Santai

197 21 2
                                    

Dika

"maksud dika apa?", tanya papa sambil tetap memasang wajah sok ga tau.

Ish yaelah, ngaku aja payah amet si.

"pa, jangan bohong lagi kenapa? dika udah tau semuanya, pa.", ucap gue merendahkan suara, mencoba menahan emosi.

Padahal jujur, udah pengen gua telan nih papa.

Papa terkekeh kecil, "dika kenapa sih, dik?? ga jelas tau."

Bangke.

"tau nih, dika ah.", sahut mama sambil kembali melanjutkan makannya yang sempat tertunda tadi.

Lah, kambing!

"maksud kalian apa sih?! jangan pura pura gatau deh, pa, ma!", kata gue kembali meninggikan suara, menjadi semakin geram dengan orangtua gue.

Ga nyangka amat deh mereka kaya gini.

"ka dik, dila masih ga ngerti.", kata Dila tiba tiba dengan wajah polosnya.

Dia memang belum tau.

Gue kembali menghela nafas.

"dika tau mama dulu pacaran sama papanya yefi. dan kalian selalu makan siang sama sama.", mulai gue memasang wajah serius.

"terus sejak papanya yefi mempertemukan mama dengan papa,", ucap gue sambil melihat mama dan papa bergantian.

"ada yang berbeda dari kalian berdua. kalian selalu ga bisa diajak makan siang sama lagi. jadi suatu hari, ga sengaja om yefi ngelihat kalian berdua makan di restoran. kalian lagi mesra banget disitu.", wajah papa dan mama mendadak kaku.

Hah, skak mat.

"untuk memastikan lagi, om yefi nelpon mama. dan benar aja, mama ngangkat telpon itu. dan jadilah, om yefi putus sama mama. dan gamau berhubungan lagi dengan papa. dan belum lama setelah itu, ada undangan kalo kalian menikah.", gue mengakhiri cerita gue dengan satu hembusan nafas panjang.

Dila sepertinya benar benar terkejut karena daritadi dia tak berkata kata.

"apa itu benar, pa?", tanya gue padahal gue udah yakin kebenaran cerita itu.

Bukannya gue lebih percaya sama calon mertua gue sendiri.

Tapi daritadi aja mereka berdua mukanya gitu kan?

Gue ga salah kan?

"benar ga, pa??", gue bertanya sekali lagi karena bukannya menjawab, papa malah hanya menunduk.

Gue tersenyum miring.

"berarti benar.", ucap gue kembali menyandarkan badan ke sandaran kursi.

"dika tau darimana?", ucap papa tiba tiba.

Mama menatap papa kaget.

Begitu juga Dila.

"dari mana lagi kalo bukan dari om yefi?", ucap gue sambil menatap papa lekat, bahkan sampai bibir papa gemetar.

Papa hanya membuang muka sambil menjauh dari meja makan, ntah kemana.

Mama juga mengikuti papa setelah menatap gue dengan tatapan aneh karena gue bisa berbicara seperti tadi.

Gue menunduk.

Semua ini pasti jadi rumit.

STAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang