10. I like Sunday

58 8 0
                                    

Happy reading! 🎈

▥▥▥▥


Angin pagi berhembus, menambah hawa sejuk yang menusuk kulit. Matahari tidak bersinar dengan cerah, tetapi bukan berarti bumi menjadi redup. Hanya manusia tidak bisa merasakan hangat nya mentari dipagi itu.

Burung-burung berterbangan, berkicau dan saling bersahut-sahutan. Mereka berdendang, seolah telah siap menghadapi hari itu. Kicauan burung yang indah di ikuti mentari yang bersinar tidak terlalu cerah, membuat siapa saja yang sedang terlelap menjadi terjaga, demi merasakan indah nya pagi yang hangat itu.

Andin sedang berada didepan cermin, dengan tangan yang bergerak lincah untuk mengikat rambut nya. Agar sewaktu melakukan kegiatan, rambut indah nya tidak mengganggu. Dibalut kaos oblong berwarna putih polos yang bergambar, dan celana training hitam selutut serta sepatu olahraga, kini ia telah siap memenuhi ajakan teman sebangku nya untuk berolahraga bersama.

Andin membuka pintu dan menemukan Jordan didepan pagar telah siap dengan sepeda nya. Andin tersenyum, begitu juga sebaliknya. Kemudian gadis itu berjalan menuju garasi untuk mengeluarkan sepeda yang akan digunakan nya nanti.

Meskipun Andin bukan pemilik sepeda yang sebenarnya, gadis itu tak perlu bersusah payah meminta izin dengan membangunkan si pemilik. Karena ia sendiri juga tau, bahwa Dika pasti akan mengizinkan nya.

Ia pun keluar dari pagar bersamaan dengan sepeda milik nya dan berbalik lagi hanya untuk menutup pagar rumah nya. Mereka mulai mengayuh pedal sepeda secara pelan agar bisa bersepeda beriringan sambil merasakan hawa sejuk dipagi hari. Menyusuri jalanan perumahan yang sepi karena penghuni nya sedang terlelap dan masih belum siap untuk beraktivitas.

"Udah lama nunggu nya?" tanya Andin sewaktu keheningan menyelimuti mereka.

Jordan menoleh. "Eng-engga kok. Palingan cuma sepuluh menit."

Andin pun manggut-manggut dan membelok kan kemudi sepeda nya sewaktu berada di perbatasan komplek dengan jalan raya.

"Susah ga cari rumah gue?"

Jordan yang sedang fokus dengan jalanan didepan nya itu menoleh kembali pada Andin, dan memastikan apa yang sedang ditanya oleh gadis itu berhubung mereka sedang berada dijalan raya yang tentu nya suara kendaraan lebih mendominasi suasana diantara mereka.

"Cari rumah gue susah engga?" tanya Andin lagi seakan tau bahwa cowok itu masih belum paham atau belum mendengar pertanyaan nya.

"Eng-lumayan susah juga sih. G-gue lupa bawa alamat nya. T-tapi nama komplek nya g-gue tau."

Andin manggut-manggut. "Terus tau rumah gue dari siapa?"

"G-gue nanya o-orang lah. Beruntung mereka tau."

Andin terkekeh pelan mendengar pernyataan Jordan. "Ya tau lah, mereka kan tetangga gue, gue juga lama tinggal disana. Masa iya ga kenal sama gue."

"Bi-biasa nya orang yang tinggal di komplek tuh gitu. Jarang ko-komunikasi sama tetangga."

"E-emang te-tetangga lo ka-kaya gitu?" tanya Andin dengan aksen terbata-bata, meniru kan gaya Jordan berbicara.

"Kok lo ikut ga-gagap sih?" Jordan merengut karena kejahilan Andin.

"A-abis nya lo ga-gagap gitu sih." balas Andin lagi dengan aksen yang sama.

Kali ini, Jordan tersenyum samar. Senang bisa bercanda dengan gadis disamping nya itu. Gadis yang akhir-akhir ini memenuhi pikiran nya. Membuat nya lebih sering berkecamuk sendiri tanpa memikirkan sekitar. Jordan menampilkan mimik wajah cemberut, seakan sedang kesal akan kejahilan Andin. Padahal jauh di lubuk hati nya, ia senang karena Andin tipe orang yang lucu dan menggemaskan.

True Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang