Chapter 4

1.6K 65 0
                                    

Claira menyodorkan sebotol air mineral ke arah Faldo,
"Nih buat lo, gue tau lo haus."
Ucapnya sembari mendudukkan badannya di samping Faldo di kursi taman depan kelasnya

"Thanks"
Jawab Faldo datar

"Capek ya abis dihukum? Tapi gue seneng kalau dihukum kaya gini sama lo,"
Ucap Claira terkekeh

Faldo mendecih,
"Gue sengaja milih bersihin lingkungan sekolah ketimbang harus ngerjain 100 soal, dan bukan karena lo."

"Yaelah, rezeki juga kali Do, lo dihukum bareng model cantik,"
Ucap Claira lalu nyengir

"Model cantik? Siapa?,"

"Gue," jawab Claira antusias

Faldo mendengus dan menggeleng-gelengkan kepalanya,
"Dasar cewe yang super aneh" ucap Faldo lirih tapi masih bisa didengar jelas oleh Claira.

Faldo dan Claira dihukum karena mereka berdua asik mengobrol, Pak Kadek memberikan pilihan hukuman antara membersihkan lingkungan atau mengerjakan 100 soal Bahasa Inggris. Mereka akhirnya memilih membersihkan lingkungan sekolah.

****
Semenjak kedatangan Claira di kehidupannya, Faldo merasa terhibur. Walau memang terkadang Claira begitu menyebalkan.

Claira berjalan kesana-kemari mengitari area sekolah mencari sesosok lelaki yang biasa ia tebengi jika berangkat dan pulang sekolah. Satu tempat yang belum ia kunjungi yaitu di area futsal gedung belakang sekolah.

"Motor masih di parkiran, anak-anak udah pada balik semua. Dan makhluk satu itu ilang entah kemana. Ngeselin tapi gemesin."
Ucap Claira pada dirinya sendiri

Ia melangkahkan kaki memasuki gedung futsal milik sekolah barunya itu, dan benar dugaannya, Faldo berada disana sedang duduk di tepi gawang dan bersender di tiangnya.

Claira mendekat ke arah Faldo, namun Faldo tidak memperhatikan Claira dan malah menenggelamkan wajahnya pada kedua kakinya yang ditekuk

"Lo kenapa? Bukannya langsung balik malah ke sini. Gue nyariin elo dari tadi,"
Ucap Claira sembari duduk di samping Faldo

Faldo tak menjawab dan Claira menghela nafas berat,
"Lo sakit ya?,"

"Lo laper atau lo lagi nunggu temen atau lo lagi kesambet?."
Tanya Claira bertubi-tubi

Faldo mengangkat kepalanya dan melirik ke arah Claira,
"Lo ngomong sama gue?,"
Tanya Faldo datar

"Nggak!, gue ngomong sama tiang gawang!,"
Jawab Claira kesal

"Oh, gila dong lo?," ucap Faldo asal

"Lo itu yang gila!, ya gue tu ngomong sama elo lah. Lo pikir gue manusia aneh yang suka ngomong sama benda mati."

Faldo terkekeh melihat wajah Claira yang kesal dibuatnya,
"Lucu lo sampah!,"
Ejek Faldo pada Claira

"Garing lo jamban!," balas ejek Claira pada Faldo

"Gue jamban lo isinya!"

Claira mendengus kesal dan Faldo tertawa melihat tingkah lucu Claira yang seperti balita yang ingin menangis.

"Lo ngapain di sini?, pulang yuk"
Ajak Claira

"Pulang sendiri sana, lo tuh ya ganggu ketenangan gue aja,"

"Bodo amat Do"
Jawab Claira ketus

Faldo pun tersenyum lalu ia tak sengaja melihat jepit ramput berwarna hitam yang sedang menempel manis di rambut Claira. Tak sengaja tangan Faldo tiba-tiba ingin meraih jepit rambut tersebut,

"Kenapa Do?, jelek ya?, atau nggak pantes gue pake ini?,"
Tanya Claira bingung lalu melepas jepit rambutnya

Faldo menggeleng kemudian tertunduk lesu,
"Jepit lo ngingetin gue sama seseorang."
Jawab Faldo terus terang

Claira yang mengertipun mengangguk dan tak berniat untuk meneruskan pertanyaannya yang sudah memenuhi kepalanya, karena ia tahu bahwa Faldo sedang galau kalau kata anak jaman sekarang.

Ponsel-nya yang bergetar memaksanya untuk melihat siapa si-penelpon tersebut, 'Ayah' batin Faldo dalam hati. Dengan langkah cepat ia kemudian berlari ke arena belakang gedung sekolah tepatnya di depan gedung futsal.

Faldo mengangkat si-penelponnya,
"Apa?," jawab Faldo

"Ayah mau kamu pulang ke rumah, dan tidak ada penolakan!."

Faldo mendecih,
"Apa Ayah pikir memaksakan yang bukan kehendak kita itu enak? Nyaman?, saya kan udah bilang kalau saya nggak mau berkecimbung di dunia bisnis, terserah Ayah!, saya tetap nggak balik ke rumah jika Ayah selalu saja memaksa saya!."

"Faldo!, dengarkan Ayah, ini demi masa depan kamu nak. Siapa lagi kalau bukan kamu yang mau nerusin perusahan Ayah?, cuma kamu harapan Ayah satu-satunya."

"Terserah!."
Kemudian Faldo mematikan telepon tersebut tanpa aba-aba.

Pikiran Faldo berkecambuk, ia sangat-sangat bingung. Pada kenyataannya, Faldo tidak menyukai dunia bisnis, ia sangat menyukai dunia olahraga terutama sepak bola. Motivator besarnya adalah pemain bola yang sangat terkenal yaitu Leonel Messi dari Barcelona. Bahkan ia sangat berharap bisa menjadi seperti idolanya tersebut.

Setelah menerima telepon ia terduduk sedih dan menyenderkan badannya ke tiang gawang, dan tempat ini yaitu, gedung futsal di belakang sekolahnya ia merenungkan semuanya di sana. Ia sangat nyaman berada di sana meluapkan segala kesedihan. Hingga Claira kehilangan jejak Faldo dan mencarinya hingga ke penjuru sekolah.

"Lo kenapa diem aja?,"
Tanya Faldo pada Claira

Claira menggeleng pelan, dan Faldo mendecih,
"Dasar aneh."

"Gue aneh tapi gemesin kan?,"
Ucap Claira cengengesan

"Iya lo gemesin kek upil yang susah di congkel"
Ucap Faldo disertai kekehannya

"Nggak pa-pa lah gue upil asal lo jadi idungnya"
Ucap Claira terkekeh

"Lucu lo sampah!,"
Ucap Faldo terekekeh

"Ih Faldo nyebelin!, nama aku Claira Laregia Virendra biasa dipanggil Kle bukan sampah."
Ucap Claira polos

Faldo terkekeh geli mendengar Claira menyebut kata AKU, lalu ia beranjak dari duduknya.

Claira juga berdiri dan mengikuti Faldo dari belakang,
"Faldo mau kemana?, jangan pulang dulu ya, kita makan dulu gue laper."

Faldo tak menjawab, Claira yang merasa dikacangin memilih bersiul-siul di tengah keheningan tersebut.
Dalam diam, Faldo tersenyum dan tanpa sadar ia merasa nyaman akan hadirnya Claira dikehidupannya yang kelam.

To be continued...

Cinta Tanpa Kata (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang