Happy reading!🎈
▥▥▥▥
Suara kicauan burung mulai terdengar. Cahaya pagi menelusup melalui celah jendela. Alarm sudah berdering beberapa kali. Andin bangun dari tidur nya, merentangkan otot-otot nya yang kaku serta mengucek-ngucek mata nya.
Segera ia membuka tirai agar udara segar masuk kedalam kamar nya. Hati nya damai untuk saat ini. Senyuman pagi ia lukis. Ia pun mengambil kimono handuk nya dan masuk kedalam kamar mandi. Terdengar dendangan lagu yang ia nyanyikan kecil dari kamar mandi. Setelah kurang lebih lima menit berada didalam kamar mandi, ia pun keluar. Mematut diri nya didepan cermin dan tersenyum bahagia.
Lalu ia mengambil pakaian dari dalam lemari dan mulai menghias diri. Setelah nya, ia keluar dari kamar menuju meja makan.
"Pagi abang ku sayang..." ucap Andin pada Dika yang sudah terlebih dahulu berada dimeja makan.
"Pagi. Tumben jam segini udah wangi." ujar Dika sambil tangan nya sibuk mengoles selai kacang diatas roti nya.
"Kan emang tiap pagi kaya gini. Kaya baru tau aja."
"Itu baju gue yang udah dicuci kenapa ada diatas sofa?" tanya Dika kebingungan.
"Oh, itu kemaren malem gue pinjemin ke Jordan buat dipake. Soal nya kemaren dia keujanan." tutur Andin sambil memasukkan roti nya kedalam mulut.
Dika mengangguk paham, "terus Jordan nya mana?"
Tersadar, Andin melirik kearah sofa. Hanya ada pakaian yang bekas Jordan gunakan kemaren. Kemana dia?
"Mungkin udah pulang kali." jawab Andin dengan pernyataan yang kemungkinan besar terjadi.
Dika mengangguk dan meminum segelas susu nya. "Emang kalian udah baikan?"
"Baikan? Emang kita berantem?"
Dika merengut sebal melihat kelakuan adik nya seperti itu. Apakah tak bisa ia mencoba memahami sedikit posisi Jordan saat ini? Bukan nya Dika tak tau perihal Jordan yang menunggu didepan rumah sambil hujan-hujanan hanya demi menunggu Andin keluar. Cuma untuk saat ini ia hanya ingin membiarkan segala sesuatu nya berjalan agar adik nya tidak merasa terpojok apabila ia menjelaskan kondisi Jordan yang sebenarnya.
Dika berdehem, "masih belum maafin Jordan?"
Tak ada jawaban, dilihat nya Andin sedang sibuk mengunyah roti.
"Sebegitu marah nya? Semua manusia kan pasti pernah buat salah." pelan dan perlahan ia mencoba membuat adik nya itu mengerti.
Andin meneguk susu nya hingga abis. "Bukan berarti gue ga maafin dia karena gue ga pernah salah. Semua manusia memang pasti buat salah. Cuma salah nya dia itu udah kelewat batas, bang." tutur Andin, sendu lagi.
Dika menghela nafas perlahan, "emang udah tau kenapa dia sampe nyamar gitu?"
Andin merobek roti nya dan menyuapkan kedalam mulut nya. "Engga penting juga. Dia maksa banget buat gue dengerin penjelasan nya. Cuma untuk apa? Buat lebih tau biar semua nya lebih sakit. Tetep aja kan ga ngerubah semua nya."
Dika menghembuskan nafas pelan, "dek, coba pikir gimana rasanya lo yang nyamar sekarang. Jadi cewek pura-pura culun, cupu, nerd. Lo pasti mau kaya gitu karena ada alasan yang besar yang ngedorong lo kan. Ga mungkin lo rela nutup paras asli lo, apalagi sebenernya lo cantik."
"Palingan alasan gue karena ga mau dapet temen munafik."
Dika tersenyum, "kenapa bisa mikir gitu?"
"Iya lah, kita nutup jati diri kita yang sebenef nya wow, tapi kita rela memalsukan semua biar kita tau yang mana yang bener-bener nerima kita disaat kondisi kaya gitu." ujar nya sambil menyuapkan roti terakhir kedalam mulut nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love Story
Teen FictionHarus kah aku berjalan diatas kerikil, melewati pecahan beling serta menapakkan kaki diatas duri-duri agar bisa mengakhiri my true love story? Luka dan tawa semua nya telah aku rasakan Bahkan langit pun merasa iba atas perjalanan ku dibawah naungan...