12. Work group

67 8 2
                                    

Happy reading!🎈

▥▥▥▥

Peringatan dari Doni yang sedang berjaga didepan pintu kelas bahwa guru yang mengajar sedang on the way, menginterupsi mereka yang sedang gaduh dengan kegiatan masing-masing.

Seketika kelas menjadi hening, seiring dengan terdengar nya ketukan sepatu heels di lantai. Irama sepatu heels yang berbenturan dengan lantai itu terdengar santai dan beraturan menandakan bahwa si pemilik bukan lah orang yang sembarangan.

Terbukti hanya dengan mendengar kedatangan nya saja membuat penghuni kelas yang riuh itu menjadi hening seketika. Betul-betul hening, hanya ranting patah dari pohon yang terdengar. Suasana nya begitu mencekam, tegang dan menakutkan. Membuat siapapun yang tak kuat mental akan enggan mengikuti pelajaran nya.

Jangan ditanya lagi mengapa, sudah jelas bahwa guru tersebut begitu menyeramkan. Keiritan nya dalam berbicara, cara mata nya menatap siswa, dan jarang nya bercanda membuat siapapun merasakan ketegangan yang luar biasa. Pantas kira nya jika guru tersebut menyandang gelar sebagai guru terkiller dan mendapat penghargaan di Tetra's teacher award.

Suara tersebut semakin dekat, dan akhir nya terdengar jelas ketika pemilik nya tiba dikelas. Seluruh siswa pun berdiri, memberikan salam kepada nya. Tegas dan penuh hormat. Begitulah yang disuguh kan untuk nya. Berbeda dengan guru yang lain.

"Andin, kumpulkan PR dari saya." perintah nya yang langsung membuat Andin berdiri tegap dan melaksanakan perintah nya. Berjalan dari bangku ke bangku untuk mengambil buku yang berisi PR itu dan mengumpulkan diatas meja guru. Baik yang sudah mengerjakan PR atau pun yang belum, semua nya berekspresi sama. Gugup dan gemetar.

Sekilas dia membenarkan posisi duduk nya, dan mengedarkan pandangan keseluruh kelas yang  membuat semua siswa kicep.

Beliau pun berdehem pelan. "Yang masih punya hati dan otak, serta masih bisa menyadari kesalahan, tolong keluar dari kelas saya."

Terdengar bangku berdecit, pertanda si pemilik sedang beranjak untuk keluar dari bangku tersebut. Berjalan kearah pintu dengan wajah tertunduk, dan langsung menuju lapangan seolah tau apa yang akan mereka lakukan tanpa mendengar instruksi nya terlebih dahulu.

"Marsella Prameswari,  silahkan kerjakan nomor satu." perintah nya lagi. Samar-samar terdengar helaan nafas pelan dari bangku disebelah Andin, menyirat kepasrahan dan kefrustasian disana. Tak ada penolakan kalau sudah ditunjuk, karena cewek yang akrab disapa Sella itu tak mau ambil resiko mengikuti jejak kelima teman nya tadi yang keluar kelas karena tak mengerjakan PR.

Dengan segenap ingatan di kepala nya, ia pun melangkah menuju papan tulis dan menyalurkan semua ingatan tersebut melalui tulisan di papan putih itu. Entah benar atau salah, setidak nya teguran karena tak melaksanakan perintah tak ia dapatkan. Ia berbalik, berusaha setenang mungkin agar bisa menjelaskan maksud tulisan nya itu hingga semua nya mengerti.

Setelah selesai menjelaskan, satu perintah untuk nya kembali duduk terdengar. Membuat nya bernafas lega. Bagi mereka, ketika guru tersebut mengajar, depan kelas bisa menjadi tempat yang menyeramkan. Sekaligus tempat dimana kita dipermalukan.

Dipermalukan karena mungkin saja tak bisa melaksanakan perintah dengan baik sehingga mendapat wejangan berupa sindiran halus nan santai namun sangat menohok dan nyelekit, yang mampu membuat siswa sakit hati tak berlawan, merasakan luka tak berdarah dan perang batin yang tak tersampaikan. Inti nya dua jam belajar bersama guru tersebut sama seperti melaksanakan sidang selama dua puluh empat jam. Terbayang betapa tegang nya mereka.

Sewaktu Sella kembali duduk, beliau kembali menarik satu buku dimana mereka tak bisa memastikan pemilik dari buku tersebut berhubung semua buku bersampul sama. Hanya pasrah ketika nama diantara mereka terpanggil.

True Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang