17. battle?

55 5 2
                                    

Happy reading! 🎈

▥▥▥▥

Bel istirahat berbunyi, tanda pelajaran berakhir dan kebebasan dimulai. Seketika kantin menjadi penuh. Di isi berbagai macam bentuk cucu adam yang datang untuk mengisi perut nya yang lapar.

Semua nya sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang berteriak untuk memesan makanan, melempar benda-benda yang ada diatas meja kepada teman, tertawa berjingkrak-jingkrak, mejeng bersama pacar, melirik gebetan dan berbagai macam bentuk nya.

Namun, keriuhan kantin tidak menghalau dua gadis itu untuk mengobrol. Hingga satu teman nya yang bertugas memesan makanan pun datang.

"Apa yang berkilau, kuat dan wangi. Rasa lembut lebat menawan. Rambut kita, rambut kita ini lah lima tanda nya, rambut sehat, kinclong." Intan duduk dan meletakkan makanan sambil melantunkan bait lagu salah satu iklan shampo.

"Dasar korban iklan." sahut Essy kemudian.

Intan tak berucap apa-apa, ia pun langsung menyambar minuman nya dan meneguk nya pelan.

"Nama nya juga orang sirik." balas nya.

"Dih, sirik sama lo? Kaya ga ada yang lebih bagus aja."

"Intan kan paling bagus."

"Jayus lo."

Andin menatap kedua nya bingung. "Anak-anak, mama bilang apa? Kalo makan ga boleh ngomong."

Essy bergidik ngeri. "Amit-amit punya emak kaya lo."

"Apalagi kalo bapak nya si Jordan. Ew beud." tambah Intan.

Intan meraih gelas minuman milik Essy. "Weh, punya gua!" sungut nya kesal sambil berusaha meraih gelas minuman nya.

Intan memukul tangan nya pelan. "Diem ah! Gue cuma minta dikit."

"Tapi minuman gue abis tuh."

"Emang dasar nya mau abis, nona kikir."

Andin menggeleng pelan melihat tingkah laku kedua sahabat nya. Ia meraih teh botol sosro dan meminum nya.

"Btw, lo udah liat belum twitter nya Hesty, Din?" tanya Essy.

Andin yang sedang sibuk menyuapkan makanan kedalam mulut itu pun mendongakkan wajah nya.

"Belum. Ga penting juga."

"Udah jadi trending topic loh, Din. Bahkan anak-anak Perwira heboh ngomongin ini."

Tak bisa kah mereka tau bahwa Andin sedang tak berminat untuk membicarakan hal tersebut? Bahkan semalaman ia merasa gelisah karena tak tau harus berbuat apa. Hingga ia telah memutuskan untuk tak mempedulikan apapun, tetapi keputusan itu sekarang membuat nya kembali ragu, akibat penuturan Essy barusan.

"Ya, biarin aja lah. Yang penting Hesty ga dibunuh sama mereka."

"Lo sakit hati banget ya, Din. Sampe ga peduli ada orang disekitar lo yang dibully." ujar Essy.

"Yakali Andin dateng buat ngebelain Hesty. Sementara tuh cewek yang udah ngerusak hubungan nya. Mikir logis dikit bisa kali ya." sahut Intan sambil mengotak-atik ponsel nya.

Andin terdiam. Tak berusaha menanggapi apapun, ia tetap menyibukkan diri memakan makanan nya. "Sebener nya gue dilema. Gue ga tau harus berbuat apa." ucapan Andin barusan mampu membuat kedua sahabat nya mengalihkan perhatian kepada dirinya.

"Dilema gimana maksud lo?"

"Ya, dilema. Lo tau sendiri kan gue paling ga bisa liat orang lain di bully. Ini bukan karena semenjak gue jadi Ketua Osis. Tapi emang dasar nya sifat gue kaya gitu. Dan sekarang, cewek yang nyakitin gue dibully sama satu sekolah. Gue harus seneng atau sedih engga sih denger nya?"

True Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang