Rumit

197 18 0
                                    

Dila

Kringggg!!!!

"hoamm..", gue menguap setelah mematikan alarm kampret itu, "masih ngantuk dodol."

05.30

Guepun akhirnya dengan berat hati, berat jantung, berat otak, melangkah dengan sendal tidur minion ke depan kaca.

Wah, muka bantal legend.

Setelah menguap sekali lagi, gue turun dan mandi.

Byar byur byar byur.

Sip, syudah.

Dengan hanya memakai handuk, gue berjalan lagi ke atas untuk memakai baju dan berias.

Apa sih.

Berias berias.

Muka kaya kain pel aja berias, dil.

Memalukan.

Setelah selesai, um, bukan berias, guepun turun ke bawah.

Ka Dika ada tepat di anak tangga terakhir.

"dil, gua ga bisa antar, ada urusan.", katanya tanpa ditanya.

"papa mama kemana?", tanya gue sambil turun dengan anggun bak cinderella. Hoek.

"gaada.", katanya dengan ekspresi yang menandakan supaya gua ga perlu bertanya lagi.

"ooh.", gue mengangguk.

"lo suruh michael aja kek.", katanya sambil menatap gue jahil dan menaik turunkan alisnya.

"ish, yaudah.", kata gue nyengir lalu pergi ke meja makan.

Tentu saja ka Dika kaya gitu karena gua ga pernah diantar sama cowo ke sekolah sebelumnya.

Oke, mekel.

Calling my michael clifford. . .

Nomor yang anda tuju tidak menjawab- tut.

Ah, kemana si.

Calling my michael clifford. . .

Nomor yang anda tuju tidak-tut.

Where are you now that i need you?

Calling my michael clifford. . .

"nomor yang anda tuju barusan boker.", kampret HAHAHA.

"hahaha, dodol.", gue tertawa keras.

"mau apa lo, dok?", tanyanya.

"dok? dokter maksudnya?", tanya gue balik.

"kodok, tehehehe.", bangke.

"ih.", kata gue memasang wajah datar walau dia tak dapat melihat wajahku yang indah ini.

Apasih, dil.

Jiji.

"yaudah, mau ngapain sayangnya michael?", nadanya berubah merayu.

STAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang