Chapter 14

1.2K 52 0
                                    

Faldo kelinglungan mencari foto yang ia simpan selama ini, foto dirinya bersama gadis kecil yang sangat berharga baginya, bagi hidupnya. Ia pun sudah menggeledah ke berbagai penjuru kamarnya, namun tetap tak menemukan benda yang ia cari.

"Aarggh!!,"
Teriak Faldo mengacak rambutnya frustasi

Faldo memasukkan buku pelajaran dengan cepat, lalu ia berlari keluar rumah.

"Den Faldo, kata Tuan Ferlan nanti jangan pulang kemalaman!,"
Teriak Bi Sri yang sedang menyapu halaman, Faldo tak menggubris, ia pun bergegas melajukan motornya menuju ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, Faldo mencari di lokernya dan di berbagai sudut ruangan kelasnya, dan ia sangat ingat bahwa foto tersebut selalu berada di dalam tas, tak pernah ia keluarkan kecuali saat ia sedang merindukan sosok gadis kecil tersebut. Faldo pasrah, alhasil ia berhenti mencari foto tersebut.

"Kle, ntar malam nggak ada acara sama temen kan?,"
Tanya Vegia sembari menyiapkan sarapan,

Claira yang duduk melamun hanya senyum-senyum sendiri.
Ibunya mengibas-ibaskan tangannya ke arah Claira,
"Hmm, Mama tau nih, pasti kamu lagi jatuh cinta,"
Tebak Ibunya sembari melipatkan kedua tangannya

"Ish!, Mama sok tau!,"
Ucap Claira lalu tersenyum lagi, Ibunya yang melihatnya hanya menggeleng.

"Kle, Mama tadi nanya nggak dijawab,"
Ucap Ibunya sembari mendudukkan badannya di samping Claira

"Tanya apa ma?,"
Ucap Claira sembari menyantap sarapannya,

"Nanti malam kamu ada acara nggak?,"

Claira tak menjawab, ia melirik arloji di tangannya, dengan cepat ia meneguk air minum,
"Astaga ma, Claira bentar lagi telat. Claira berangkat ya."
Ucap Claira beranjak dari duduknya dan berlari keluar rumah 

Claira memasuki mobilnya, nafasnya tersenggal-senggal,
"Pasti mau ngenalin gue sama pacar barunya!,"
Gumam Claira kesal mengingat bahwa sudah berkali-kali Ibunya mempertanyakan hal tersebut.

Claira melajukan mobilnya dengan kencang, tepat saat mobilnya memasuki area parkir bel pun berbunyi.

"Wih Nyonya Claira tumben dateng siang?,"
Tanya Erga saat Claira baru memasuki kelas, Faldo hanya menatap Claira dengan senyuman.

"Iya nih Ga, abis semalem gue nggak bisa tidur."
Ucap Claira yang sedang berjalan menuju bangkunya,
Deg!
Jantung Claira berdetak tak karuan saat Faldo menatapnya dengan tatapan keceriaan.

"Ekhem!, ada yang lagi kesemsem nih,"
Ucap Sela disertai deheman Sena dan Fani,

"Apaan sih!,"
Ucap Claira mendudukkan badannya dan menyembunyikan wajahnya di balik tas yang sudah merah merona akibat baper dari semalam dan ditambah teman-temannya yang menggodanya.

Setelah berjam-jam lamanya belajar di kelas, akhirnya bel yang ditunggu-tunggu pun tiba, kini kelas kembali gaduh.

"Kantin nggak lo?,"
Ucap Claira kepada Sena yang sedang termenung sedih, Sena tak menjawab ia hanya menggelengkan kepala dengan lemas,

"Kenapa lo Na?,"

"Sakit?,"
Timpal Claira lagi,

"Gue sakit hati Kle, Bobby ternyata udah punya cewe!, dan selama ini gue ternyata cuma dibuat baper!,"
Kata Sena menjelaskan dengan nada keras, sontak membuat teman-temannya melirik Sena,

Claira dkk tertawa terbahak-bahak,
"Tuh kan apa gue bilang, nggak usah terlalu percaya sama cowo. Lo sih baper duluan, makanya dengerin nih kata Nyai,"
Ucap Claira lalu terkekeh,

"Kle, ada sms." Ucap Fani yang sedang meminjam ponsel Claira,

Claira meraih ponselnya lalu membuka sms tersebut,

Mama : Kle ntar pulang sekolah langsung pulang, mau ada tamu special.

Claira tak membalas, ia pun memasukkan ponsel ke saku roknya, dan melangkahkan kaki meninggalkan Sena dkk.

****
Karena sudah jam pulang sekolah, Claira memutuskan untuk tidak langsung pulang melainkan menemani Faldo di rooftop,

"Do? Kapan berhenti merokok?,"
Tanya Claira yang baru saja menghampiri Faldo di rooftop lalu mendudukkan badannya di sebelah Faldo,

"Lebaran monyet mungkin baru berhenti,"
Ucap Faldo lalu terkekeh,

Claira menghela nafas,
"Gue saranin nih ya, lo berhenti deh, lo tuh nggak kaya Faldo yang dulu,"
Ucap Claira keceplosan, sontak ia terdiam kaku. Ia takut dihadiahi pertanyaan-pertanyaan aneh dari Faldo,

Faldo mengerutkan keningnya,
"Emang lo tau gue dulu kaya mana?,"

"Ya tau lah, lo pasti dulu kaya orang kan?,"
Jawab Claira lalu tertawa garing,

"Terus berarti sekarang gue bukan orang dong?,"

"Bukan, tapi yang ada di hadapan gue ini malaikat,"
Jawab Claira lalu nyengir

Faldo terkekeh lalu mencubit pipi Claira gemas, hingga Claira mengaduh kesakitan.

"Gue boleh tanya nggak?,"
Ucap Claira tiba-tiba

"Tanya aja, asal jangan soal PR,"

Claira terkekeh,
"Lo merokok dari kelas berapa?,"

"Semenjak Ibu pergi waktu kenaikan kelas dua Smp gue mulai ngerokok, ya walaupun gue ngerokok diem-diem dan juga sering ke clubing. Nggak ada yang tau kalau gue sebejat ini, gue bisa dibilang pecundang,"

Claira menggeleng,
"Lo bukan pecundang kok,"
Ucap Claira tersenyum, 'tapi gue Do, gue yang pecundang. Gue terlalu takut buat ngakuin siapa gue sebenarnya'
Batin Claira sedih,

Claira maupun Faldo terdiam dalam kesunyian diantara mereka.

"Ekhem, lo besok ada acara nggak?,"
Tanya Faldo memecah keheningan,

Claira menoleh,
"Nggak Do, kenapa emang?,"

"Bisa nemenin gue nggak ke rumah Kak Linda?,"

"Bisa Do, lagian emang niatnya gue mau kesana sama Bu Ida, Soalnya waktu itu gue sempat ketemu Kak Linda sama Tison kebetulan gue pas lagi nemenin Bu Ida belanja,"

Faldo pun tersenyum sembari menatap dalam mata Claira, namun mata Claira berkaca-kaca.

"Kle, lo kenapa?,"
Tanya Faldo khawatir

Claira menyeka air maranya yang hampir terjatuh,
"Gue bingung Do, gue masih belum siap punya keluarga baru, tapi Mama gue udah seriusan sama pacarnya,"

"Ya itu keputusan yang harus lo ambil Kle, harus ada salah satu yang berkorban demi tercapainya kebahagiaan,"

"Gue sayang banget Do sama Mama gue, jadi gue harus bisa ngeliat Mama bahagia,"

Faldo mengangguk,
"Jadi lo ngorbanin kebahagiaan lo buat Mama lo?,"

Claira mengangguk sembari menyeka air matanya, tak lama kemudian ponsel Claira bergetar. Tanda telepon masuk.

"Halo ma?,"

"Kamu di mana Nak, ini sudah sore,"

"Lagi ngerjain tugas di rumah teman ma,"

"Cepat pulang ya, ada yang mau mama kenalin ke kamu,"

Sebelum menjawab Claira menghela nafas berat,
"Iya ma,"

Lalu Claira mematikan sambungan telepon, Faldo yang memperhatikan Claira tau betul perasaan gadis tersebut yang harus mengorbankan perasaannya demi kebahagiaan Ibunya.

To be continued...

Cinta Tanpa Kata (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang