Drama house

289 23 4
                                    

Dila

"haha, bukan lah! karena emang dulu gua jago fashion show!", kata gue memukul Michael pelan karena meremehkan kemampuan fashion show gue dulu.

Dulu loh woi.

"ya lucu aja gitu! lo kan tomboi, malah jago basket lagi kan? ya kan aneh kalo lo jago fashion show jugaa!", katanya lanjut tertawa sambil memakan chitato miliknya.

Kutu.

"ya berarti gua multi talent getohh.", kata gue sambil mengibaskan rambut panjang gue.

"serah lo, dodol.", jawabnya memutar bolamata lalu lanjut melihat foto foto di album keluarga gue.

Kami masih berada di kamar gue, dengan gue dan Michael yang melihat lihat foto foto kecil gue di album.

Tadi dia lihat foto gue lagi fashion show jadi dia kaya rada ga percaya gitu gue dapet juara 1 se-kabupaten.

"ini lo lagi dimana?", tanyanya saat melihat foto gue yang lain.

"di hong kong, bagus kan?", kata gue sambil ikut tersenyum melihat foto gue di Disneyland Hong Kong.

Disitu gue sedang memegang sekaleng coca-cola sambil tersenyum menunjuk ke arah badut Minnie Mouse.

Papa yang mengambil foto tersebut diam diam.

Ya, papa emang hobi banget fotoin gue diem diem.

Katanya biar kalo gue udah besar, anak anak gue bisa lihat foto emaknya pas kecil.

Masuk akal, papa.

Masuk akal.

"ko lo dulu imut sih, ga kaya sekarang.", katanya sambil sok fokus menatap wajah gue di foto itu.

"tau ah, jahat lo mah.", kata gue pura pura marah sambil pura pura keluar dari kamar gue.

"eh woi woi! canda, HAHAHA!", katanya sambil tertawa keras dan menyusul gue keluar kamar.

Tingnong!

"ih lo mah pms.", katanya saat sudah berhasil menyusul gue.

Gue tetap menatapnya sok sinis lalu berjalan untuk membuka pintu depan rumah.

Gue terkejut.

Itu ka Dika.

"ka? gimana tadi?", tanya gue langsung serius sambil menatap ka Dika.

Michael juga ikut serius karena dia udah ga berisik lagi.

"eh, ada michael?", tanya ka Dika yang sepertinya baru menyadari keberadaan Michael di rumah kami.

"yop, ka.", kata Michael dengan senyum miring manisnya yang menggoda.

Dd tak tahan, bang.

Ugh.

Ka Dika lalu masuk, diikuti gue dan Michael.

"ka-", kata gue terpotong,

"nanti dulu ya, dil. gue lagi pengen sendiri.", katanya menatap gue penuh arti sambil masuk ke kamarnya.

Dan kamarnya tertutup.

Dari tatapan matanya, gue yakin betul dia memang butuh waktu sendiri.

Matanya memancarkan kesedihan dan dapat juga kekecewaan.

Dan justru itu yang bikin gue ikut sedih bercampur kepo karena terlalu penasaran dengan apa yang terjadi di rumah ka Yefi.

"ka dika abis darimana?", tanya Michael pelan sementara gue masih menatap pintu kamar ka Dika yang tertutup rapat.

STAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang