8. Jordan's past

64 10 0
                                    

Happy reading!🎈

▥▥▥▥

Andin menggeliat malas ketika terdengar suara Dika dari luar. Gadis itu tidur masih mengenakan baju sekolah. Ia tak sempat berganti pakaian nya karena terlalu lelah setelah seharian beraktivitas. Bagaimana tidak, waktu yang seharusnya ia gunakan untuk tidur siang seperti biasanya justru digunakan hanya untuk jalan-jalan bersama Jordan meskipun tak dipungkiri Andin senang akan hal itu. Jordan. Nama yang telah dideklarasikan sebagai teman baru Andin. Ya, teman baru. Teman baru yang sedikit menyebabkan hubungan nya dengan Rezzy berakhir.

Lama tak ada jawaban, akhirnya suara bariton itu tak terdengar kembali bersamaan suara langkah kaki yang menjauh. Kini Andin bisa bernafas lega karena waktu tidur nya tak terganggu lagi.

Namun seperti nya itu hanya sebuah ilusi semata. Terdengar langkah kaki yang terburu-buru menaiki tangga. Andin mengernyit, langkah kaki tersebut seolah menegaskan bahwa ada hal penting yang harus dibicarakan. Tapi siapa? Tak lama kenop pintu pun diputar sehingga pintu kamar Andin terbuka, menampilkan kedua sahabat nya yang sudah terlihat rapi.

"Andin! Bangun woi! Elah pantesan gue telpon ga diangket, molor rupa nya lo ya." Intan berkacak pinggang disertai gelengan kepala. Menandakan gadis itu tak habis pikir, bagaimana bisa waktu yang seharusnya setiap orang gunakan untuk bersantai, hang out atau sejenis nya dengan keadaan yang bersih dan rapi justru Andin masih tergeletak diatas kasur nya dengan dibaluti seragam sekolah.

"Yahamsyong seragam nya masih belum diganti. Cinta banget lo sama baju beginian. Dasar gembel." Essy berdecak, dilihat tak ada reaksi apapun dari Andin meskipun kedua nya berceloteh dengan suara bertaraf tinggi, Essy pun beralih pada rak kecil yang berisi koleksi novel Andin.

Andin semakin mengeratkan pelukan nya pada boneka Garfield yang sudah usang dan sepatutnya berada digudang bersama barang bekas lain nya. Boneka itu pemberian Ayah nya sewaktu ia menang dalam lomba senam di umur lima tahun, tepat nya ketika ia masih TK.

"Aduh parah ni anak, kalo malem minggu aja tidur. Giliran malem jumat malah jaga lilin." ujar Essy seraya melihat-lihat koleksi novel milik Andin. Membuka nya lembar demi lembar yang tak tau dibaca atau enggak, kemudian mengganti dengan novel lain.

Andin memindahkan posisi boneka nya keatas telinga, berharap bisa mengurangi kadar kepekakan telinga. Tak bisa dibayangkan, Andin yang di keroyok oleh kedua sahabat nya hanya dengan suara melengking mereka.

"Din, bangun dong. Masa malem minggu tidur sih. Gue tau lo jomblo, tapi ga gini-gini juga kali." tutur Intan seraya memoleskan lipstick dihadapan meja rias Andin.

"Eh diem ya, lo juga jomblo." balas Andin dibalik boneka nya dengan suara yang sedikit teredam namun masih bisa didengar oleh kedua nya.

"Ya udah cepetan bangun. Biar ga keliatan jomblo, kita hang out malem ini." Essy bertepuk tangan semangat. Karena tak tahan akan desakan kedua sahabat nya, Andin pun bangun, mengucek-ngucek mata nya sambil menguap dengan mulut tertutup. Kemudian ia beranjak dari kasurnya dengan mode malas, lalu meraih baju handuk nya yang digantung di deket jendela.

"Buruan ya jangan lama-lama. Ntar kita kudisan nunggu lo disini."

"Sabodo ya." balas Andin dari dalam kamar mandi. Terdengar suara siraman air dari kamar mandi, tak lama kemudian siraman air mandi itu hilang bersamaan keluar nya sosok Andin dengan kepala yang terbalut handuk. Ia pun meraih hair dryer nya dan mulai mengarahkan kebagian rambut nya yang basah.

"Din, lo baru beli kalung?" tanya Intan dengan sebuah kotak ditangan nya yang berisi kalung dengan bandul berbentuk Channel. Kalung yang diberikan oleh Mama nya sewaktu beliau pulang kerumah beberapa hari yang lalu, tepat nya disaat Andin berada dirumah sakit. Andin menoleh sekilas kemudian melanjutkan aktivitas nya.

True Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang