan keduanya sering bertukar hadiah.

Faldo tersenyum miris mengingat masa lalunya yang indah namun terasa pahit saat ini,
"Janji?, bulshit lah!."
Gumamnya sembari menghisap sebatang rokok

Di atas rooftop, tempat nyaman kedua di sekolah setelah gedung futsal. Jika ia sedang tertekan, maka ia akan memilih salah satu tempat yang membuatnya merasa tenang kembali. Di atas rooftop tak ada yang mengetahuinya sedang merokok, bahkan sekali dua kali Faldo bolos jam pelajaran.

Ponsel Faldo sedari tadi bergetar tanda ada seorang yang sedang menghubunginya, dilihatnya ponsel tersebut. Delapan panggilan tak terjawab. Faldo mengernyitkan dahi.
"Claira?, ngapain sih!"
Faldo memutar bola matanya malas.

Claira sedari tadi mengelilingi sekolahan sembari menelpon orang yang sedang dicari, namun tak ada jawaban. Claira menghela nafas. Kemudian ia mendekati ruangan yang sepi, di dalamnya terdapat sebuah tangga yang menghubungkan lantai tiga dengan lantai paling atas. 'Apa jangan-jangan ada tempat tersembunyinya ya?,'
Batin Claira, namun dengan langkah pelan ia memasuki dan menaiki tangga tersebut.

Claira tersentak kaget melihat Faldo yang berpenampilan acak-acakan dan sedang merokok. Claira memberanikan diri mendekati Faldo yang tengah duduk bersender dengan santainya di kursi panjang.

"Bagus ya?, enak-enakan di sini mana nggak ngajak-ngajak. Dan lo tuh ya pinter banget buat orang khawatir setengah mati,"
Ucap Claira berkacak pinggang

Faldo mendengus kesal,
"Ganggu aja!," ucap Faldo datar sembari menghisap benda beracun tersebut

"Astaghfirullah Faldo!, lo ngerokok?, sejak kapan lo kaya gini?, gue kira lo emang anak baik-baik yang nggak doyan nyebat kaya gini. Buang Do, buang! Itu nggak baik buat kesehatan elo,"

Faldo tak mendengarkan yang dikatakan Claira, ia hanya terus-terusan menghisap dan menghisap.
"Lo baru tau gue kaya gini?, oh iya selamat! Lo orang pertama yang tau keburukan gue,"

Claira menghela nafas, lalu meletakkan bekal yang ia bawa dari rumah,
"Gue nggak peduli lo mau seburuk apa, tapi jangan salahin gue kalau gue ngerubah elo jadi orang yang nggak kaya gini lagi,"

Faldo mengangkat sebelah alisnya,
"Maksud lo?,"

"Nggak ada maksud, lo emang lola!,"

Faldo mendengus, lalu Claira duduk di sebelah Faldo,
"Nih makan dulu, gue nggak mau lo mati disini karena nggak makan,"
Ucap Claira terkekeh sembari membuka bekal tersebut

Faldo sempat melirik Claira sebentar lalu mengalihkan pandangannya lagi dan menghisap lagi benda beracun tersebut.
"Lo aja yang makan, gue lagi nggak laper"

"Nggak!, lo harus makan Do, inget lo punya sakit maag"

"Tapi gue nggak laper!, lo denger nggak sih?, GUE NGGAK LAPER!,"
bentak Faldo pada Claira sontak membuat hati Claira teriris sakit.
'Sabar Kle sabar!, lo udah kebal sama hal-hal yang berbau bentakan. Lo nggak lemah disini Kle!!' Batin Claira mencoba menguatkan hatinya sendiri.

Faldo pun beranjak dari duduknya dan meninggalkan Claira yang menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
'Maafin gue Kle, gue nggak bermaksud marah sama elo. Tapi gue lagi pingin sendiri'

To be continued...

Cinta Tanpa Kata (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang