Chapter 9 - Mulainya Kehidupan Kampus

4.3K 197 20
                                    

Meninggalkan kehidupan masa pra remajaku, aku masuk ke perguruan tinggi. Aku mendaftar pada salah satu perguruan tinggi bergengsi, Universitas Pelita Harapan. Pada masa ini, aku semakin sadar dengan kemampuanku yang tidak lazim ini. Bukannya aku hanya semakin sering melihat penampakan, tetapi pergerakan mereka semakin jelas. Aku melihat pergerakan mereka yang semakin mirip dengan manusia biasa.

Kos ku terletak di Taman Osaka, daerah Lippo Barat. Sebuah rumah dua lantai yang hanya terdiri dari 9 kamar dan 4 penghuni, termasuk aku. Salah satu penghuni di lantai satu, seorang wanita guru sekolah dasar yang juga mengadakan private disana sehingga tidak terlalu sepi dengan datangnya beberapa anak kecil yang lucu. Penghuni lainnya adalah dua orang pria yang berbagi kamar. Kamarku berada dilantai dua dengan balkon yang cukup besar. Kamarku sendiri adalah kamar terbesar disana.

Masa awal perkuliahan yang diawali dengan ospek cukup berat. Bangun jam lima pagi dan pulang jam tujuh malam. Jeda waktu kami gunakan untuk berbelanja keperluan kuliah. Aku sampai di tempat kos ku biasa jam sembilan malam. Ospek itu selesai dalam empat hari. Hari terakhir adalah yang paling melelahkan, sementara besok kami harus masuk kelas pagi untuk memulai perkuliahan. Aku turun dari angkot dan berjalan menelusuri jalan gelap dan becek, menyisakan sedikit aroma hujan yang pengap. Aku membuka kamar dan sesegera mungkin membersihkan diriku. Keinginanku saat itu hanyalah sesegera mungkin melemparkan diri ketempat tidur dan bersembunyi dibalik selimut. Terlelap.

Ditengah kegelapan, aku tersadar. Mataku masih terpejam, namun kesadaranku penuh. Sayup sayup terdengar suara erangan dengan nafas berat. "Grhh"..Panjang dan berat. Aku ingin mencari darimana suara itu berasal, namun hati kecilku mengatakan jangan. "Grh" Suara itu kembali muncul, membuatku semakin penasaran. Aku berusaha membuka mata. Dalam kegelapan, mataku berusaha menyesuaikan minimnya cahaya yang masuk melalui celah jendela kecil disamping tempat tidur. "Grhh".. Suara itu masih kembali muncul. 

Dengan sigap, mataku menangkap suatu sosok dipojokan kamar. Melayang-layang tak tentu arah. Sampai ia maju kearah cahaya. Jantungku berdegup dengan keras. Disana, sesosok mahkluk yang terlihat tersesat. Lidahnya menjulur kebawah melewati organ tenggorokannya, aku dapat melihat jelas paru-parunya. Ia tidak memiliki tulang belakang, namun usus perutnya menjulur kelantai, begitu pula rambut hitamnya. Aku menutup kedua mataku dan bersembunyi dibalik selimut. Berharapia tidak dapat melihat dan mengabaikan aku. Semua itu malah mempertajam bathinku. Aku dapat melihatnya dengan jelas melalui bathin. Akusemakin ketakutan ketika tetiba ia terlihat ketakutan dan berlari menembus pintu kamarku. Ia pergi. Tiba-tiba perasaanku menjadi tenang dan aku kembali tertidur hingga keesokan harinya.

***

Setelah itu, instingku semakin tajam. Aku berjalan pulang dari kuliahku naik angkot dan harus berjalan kaki untuk masuk ke dalam kompleks. Dalam penglihatanku, seakan banyak sekali orang yang menungguku melewati jalan kompleks tersebut padahal kompleks itu selalu sepi dan hanya ada satpam di post depan. Mereka terlihat seperti asap transparan yang bergerak dan mewujud berbagai macam mahkluk.

Temanku, seorang wanita yang sangat kurus. Aku dan teman-temanku bahkan sering khawatir melihat kondisi tubuhnya. Walaupun begitu, ia sangat ceria. Dibalik keceriannya, dia juga dapat melihat hal-hal yang tidak kasat mata sepertiku. Panggil saja dia Sarah. Akhirnya ada yang menemaniku pulang sejak ia masuk ke kosanku.

Pagi-pagi, seperti biasa aku masuk ke kamar mandi dengan malas. Dengan santainya aku menutup tirai mandi dan menyalakan shower air hangat. Air yang mengalir membuat kesadaranku penuh. Sambil bernyayi riang aku membersihkan badan. Aku mengusapkan shampo dan membilasnya sambil menutup mata. Tiba-tiba... JRENGGGG!! Sesosok wanita dengan rambut yang panjang berdiri tepat didepanku TERBALIK! Ia mengenakan gaun hitam panjang yang entah bagaimana melawan gravitasi bumi, namun aku dapat merasakan rambutnya yang turun menyapu kakiku. Parasnya cantic, hidungnya mancung dan bola matanya sangat besar berwarna hitam. Kulitnya pucat. Sampai sekarang aku tidak dapat melupakan parasnya. Aku yang kaget segera melompat mundur. Badanku bergetar. Tetapi, dalam sekejap mata, ia menghilang. Aku buru-buru menyudahi mandiku.

"Sar, lo liat ga dikamar mandi ada apaan" tanyaku di kelas.

"Cewe, cantik kan?" jawabnya dengan tenang.

"Eh apaan cewe?" tanya temanku yang mulai ikutan nimbrung.

"Itu, di kamar mandi gue ada cewe, cantik, tapi nganggetin. Mau konfirmasi aja ama Sarah" jelasku. Memang, kalau ada apa-apa aku masih suka menanyakan Sarah kalau-kalau dia lihat juga. Seperti biasa, kami pulang bersama setelah kuliah.

"Duh rame banget" kataku.

"Iya nih, gimana gue sendirian.. bisa kabur gue" kata Sarah. Dia memang lebih penakut, sementara aku lebih memilih mendiamkan mereka.

***

 Seperti biasa malam sepi mencekam. Cahaya bulan yang terang merembes paksa melalui jendela. Aku melepas rindu dengan pacarku yang sudah lama tidak bertemu melalui video call. Aku tenggelam dalam rindu sehingga tanpa sadar punggungku bergidik. Aku mengambil selimut, kedinginan mungkin. Semakin dingin udara yang berhembus dan semakin lama aku menyadari perasaanku ganjil. Aku yang tidak nyaman, bergerak sedikit. Mataku tertuju pada pantulan kamera yang menunjukkan wajahku. Ketika aku bergerak, aku melihat bayangan hitam yang jelas-jelas berada dibalik tubuhku. Ia tidak bergerak, menunduk.

Aku semakin tidak nyaman sehingga aku memberanikan diri untuk menyeret tubuhku naik keatas kasur, bersandar pada dinding dan menyelimuti tubuhku. Aku melirik kembali. Ia duduk disana dalam diam. Menghadapku. Aku dapat melihat dengan jelas tubuhnya yang ramping dibalut pakaian suster yang entah dari jaman apa karena aku tidak pernah seragam seperti itu.Akuhanya dapat melihat sekilas wajahnya yang pucat karena ditutupi oleh rambutnyayang panjang.   Aku buru-buru berpamitan dengan pacarku dan langsung bersembunyi dibalik selimut. Berharap ia pergi secepatnya.

Indigo's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang