Perlahan gue buka mata. Samar-samar terlihat 2 manusia berhidung satu sedang menatap ke arah gue yang rupanya berbaring di atas tempat tidur.
Oh, pasti uks.
Oh, pasti tadi gue pingsan.
Oh, dila pinter ya baru hari pertama udah main pingsan-pingsan aja.
Ok, tapi siapa 2 orang ini?
Apa mereka malaikat pencabut nyawa yang dikirim mama kesini untuk membunuh gue karena tadi gue pingsan?
Ya ampun, gue belum mau mati.
"eh, anak baru udah bangun?", kata yang seorang kepada gue.
Ya ga mungkin ke yang satu lagi kan.
"iya. kalian siapa?", tanya gue santai sambil mencoba duduk.
"kami orang.", kata yang satu lagi.
Oh, orang. Kirain kecoa.
"haha, canda. kami anggota dokter remaja. kita sekelas kok, jadi santai aja.", sambungnya dengan kekehan kecil di awal kalimat.
"gue dila.", kata gue tanpa basa-basi sambil mengacungkan tangan kanan kepada mereka.
"gue dira. salam kenal, dil.", kata cewe yang bernama Dira itu sambil membalas salaman gue.
"gue dina. salam kenal yo.", kata yang namanya Dina sambil membalas salaman gue juga.
Wait, dila dira dina? Loh loh loh, ini kebetulan ya?
"eh, nama kita ko mirip-mirip gini?", tanya gue asik, ea.
"eh, iya ya! astaga, ga nyadar gue!", jawab Dira sambil mengangkat kedua tangannya untuk menutup mulut tanda kaget.
"cocok ini, cocok!", kata Dina tertawa sambil melipat kedua tangannya di dada.
"hmm, iya mungkin.", kata gue sambil tersenyum manis. Iya, gue manis.
"eh, ayo ke kelas woy! udah jam pelajaran ketiga ini!", kata Dira mengingatkan.
"nih makan dulu. lo belum sarapan pasti, makanya tadi pingsan. ya kan?", kata Dina menawarkan sebungkus roti.
Pas banget.
Lagi ngidam roti coklat gue pas mimpi tadi.Gue menerima tawaran Dina dengan tatapan penuh cinta.
"thanks, din. gue makan dulu ya.", gue berterimakasih.
"ya, ya. makan aja dulu, kami tunggu.", kata Dira sambil mengambil hand phone dari saku roknya.
Gue memakan roti itu dengan lahap karena ya, gue lapar.
"eh, dil. lo kenapa pindah dari sekolah lama lo?", tanya Dina.
"papa. dipindahin kerjanya.", jawab gue dengan dua tarikan nafas.
"oh.", kata Dina singkat.
"eh, we, disini ada cogan ga?", tanya gue setelah siap melahap roti itu hanya dalam 60 detik.
"baru dateng langsung nanyain cogan. mantep, dil.", kata Dira tanpa mengalihkan pandangannya dari hpnya.
"eh, lo udah siap? cepet banget.", sambungnya kali ini sambil menatap gue dengan mulut menganga.
"laper, men.", jawab gue nyengir.
Mereka berdua masih ternganga memelototi gue.
"udahan ah, liatinnya. yok, kelas!", kata gue bangkit dari peristirahatan sementara tadi.
"oke.", kata Dina sambil bangkit berdiri juga. Dirapun melakukan hal yang sama.
Kami berjalan menyusuri lorong yang bisa dipastikan akan membawa gue ke kelas baru.
Dituntun Dira dan Dina tentunya.
Kami berhenti di depan sebuah pintu.
"ini kelas kita, dil.", kata Dira sambil menoleh ke gue.
"yaudah, masuk.", kata gue cepat.
"wah, ga ada nervous nya sama sekali
ya lo?", tanya Dina menatap gue heran."ga ada tuh. yaudah, masuk.", kata gue sambil menepuk punggung Dina pelan.
Dirapun membuka pintu setelah mengetuknya 3 kali.
Dan gue bisa melihat dengan jelas ada sekitar 40an murid di ruangan itu.
Ditambah seorang wanita berkacamata yang rambutnya diikat satu.
"masuk.", kata wanita itu sambil melihat ke gue.
Dira dan Dina berjalan di depan gue dan gue berjalan dengan pedenya di belakang mereka.
"dia anak baru itu, bu. tadi pingsan terus kami bawa ke uks. kami udah izin sama bu mawar.", kata Dira sopan kepada wanita itu.
Si Dira ini pasti pinter, percaya deh. Liat aja, beda banget ama gue elah.
"oh, oke. kalian boleh duduk kembali.", jawab wanita itu sambil membuka kaca matanya.
Dira dan Dinapun duduk dan gue ditinggal sendiri disini. Jahat.
"perkenalkan diri kamu, nak. udah belajar ngomong kan?", kata wanita itu dan diikuti tawa dari semua murid di ruangan itu.
Wah, minta dikampret kampretin ya bu.
"oke, bu.", jawab gue.
Perkenalan diri aja ko, dil.
Selo.
xx
Hancur as my heart.
Gadeng.
Yakali.
W sudah bahagia #apasih
Pokonya votee! Laff ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY
Teen FictionDila, seorang gadis yang bisa dibilang sempurna untuk anak remaja, jatuh cinta untuk pertama kalinya di sekolah barunya. Alex, seorang pemuda yang juga dikagumi di kalangan remaja wanita, jatuh cinta kepadanya. Michael, salah seorang anak yang digem...