Chapter 10 - Lovers

2.8K 151 5
                                    

Perayaan Ceng Beng adalah ritual tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang dan ziarah kubur sesuai dengan ajaran Khong Hu Cu. Keluargaku adalah salah satu keluarga yang memiliki tradisi ini karena kakek yang masih Khong Hu Cu maka, kami selalu merayakannya setiap tahun. Termasuk tahun 2009 ini.

Seperti biasa aku pergi untuk kunjungan makam bersama keluarga. Dengan kemampuanku yang seperti ini, aku tahu pergi ziarah makam setiap tahunnya bukanlah hal yang menyenangkan. Tetapi karena kewajiban dan budaya akhirnya aku ikut juga. Disana aku terbiasa melihat makhluk-makhluk yang masih berpenampilan seperti manusia dan binatang walaupun mereka sebenarnya hanya makhluk halus. Banyak juga yang bentuknya tidak beraturan dan seram. Mereka banyak bergosip dan makan dari sesajen yang sering dihidangkan pada saat perayaan Ceng Beng.

Tak ada hal ganjil yang terjadi saat aku berada di sana. Efek yang kurasakan malah setelah pulang ke kost an.

Keesokan pagi, aku bangun dan mandi seperti biasa. Menyiramkan shower ke wajah sambil menahan nafas dalam-dalam. Sampai sebuah perasaan aneh datang dan menggangguku. Aku memejamkan mata dan.... Dibalik tirai mandi, tepat di belakangku, berdiri sebuah sosok yang mengejutkan!

Mata batinku menembus tirai ketika memejamkan mata. Aku terdiam hampir menangis. Sosok pria dengan wajah rusak seperti terbakar seakan ingin memelukku. Mataku tak bisa terbuka. Ia berpakaian lusuh dan rambut yang berantakan. Bahkan di bagian kepalanya terdapat luka setelapak tangan yang menghilangkan kulit dan rambutnya.

Setelah beberapa detik tak sadar, aku mempercepat mandi. Aku memanggil-manggil wanita berbaju hitam yang ada dikamar mandi dan berharap agar ia membantu, namun tak kunjung muncul.

Beberapa menit kemudian, sosok wanita itu terlihat mendekat. Mata besarnya menatap tajam ke arah pria itu dan kepalanya bergerak ke kiri dan kanan dengan cepat. Aku belum bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, tetapi tak lama kemudian mereka berdua menghilang dan aku buru-buru keluar dari kamar mandi.

Ternyata pria itu mengikuti dari kuburan saat perayaan Ceng Beng di Bogor. Ia tertarik denganku karena aku memiliki aura yang berbeda. Selama beberapa hari setelah itu kos-kosanku terasa sangat tenang.

***

Seperti biasa aku mengerjakan tugasku pada malam hari. Anak desain memang membiasakan diri untuk tidak tidur karena tugas yang menumpuk.

Malam itu aku memilih untuk mengerjakan tugas di lantai kamar karena meja belajar tidak menyisakan ruang untukku bekerja. Terlalu berantakan. Aku membuka setengah pintu kamar yang berupa pintu geser, agar udara tidak terasa pengap.

Selagi mengerjakan tugasku dengan serius, aku merasa sangat tertarik untuk melihat keluar. Di sana, wanita itu mengintip. Kepalanya bergelayut, rambutnya yang panjang turun ke bawah menyentuh lantai dan buku-buku jarinya menggenggam erat kusen pintu. Wajah pucat dan bola mata hitam yang besar menatapku tajam seperti biasa. Ia tersenyum dan aku membalas senyumannya.

Walaupun begitu, tetap saja batinku menjerit takut dan jantungku berdebar dengan kencang. Ia menghilang setelah aku membalas senyuman misteriusnya, dan itu menjadi kali terakhir aku melihat wanita itu.

Aku berasumsi bahwa malam itu, ia sedang pamit untuk pergi dan tidak akan kembali.


______________

akhirnya chapter ini kelar ya. Setelah menyelesaikan deadline untuk Comifuro 9!

Jika ada yang datang, sapa aku ya! aku ada di booth H-30 //malah promosi ahaha//


Indigo's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang